Adhie Massardi dan Hersubeno Arief (Tengah), dan pertemuan Pimpinan Partai di Kebagusan, Kediaman Megawati jelang Sdang Istimewa Pelengseran Gus Dur. (FT/IST)

SURABAYA | duta.co – Hebat! Tidak salah, kalau Partai Demokrat (PD) menempatkan Herzaky Mahendra Putra sebagai Kepala Badan Komunikasi Strategis (Bakomstra) DPP PD. Meski mengaku khilaf, terpeleset, tetapi dia ‘terpeleset’ dalam isu strategis.

Itulah pernyataan Herzaky saat ‘khilaf’ menyebut Megawati Soekarnoputri menggulingkan Presiden Abdurrahman Wahid alias Gus Dur. Benarkah dia khilaf? Menurut mantan Juru Bicara Gus Dur, Adhie Massardi, pernyataan Partai Demokrat itu, lebih banyak betulnya.

“Menurut saya banyak betulnya. Orang-orang Demokrat itu pasti mendapat banyak informasi dari Pak SBY (Susilo Bambang Yudhoyono red.). Pak SBY kan juga terlibat langsung juga di dalam proses pelengseran Gus Dur itu,” jelas Adhie Massardi kepada Hersubeno Arief.

Menurut Adhie Massardi, SBY juga tahu persis pelengseran Gus Dur, termasuk siapa saja yang terlibat. Karena? “Waktu itu beliau (SBY) kan Menkopolkam, kemudian diminta untuk mengatasi krisis politik ini. SBY kemudian dianggap gagal, diganti Pak Agum (Agum Gumelar red),” jelasnya.

“Saya tidak tahu, setelah itu Pak SBY ke mana? Tetapi, beliau sebagai Menkopolkam (jelas) mengamati situasi itu. Ketika beliau tidak berani mengambil keputusan menyikapi rencana kudeta inkonstitusional terhadapo Gus Dir itu, pasti beliau melihat ada hal-hal yang berat, yang tidak bisa diatasi,” demikian telaah Adhie Massardi yang tayang di ‘Hersubeno Point’ tersebut.

Dan, lanjut Adhie Massardi,  kemudian kalau kita melihat peta politik waktu itu, saya (sekarang) lagi mencari data yang jelas, konstelasi politik waktu itu. “Karena di Parlemen itu, nomor satu PDIP, fraksi terbesar  nomor dua Golkar kalau gak salah. Jika melihat konstelasi politik saat itu, memang mudah membacanya, bahwa kekuatan terbesar di parlemen itu adalah PDIP. Kalau PDIP tidak setuju, tidak akan terjadi (kudeta).. Sampai di situ pandangan Parati Demokrat, bahwa, Megawati terlibat, itu menjadi masuk akal, secara politik. Paling tidak turut sertalah,” tambahnya.

Mudah Membacanya

Kemudian kalau saya flashback  lagi, lanjutnya, pada hari Minggu tanggal 21 Juli 2001 itu, ada rapat pimpinan partai. Semua pimpinan partai, rapat di Kebagusan, kediaman Ibu Megawati. “Nah sore-sore menjelang maghrib, saya nonton televisi di Istana, ada juru bicara, hasil rapat pimpinan partai itu. Yang menarik, pimpinan PKB juga datang, namanya Mathori Abdul Djalil, sudah dipecat sama Gus Dur. Tetapi masih merasa sebagai pimpinan PKB, dan hadir di situ,” terangnya.

Yang mengejutkan, “Keputusan pertemuan di Kebagusan (Kediaman Megawati red.) itu, menyatakan, bahwa, besok akan ada pimpinan nasional baru. Kalau zaman sekarang ini sudah makar, nih. Kita terus memantau itu,” jelas Adhie.

“Nah, besoknya memang ada sidang istimewa. Mula-mula alasan pergantian Kapolri (Bimantoro, yang memilih membelot, bergabung dengan oposisi) digantikan Pak Chaerudin Ismail, katanya, tanpa persetujuan DPR. Maka, jadilah Sidang Istimewa dengan agenda minta pertanggungjawabab Presiden Gus Dur. Katanya, mengganti Kapolri tanpa konsultasi DPR. Padahal, waktu itu UU tidak harus, belum ada keharusan itu.”

“Presiden Gus Dur berpendapat sidang istimewa itu inkonstitusional. Menariknya, tempo hari, Pak Mahfud (Mahfud MD – Menkopolhukam RI sekarang) juga mengatakan, secara konstitusi pelengseran Gus Dur, itu illegal, kan. Nah, untuk menghentikan SI inkonstitusional itu, Gus Dur menerbitkan Dekrit,” terang Adhie.

Fakta Strategis

‘Hersubeno Point’, dalam tayangan itu, juga menyertakan fakta-fakta lama, melalui gambar. Termasuk berita ‘Dukungan Mega Presiden Menguat’. Meski demikian, pernyataan Kepala Bakomstra DPP Partai Demokrat Herzaky Mahendra Putra yang menyebut Megawati Soekarnoputri menggulingkan Presiden Abdurrahman Wahid alias Gus Dur, terus bermasalah, terutama oleh Ketua DPC PDIP Kota Tangerang Selatan, Wanto Sugito.

Wanto menyatakan tersinggung dengan pernyataan Herzaky dalam konferensi pers Minggu 3 Oktober 2021. “Sebagai kader banteng saya sangat tersinggung dengan pernyataan saudara Herzaky, Jubir Demokrat. Selain ngawur, Herzaky tidak paham sistem politik saat itu, di mana MPR RI kedudukannya sebagai lembaga tertinggi. MPR itu terdiri dari DPR RI dan DPD RI. Jadi kalau mau main tuduh, harusnya ke Amien Rais, bukan ke Ibu Megawati,” kata dia dalam keterangannya, Selasa (5/9) sebagaimana berita merdeka.com.

Wanto pun meminta agar Herzaky meminta maaf kepada Megawati dan PDIP, lantaran menurutnya sudah menyentuh harkat dan martabat ketua umumnya. “Saya berikan waktu kepada saudara Herzaky untuk meminta maaf. Jika tidak, maka karma politik akan terus melanda Demokrat,” kata dia.

Bahkan, Wanto meminta Herzaky mempertanyakan hal tersebut kepada Amien Rais langsung selaku Ketua MPR kala itu. Menurutnya, antara Megawati dan almarhum Gus Dur terjalin rasa persahabatan, sehingga jangan dipecah belah akibat urusan politik. “Sebaiknya Demokrat konsolidasikan saja internalnya daripada campur tangan ke partai lain,” kata dia yang juga tayang di  liputan6.com.

Menanggapi hal tersebut, Haerzaky menyatakan bahwa ia tidak sengaja mengatakan hal tersebut. “Saya ini pengagum Gus Dur dan NU. Saya juga hormat kepada Ibu Megawati sebagai mantan presiden. Mohon maaf saya kepeleset lidah saat tanya jawab setelah konferensi pers,” kata Herzaky kepada  wartawan, Rabu (6/10).

Lalu? Herzaky menyampaikan permohonan maaf atas kekeliruan yang dia buat. “Yang saya maksud, Ibu Megawati menggantikan Gus Dur. Saya mohon maaf kepada siapapun yang tidak berkenan atas kekeliruan ini,” katanya. (mky, berbagai sumber)

Express Your Reaction
Like
Love
Haha
Wow
Sad
Angry