Hari Sukemi. (DUTA.CO/DOK)

JOMBANG | duta.co – Keyakinan merupakan suatu prinsip yang dipegang teguh oleh setiap individu. Karena dengan prinsip tersebut, orang akan menyakini dan mengakui sebuah kepercayaan yang dia anut. Seperti halnya keyakinan dalam beragama. Dengan menganut salah satu agama yang diyakini, kita tidak bisa untuk memaksa orang lain menganut atau mengikuti agama lain. Sebab hal tersebut berkenaan dengan ideologi yang ia yakini.

Dalam memeluk agama, otomatis ia akan menyakini adanya keberadaan sang Khalik. Selain itu, efek domino yang ia peroleh akan terciptnya rasa yang bisa membedakan mana yang jelek dan baik dalam sanubari maupun otaknya. Karena hal yang terpenting dalam beragama adalah akhlak dan kasih sayang yang ia tunjukan pada sesama.

Hal itu terbukti pada Hari Sukemi, salah satu kontributor TVRI Jombang dan Mojokerto. Ia jatuh hati untuk masuk agama islam, karena melihat akhlak temannya yang mencerminkan cinta pada sesama tanpa membedakan status agama.

“Saya memeluk dan masuk agama islam, karena awalnya tertarik pada akhlak teman perempuan saya,” kata Hari Sukemi, kepada duta.co, Senin (19/4/2021).

Dijelaskan, awalnya ia kenal salah satu perempuan yang ada di daerah Wonokromo Surabaya. Saat itu, perempuan tersebut masih berstatus siswa Madrasah Aliyah dan Hari juga masih SMA, tepatnya tahun 1989. Dari saling kenal itu, tak lama kemudian, Hari terpaut hati dengan perempuan tersebut. Ketertarikan Hari dengan perempuan itu lantaran akhlaknya yang begitu baik. Meskipun ia Islam, dan ketika itu Hari Sukemi masih memeluk Kristen Pantekosta, namun perempuan itu tidak membedakan pertemanan.

Dengan berjalannya waktu, akhirnya dalam sanubari Hari Sukemi ingin mempelajari agama islam. Karena apa yang telah ditunjukkan oleh perempuan tersebut, membuat dirinya semakin penasaran dan mengetahui apa itu Islam.

“Ketika itu, saya langsung main serobot dan menemui guru ngaji perempuan itu atas nama Ustad Moh Salman yang ada di daerah Banyu Urip untuk meminta menuntun mengucap dua kalimat Syahadat. Di hadapan guru ngaji itu dan disaksikan kedua teman saya, yakni Syamsul Anam (Alm) dan Haris Limanto,” jelas Hari Sukemi sambil meneteskan air mata.

Pria kelahiran Surabaya tahun 1973 itu, meskipun sudah masuk islam, namun orangtua dan keluarganya tak ada yang tahu. Pada suatu ketika ia salat, akhirnya diketahui oleh orangtuanya. Berawal dari situ, ia mengalami berbagai ujian, diusir oleh orangtuanya dan tak boleh memakai sepeda motor untuk pergi ke sekolah. Tak hanya itu, perempuan idamannya juga akhirnya meninggal dunia lantaran mengalami sakit.

“Ketika itu saya diusir, karena saya dianggap telah menentang orangtua. Namun, ketika saya diusir saya pulang ke rumah teman-teman saya. Dan tepatnya sudah satu minggu, akhirnya saya dicari saudara dan disuruh untuk kembali ke rumah. Alhamdulillah akhirnya kedua orangtua dan kelurga memahami tentang perbedaan aqidah. Namun, selain senang, saya juga terpukul karena perempuan yang bisa membawa saya masuk Islam, ia meninggalkanku selamanya,” terangnya.

Untuk memperdalam ilmu agama Islam, Hari Sukemi juga belajar pada KH Abdul Hadi, Pengasuh Ponpes yang berada di daerah Gadingwatu, Kecamatan Menganti, Gresik. Di sana Heri banyak menimba ilmu agama, bahkan disuruh untuk melakukan riyadho.

“Awalnya saya disuruh untuk riyadho ke wali lima. Dan ke sana, saya harus jalan kaki. Setelah itu, saya ke Sunan Ampel, untuk berdoa dan melalukan amalan tawassul. Alhamdulillah, dari perjalanan itu banyak hal spiritual yang saya alami. Dan dari sinilah, akhirnya saya memahami Islam dan saya juga masuk ke anggota jamaah Shalawat Rattib Al Jannah pimpinan Habib Muchsin Al Hasni asal Tugu, Jombang,” tandasnya. (dit)

Express Your Reaction
Like
Love
Haha
Wow
Sad
Angry