Wapres M Jusuf Kalla dan keluarga ketika hendak menyoblos Pilkada DKI Jakarta. (FT/MERDEKA)

JAKARTA | duta.co – Wapres M Jusuf Kalla merasa lega menyaksikan proses demokrasi Pilkada DKI Jakarta, Rabu (19/4/2017), yang berjalan lancar. Pak JK, demikian akrab dipanggil, menyampaikan bahwa ini adalah kemenangan bersama, kemenangan warga Jakarta. Yang kalah harus legowo yang menang tidak terlalu euforia.

“Kalau melihat hasil  quick count atau hitung cepat, selisihnya jauh, sampai 15%. Tetapi tetap harus menunggu rekap KPU. Kalau mengacu quick count, maka, pasangan Anies-Sandi yang akan menjadi gubernur DKI karena selisihnya banyak, saya sendiri tidak mengira, tadi saya kalah taruhan angka,” kata JK kepada wartawan TvOne di Jakarta, Rabu (19/4/2017).

Sejumlah pengamat mulai menghitung sebab, mengapa kekalahan Ahok begitu telak. Burhanuddin Muhtadi, direktur eksekutif Indikator Politik Indonesia yang juga dosen di Prodi Ilmu Politik, FISIP UIN Syarif Hidayatullah dan Pascasarjana Universitas Paramadina, mengatakan, bahwa, salah satu sebab yang membuat Ahok jeblok alias lokro adalah isu sembako.

“Kalau mencermati hasil survei di mana tingkat kepuasan warga Jakarta terhadap kinerja Ahok, itu tinggi, maka, ada faktor lain yang membuat suara Ahok jeblok. Salah satunya adalah isu sembako. Dengan mencuatnya isu sembako, maka, pendukung Ahok mulai berpikir, kok sama saja dengan yang lain, mereka menganggap Ahok atau paling tidak timnya juga tidak bersih, ini membuat militansi pendukung Ahok turun,” katanya.

Sementara Eep Saefulloh Fatah, yang juga dikenal sebagai konsultan politik Anies-Sandi, menemukan hal baru. Menurut Eep keterlibatan kekuasaan dalam memproteksi Ahok membuat warga Jakarta muak.

“Saya sendiri mendengar langsung dari warga Jakarta yang melihat keterlibatan Istana. Banyak orang mengatakan Pilkada DKI ini kok timnya di Istana. Kondisi ini membuat warga semakin tidak suka dengan Ahok, dengan bahasa yang sangat sederhana mereka mengatakan, pemerintah sudah tidak fair, ini menimbulkan ketidaksenangan terhadap pasangan Ahok,” katanya.

Ketika ditanya apakah selisih yang angka di quick count yang mencapai 15% ini masih bisa mengubah hasil rekap KPU? Baik Burhan maupun Eep tidak yakin karena selisihnya sudah jauh lebih banyak ketimbang margin error-nya. (hud)

 

 

 

 

 

Express Your Reaction
Like
Love
Haha
Wow
Sad
Angry