SURABAYA | duta.co – Ustadz Hanan Attaki menjadi magnet bagi para GenZI (Generasi Z Islam) untuk hadir dalam Kajian Senja, salah satu agenda Festival Ekonomi Syariah (FeSyar) Regional Jawa di Majis Nasional Al Akbar Surabaya, Jumat (12/9/2015).

Para anak muda yang rata-rata perempuan itu hadir sejak dua jam sebelum acara dimulai. “Idola saya  Ustadz Hanan Attaki. Kesempatan ikut kajian beliau di Surabaya,” kata Aslina asal Surabaya yang hadir di Masjid Al Akbar sejak selepas shalat Jumat.
Ustadz Hanan Attaki dalam kesempatan itu memaparkan tentang Islam yang mementingkan penampilan (fisik) dan perilaku (attitude/sikap/akhlak). Bahkan non muslim tertarik dengan Islam bukan karena ayat/dalil, melainkan penampilan dan perilakunya.
“Penampilan dan perilaku itu menjadi pertimbangan pernikahan. Nabi bersabda, perempuan itu dinikahi karena empat hal yakni Shuroh (Penampilan), Siroh (perilaku/akhlak/adab), Sariroh (mindset/ kesehatan mental), dan agama,” katanya dalam Kajian Senja di Masjid Nasional Al-Akbar Surabaya (MAS), Jumat sore.

Ustadz Hanan menjelaskan penampilan itu juga penting dalam ibadah, karena malaikat suka dengan aroma harum pada orang yang sedang shalat.

“Islam sangat memikirkan penampilan, bahkan Nabi bersabda pertimbangan perempuan untuk dinikahi itu yang pertama adalah jika dipandang akan menyenangkan, jadi penampilan itu penting dalam Islam. Bukan hanya pencitraan tapi penampilan bisa menjadi branding untuk Islam,” katanya.

Di hadapan belasan ribu peserta kajian itu, Ustadz Hanan Attaki menjelaskan Nabi Muhammad juga sangat menjaga penampilan, menjaga badan dan janggutnya.

“Penampilan itu bukan sekadar pencitraan, karena penampilan saya yang bukan GenZI juga menarik perhatian teman non-Muslim dari Korea untuk belajar islam, jadi penampilan itu juga bermakna penting untuk dakwah. Teman dari Korea itu tertarik belajar Islam, karena saya itu pendakwah tapi bukan kayak ulama dan itu menarik baginya, karena bisa belajar agama secara menyenangkan, bahkan saya ajari Islam juga di kafe,” katanya.

Yang juga tak kalah penting dalam pandangan Islam, terutama pandangan dari non-Muslim yang tidak mengenal Islam, bahkan perilaku itu mengalahkan ayat, akhlak itu mengalahkan narasi.

“Misalnya, perilaku tidak membuang sampah sembarangan, jujur, mau antre, tidak mengganggu orang lain, tidak korupsi, sering berterimakasih, dan sikap lainnya, bahkan Nabi itu sangat memiliki adab di meja makan, kalau ada yang tidak disukai pun hanya diam. Yang aneh itu orang Jepang, bukan Islam tapi bersih,” katanya.

Mengakhiri kajian sore itu, Ustadz Hanan Attaki menyebutkan dua pertimbangan lain dalam pernikahan adalah Sariroh/mindset (jiwa/mental yang sehat) dan agama. “Kesehatan mental dalam Islam itu penting dan caranya dengan percaya/iman pada takdir. Dengan percaya takdir, maka kita tidak akan mudah trauma/sedih, sehingga problema hidup pun nggak ada, ibadah juga asyik,” katanya.

FESyar Jawa 2025″ di Surabaya digelar  12-14 September 2025 di Masjid Al Akbar Surabaya. ril/lis

Bagaimana reaksi anda?
Like
Love
Haha
Wow
Sad
Angry