M. Miftahus Saidin, Sekretaris MDS RIJALUL ANSOR JOMBANG.

M. Miftahus Saidin, Sekretaris MDS RIJALUL ANSOR JOMBANG

Tradisi ziarah kubur yang dilakukan masyarakat Jombang dan sekitarnya pada hari Kamis Kliwon dan Jumat Legi telah menjadi bagian dari kehidupan sosial budaya yang sarat makna. Kebiasaan ini bukan hanya tradisi spiritual, tetapi juga membawa dampak positif bagi perekonomian masyarakat setempat. Para penjual bunga, baik yang menetap maupun dadakan, merasakan berkah dari kegiatan yang sudah mendarah daging ini.

Tradisi Ziarah Kubur dan Kirim Doa

Ziarah kubur pada Kamis Kliwon dan Jum’at Legi memiliki akar tradisi yang panjang, konon dipopulerkan oleh Sunan Kalijaga sebagai bentuk akulturasi budaya Jawa dan ajaran Islam. Tradisi ini tidak sekadar ziarah, tetapi juga dilengkapi dengan ritual doa bersama, membaca tahlil, kalimat thayyibah, dan surat Yasin.

Selain berziarah, masyarakat juga melaksanakan kirim doa di masjid, musholla, atau mengadakan pengajian di rumah. Tuan rumah (shohibul hajjah) biasanya mengundang keluarga dan tetangga untuk berdoa bersama, sebagai bentuk penghormatan kepada orang tua atau leluhur yang telah meninggal dunia. Filosofi di balik kegiatan ini mencerminkan nilai bakti, penghormatan, dan pelestarian tradisi yang positif.

Dampak Ekonomi dari Tradisi Ziarah

Momentum Kamis Kliwon dan Jum’at Legi selalu membawa berkah ekonomi, terutama bagi penjual bunga. Banyak masyarakat yang membeli bunga sebagai simbol penghormatan kepada leluhur saat berziarah. Permintaan bunga melonjak tajam, sehingga pendapatan para penjual pun meningkat berlipat ganda.

Selain pedagang bunga tetap, pedagang dadakan juga bermunculan di sekitar area makam. Hal ini mencerminkan berlakunya hukum supply dan demand. Ketika permintaan bunga meningkat, pasokan pun turut menyesuaikan, menciptakan peluang ekonomi bagi masyarakat.

Tidak hanya itu, pedagang makanan, minuman, hingga perlengkapan doa juga mendapatkan keuntungan dari aktivitas ini. Mereka menyediakan kebutuhan para peziarah dan keluarga yang mengadakan acara kirim doa. Secara tidak langsung, tradisi ini menggerakkan ekonomi lokal dan menciptakan siklus perputaran uang yang signifikan.

Tradisi yang Harus Dilestarikan

Tradisi ziarah kubur dan kirim doa di Kamis Kliwon dan Jum’at Legi mengandung makna spiritual, sosial, dan ekonomi yang sangat penting. Qoidah “al-muhafadhotu alal qodimissholih wal akhdzu bil jadidil aslah” (menjaga tradisi lama yang baik dan mengambil hal baru yang lebih baik) menjadi relevan dalam konteks ini.

Kegiatan ini mengajarkan penghormatan kepada leluhur, memperkuat silaturahmi antarwarga, sekaligus menggerakkan roda ekonomi masyarakat. Oleh karena itu, tradisi ini perlu dilestarikan sebagai warisan budaya yang memiliki nilai spiritual dan ekonomi yang harmonis.

Kesimpulan

Jum’at Legi bukan sekadar momen spiritual, tetapi juga menjadi peluang ekonomi yang signifikan bagi masyarakat Jombang dan sekitarnya. Tradisi ini membuktikan bahwa nilai budaya dan agama bisa berjalan beriringan dengan pertumbuhan ekonomi, menciptakan harmoni yang saling menguntungkan. Dengan melestarikan tradisi ini, masyarakat tidak hanya menjaga warisan leluhur, tetapi juga mendukung kemajuan ekonomi lokal.

Express Your Reaction
Like
Love
Haha
Wow
Sad
Angry