Pendiri KLG Ahmad Irfandi (tiga dari kanan belakang) mengamati mahasiswa program Pertukaran Mahasiswa Merdeka saat mewarnai kain yang sudah dibatik, Minggu (2/10/2022). DUTA/endang

SIDOARJO | duta.co – Minggu (2/10/2022), kegiatan di Kampung Lali Gadget (KLG/Kampung Lupa Gadget) di Dusun Bendet, Desa Pagerngumbuk, RT 002/RW 003, Kecamatan Wonoayu. Kabupaten Sidoarjo, berbeda dari biasanya.

Kegiatan Dolanan Gedebog (mainan dari batang daun pisang) bagi anak-anak usia PAUD (Pendidikan Anak Usia Dini) dan SD (Sekolah Dasar), didatangi 20 Mahasiswa Modul Nusantara (MMN), Pertukaran Mahasiswa Merdeka (PMM), Kemendikbudristek yang menempuh kuliah di Universitas 17 Agustus 1945 (Untag) Surabaya selama satu semester ke depan.

Sebanyak 20 mahasiswa itu berasal dari berbagai daerah di Indonesia mulai Sabang hingga Merauke. Mahasiswa itu sudah dua hari berada di KLG. Mereka belajar banyak hal. Di hari pertama Sabtu (1/10/2022) mereka belajar Kelas Inspirasi dari pemilik dan pendiri KLG Ahmad Irfandi. Mereka juga belajar bagaimana memandu anak usia PAUD dan SD ketika ada kegiatan di KLG.

Dari Kelas Inspirasi dan praktik memandu itu langsung dilakukan 20 mahasiswa itu ke adik-adiknya saat kegiatan Dolanan Gedebog. Baru pada hari kedua mahasiswa belajar di kelas Keindonesiaan. Di kelas ini mahasiswa memperkenalkan diri di depan adik-adik yang akan mengikuti kegiatan di Minggu pagi.

Setiap mahasiswa juga menunjukkan asal daerahnya melalui peta yang dipajang di pendopo KLG. Sehingga adik-adik kelas PAUD dan SD bisa mengetahui jarak tempat tinggal kakak-kakak mahasiswa itu dari lokasi mereka tinggal. “Wuh jauh sekali ya rumahnya. Naik apa ya ke sini?” kata Bilqis Putri, murid TK B yang hadir di KLG.

Usai memperkenalkan diri, mereka diajak memandu kegiatan Dolanan Gedeboq. Gedebog pisang dibuat aneka mainan tradisional mulai tembak, ketapel dan sebagainya. Selain itu aneka permainan seperti egrang, kelompen dan gasing juga tersedia.

Mohammad Rizal dari Universitas Musamus Merauke, Papua Selatan, mengaku kagum dengan KLG. “Kampung ini benar-benar bisa membuat semuanya melupakan HP (handphone). Saya kagum sama pendirinya. Benar-benar upaya yang tidak mudah mengajak anak-anak yang hidup di zaman teknologi untuk mengenal mainan tradisional agar tidak punah,” jelas Rizal.

Rizal mengaku senang bisa mengenal KLG ini. Konsepnya nantinya bisa dia terapkan di daerahnya di Merauke. “Konsepnya keren, kami belajar banyak dari kampung ini,” kata Rizal, mahasiswa Teknik Sipil itu.

Tidak hanya Rizal, Fadillah mahasiswa Sastra dan Budaya dari Universitas Negeri Gorontalo, Provinsi Gorontalo ini juga merasakan hal serupa. Apalagi, dia bisa belajar banyak dari pendiri KLG dan masyarakat sekitar. “Apalagi diajari membatik. Batik khas Sidoarjo, mulai mendesain hingga mewarnainya. Pengalaman yang sungguh luar biasa,” tukasnya.

Dosen Modul Nusantara dari Untag Surabaya, Doan Widiandono turut serta mendampingi mahasiswa Modul Nusantara itu. Doan mengaku 20 mahasiswa yang berada di bawah tanggungjawabnya itu sengaja dibawa ke KLG.

Karena KLG bisa memberikan pengalaman-pengalaman berarti yang nantinya bisa dibawa pulang para mahasiswa ke kampung halamannya masing-masing. Karena untuk program Kemendikbudristek ini mahasiswa tidak boleh hanya kunjungan, mereka harus benar-benar mendalami.

“Saya kenal Mas Irfandi. Saya tahu kibrah dia. Sehingga Kampung Lali Gadget ini menjadi salah satu dari 25 kegiatan program Pertukaran Mahasiswa Merdeka ini yang berada dalam tanggungjawab saya. Intinya selain kuliah, mahasiswa itu harus melakukan kegiatan di Sabtu dan Minggu salah satunya ke orang-orang kreatif seperti Mas Irfandi ini. Kampung ini keren,” jelas Doan.

Tidak Hanya Kampung Lali Gadget tapi Lali Omah

Alvaro Zulva (kelas 3 SD) dan Raisa Zulva (kelas 1 SD) saat bermain dengan batang daun pisang di Kampung Lali Gadget, Minggu (2/10/2022). DUTA/endang

Kampung Lali Gadget ini sudah membawa nama Achmad Irfandi sebagai Penerima Apresiasi 12th Semangat Astra Terpadu Untuk (SATU) Indonesia Awards 2021 Bidang Pendidikan yang digagas PT Astra International Tbk.

Kampung ini sudah dikenal ke berbagai daerah tidak hanya di wilayah Sidoarjo. Selama ini, banyak kegiatan yang digelar untuk memperkenalkan permainan-permainan tradisional kepada anak terutama di libur sekolah. Sehingga selama bermain, anak bisa melupakan bermain gadget atau handphone.

Tak mengherankan, ketika anak-anak sudah ada di KLG itu, mereka bisa lupa waktu dan sulit untuk diajak pulang. Seperti yang dialami pasangan orang tua Nova Setianingsih dan Zulkifli. Mereka terlihat merayu dua anaknya Alvaro Zulva (kelas 3 SD) dan Raisa Zulva (kelas 1 SD) untuk pulang. Karena, mereka sudah berada di KLG sejak pukul 07.30 WIB di Minggu (2/10/2022). Mereka memang mengajak dua anaknya untuk mengikuti acara Dolanan Gedebog.

Tapi, hingga menjelang waktu Dzuhur, kedua anaknya tidak mau pulang. “Ayo sudah siang, pulang,” kata Zulkifli.

Namun kedua anaknya tak bergerak. Keduanya asyik memotong batang daun pisang untuk dijadikan pistol. “Tadi kan sudah bikin pistol, sekarang kok bikin lagi. Ayo pulang. Minggu depan ke sini lagi,” kata Nova, sang ibu.

Melihat kedua anak yang tidak mau diajak pulang, Irfandi tertawa. Lelaki perawakan tinggi itu mengatakan sudah biasa, anak yang pertama kali diajak ke KLG akan susah diajak pulang. “Tidak hanya Lali Gadget tapi Lali Omah (Lupa Rumah),” kata Irfandi.

Irfandi memang sebisa mungkin setiap minggunya menggelar kegiatan yang menarik minat anak untuk datang dan bermain sepuasnya di KLG.

Setiap minggu, timnya selalu menyebarkan kegiatan yang akan digelar melalui media sosial KLG serta di grup-grup chat. “Kadang, ada sekolah-sekolah yang datang untuk mengajak siswanya bermain di sini. Ya, kita selalu terbuka buat siapa saja yang mau bersenang-senang di sini,” tukas Irfandi. end