JAKARTA | duta.co – Capres Jokowi tampil agresif. Namun menurut Ketua Umum PPP Humphrey Djemat, Jokowi lebih suka menyerang personal Prabowo. Tampak sekali ia ingin terkesan ‘menang’. Ini yang membedakan seorang negarawan dan petugas partai.

“Cuma yang kita sayangkan kan sudah ada peraturan KPU tidak boleh menyerang personal. Tadi Pak Jokowi sudah mulai serang personal tapi Pak Prabowo nahan-nahan. Sisanya kuasai tapi saya kira Pak prabowo cukup tenang, tidak langsung spontan bereaksi,” jelas Humphrey usai debat ke-2 di di Hotel Sultan, Jakarta, Minggu (17/2).

 Ada yang menarik, ketika Capres nomor urut 02 Prabowo Subianto menjawab jebakan pertanyaan rivalnya Jokowi. Dalam salah satu sesi Jokowi memberikan pertanyaan kepada Prabowo berkaitan dengan rencana Prabowo membangun sistem unicorn di Indonesia.

Dengan pertanyaan itu, Prabowo sebelum menjawab, sejenak tampak sempat loading dan meminta klarifikasi ke Jokowi. “Maksud bapak unicorn  itu yang online-online itu? Jokowi kemudian merespon dengan mengangguk-ngangguk, sambil sedikit menyunggingkan isyarat bibir khasnya yang terkesan sinis.”

“Mungkin maksud Jokowi, dengan pertanyaan itu Prabowo tidak akan faham dengan pertanyaan yang agak masuk poin era digitalisasi bisnis. Namun jebakan pertanyaan itu, ternyata cukup bisa dilahap dengan baik oleh Prabowo. Ini tanda awal bahwa Prabowo tidak segaptek yang disangkakan,” kata mantan aktivis HMI Ciputat, Hadi Saiful Rizal.

Hadi melihat, Prabowo bisa memaparkan bahwa ke depan unicorn akan dikembangkan semakin baik dari sisu regulasi dan perizinan yang akan semakin diperbaiki dan ditingkatkan.

Namun inti poin dalam digitalisasi perkembangan bisnis unicorn Prabowo menilai, ada celah di mana zaman E-Commerce berpotensi melarikan uang transaksi ke luar negeri sehingga harus dianalisa kebijakan regulasinya ke depan.

Prabowo menyebut, unicorn pada akhirnya digitalisasi uang sebagai alat tukar transaksi bisnis atau perdagangan akan bisa jadi lebih cepat.

“Sehingga uang-uang transaksi dengan unicorn asing akan berakibat tertahan di luar negeri. Dan kita kesulitan mendatang uang di dalam negeri,” jelas Hadi kepada rmol, Senin (18/2). (rmol)