SURABAYA | duta.co  – Memasuki ‘babak akhir’ kampanye Pilgub Jatim, hampir seluruh lembaga survei ‘pamer’ hasilnya. Lembaga survei Surabaya Survey Center (SSC) juga merilis hasil surveinya. Hasilnya, ada peningkatan elektabilitas kedua pasangan calon gubernur dan wakil gubernur Jatim. Dan Khofifah-Emil menempati posisi juara.

Survei dengan metode multistage random sampling dan wawancara ini dilakukan pada 4 -13 Juni 2018 di 38 kabupaten/kota di Jatim, melibatkan 1.070 responden dengan dengan margin of error +/-3 persen, level of confidence 95 persen% dan jumlah sampel 1.070 responden. Sebagai bentuk kendali mutu, survei ini juga di lengkapi dengan spot check, callback hingga intensive control.

Direktur SSC Mochtar W Oetomo mengatakan bahwa elektabilitas pasangan KIP-Emil mengalami peningkatan tajam, 6,1 persen. Tren peningkatan ini jika dilihat pada bulan April 2018 elektabilitas KIP-Emil masih 41,1 persen dan pada bulan Juni 2018 memperoleh 47,2 persen.

Sementara tren peningkatan elektabilitas pada pasangan GI-Puti hanya sebesar 2,9 persen dari perolehan 39,2 persen pada bulan April, meningkat menjadi 42,1 persen. “KIP-Emil unggul 5,1 persen. Margin of error survei ini mencapai 3 persen,” terang Mochtar Jumat (22/6/2018).

Dosen FISIP UTM ini menegaskan bahwa Pilgub Jatim 2018 kali ini ibarat perang tanding puputan, sehingga tidak dapat diprediksi pemenang sebelum pertandingan berakhir. Meski angka tak terbantahkan. Pertimbangan lain yang dapat mengubah hasil akhir Pilgub Jatim, kata Mochtar masih adanya pemilih yang belum menentukan pilihan (undecided voters) sebanyak 10,7 persen.

“Siapa yang dapat meyakinkan pemilih undecided voters, maka dipastikan mereka akan mampu memenangkan Pilgub Jatim. Karena itu mesin pemenangan kedua paslon perlu merevisi strategi untuk merebut undecided voter jika ingin menang,” tegas Mochtar W Oetomo.

Sementara itu, Moh. Edy Marzuki Direktur riset SSC, Moh Edy Marzuki menambahkan bahwa peningkatan elektabilitas kedua paslon berdampak positif  pada tingkat partisipasi publik Jatim dalam Pilgub mendatang. Hal ini terlihat dari undecided voters  yang mengalami penurunan cukup signifikan, yakni dari 19,7%  pada bulan April 2018 lalu menjadi 10,7%  pada bulan Juni 2018.

“Melihat tren diatas menjadi kabar yang menggembirakan dalam perkembangan demokrasi di Jatim. Karena tingkat ketertarikan masyarakat Jatim dalam partisipasi Pilgub Jatim mulai meningkat dari hari ke hari. Jika angka undecided voters ini bisa terus menurun, maka angka golput pada Pilgub juni ini akan semakin kecil,” jelas dosen Universitas Yudharta Pasuruan ini.

Masih di tempat yang sama, Hari Fitrianto panelis dari Universitas Airlangga Surabaya menjelaskan bahwa  kemenangan survei KIP-Emil di wilayah Mataraman dan Madura jelas ada kaitan dengan peran kuat dari Pakde Karwo selaku Ketua DPD Partai Demokrat Jatim.

“Wilayah Mataraman dan Madura pada Pilgub Jatim 2008 dan 2013 lalu adalah lumbung suara Pakde Karwo dan Gus Ipul. Kalau KIP-Emil sekarang bisa unggul di wilayah tersebut, itu jelas berkat dukungan Pakde Karwo dan Demokrat yang menjadi mesin parpol utama,” beber Hari Fitrianto.

Sementara itu, Zainul Hamdi panelis dari UIN Sunan Ampel Surabaya menjelaskan bahwa Pilgub Jatim sejatinya pertarungan antara dua parpol yakni Demokrat dan PDIP atau SBY-Megawati. Pasalnya, partai-partai pengusung paslon yang lain hanyalah angka ikut karena mereka lebih mengutamakan kepentingan elektoral 2019.

Terbukti, hasil survei SSC menempatkan kedua partai itu yang paling solid mendukung kedua paslon yang bertanding di Pilgub Jatim. “Bagi Demokrat, kemenangan KIP-Emil adalah untuk mempertahankan kemenangan yang pernah diraih Pakde Karwo pada Pilgub Jatim sebelumnya. Sedangkan kemenangan GI-Puti bagi PDIP adalah suatu keharusan karena menyangkut nama besar Soekarno yang ada pada nama Puti,” ungkap Inung sapaan akrabnya.

Ditegaskan Inung, kedua paslon juga sama-sama menunggangi gerakan politik praktis dengan memanfaatkan NU maupun Banom NU sebagai motor meraih dukungan warga nahdliyin. “Saya juga mengaimini hasil survei SSC di mana peran kiai tidak terlalu menentukan karena otonomi pemilih di Jatim sangat tinggi,” imbuhnya.

Apa pun, kekalahan di angka survei ini sudah menjadi ‘kabar buruk’ bagi Megawati. Ketua Umum DPP PDI-P ini sempat mengatakan, “Saya minta kepada rakyat Jawa Timur untuk dapat menghargai yang namanya Bung Karno dengan memenangkan cucunya (Puti) di Pulgub Jatim,” kata Mega.

Sementara bagi rakyat Jawa Timur,  memilih pemimpin tidak harus berdasarkan keturunan, melainkan kemampuan. (ud)