Ratusan Imigran (pengungsi) dari beberapa negara yang tinggal di penampungan Rusunawa Puspa Agro Desa Jemundo Kecamatan Taman, Sidoarjo, Jatim, Rabu (11/9/19) demo menyampaikan aspirasi dan harapan (FT/LOETFI)

SIDOARJO | duta.co – Keluhan Ratusan pengungsi dari beberapa negara diantaranya Pakistan, Myanmar, Turki, Afghanistan, Iraq, Iran, dan Syria serta masih banyak lainnya yang tinggal di Penampungan Rusunawa Puspa Agro, Desa Jemundo, Kecamatan Taman, Sidoarjo, mulai dirasakan.

Para pengungsi melakukan unjuk rasa di depan halaman rusun, Rabu, (11/9/19), guna menyampaikan aspirasi dan keluhan atas nasib mereka yang tak ada kepastian.

Zyah (26), pengungsi asal Afghanistan ini mengatakan, dirinya telah berada di Indonesia sejak tahun 2014. Selama bertempat di Indonesia, ia dan pengungsi lain tidak mendapatkan kejelasan mengenai penempatan untuk para imigran.

“Kami disini semua merasa bosan dengan nasib kami yang tidak ada kejelasan dan tidak ada kepastian. Seperti terlihat puluhan poster yang salah satunya bertuliskan ‘kami ingin penempatan yang pasti, karena kami sudah lelah dengan penantian yang tak kunjung pasti. Mohon pahami kami,” begitu bunyi spanduk yang dibeber Zyah.

“Kami sangat kecewa dengan Komisioner Tinggi PBB untuk pengungsi yakni United Nations High Commissioner for Refugees (UNHCR) dan negara-negara ketiga (tujuan) seperti Amerika dan Australia. Kami hanya ingin menanyakan kepada UNHCR dan IOM bahwa kami menginginkan resettlement. Karena saat ini kami belum jelas nasibnya dan secara hukum kami orang-orang homeless (tidak punya tempat tinggal),” pungkas Zyah.

Ia melanjutkan, digelarnya unjuk rasa ini tidak lain karena untuk menanyakan nasib para imigran kepada UNHCR dan IOM (International Organization for Migration).

“Tujuan kami mengadakan demo ini adalah untuk menanyakan nasib kami kepada UNHCR dan juga IOM. Saya rasa semua orang tahu penyebab kami meninggalkan negara asal kami. Setiap hari ada ledakan bom dimana-mana dan banyak dari orang-orang yang terbunuh,” jelasnya.

“Maka dari itu kami mencari perlindungan di Indonesia ini dan berharap UNHCR dan negara ketiga mau menolong kami,” tegas Zyah disela demo.

Sejak 2014 Tanpa Kepastian

Diketahui, dari tahun 2014, para imigran terombang-ambing karena tidak bisa bekerja dan belum tahu tempat tujuan. Zyah mengatakan, dirinya hanya menginginkan keadilan dan hak sebagai manusia dipenuhi.

“Karena destinasi (tujuan) yang bagus sangat penting bagi kami. Kami malu apabila orang-orang bertanya dari mana asal kami dan apa yang kami lakukan disini. Indonesia adalah negara kedua kami dan kami menunggu untuk segera tinggal secara legal di negara ketiga setelah ini,” imbuhnya.

Sementara, Wahyu Triwibowo, Kasubsi Ketertiban di rumah detensi imigrasi (rudenim) Surabaya yang berkantor di Bangil tersebut mengatakan, pihaknya telah melakukan pengawasan terhadap aktifitas dan keseharian para imgiran.

“Kami dari pihak imigrasi fungsinya sebagai pengawasan administratif. Namun, demikian dalam hal aktifitas dan keseharian mereka (para pencari suaka) juga tetap dalam pengawasan kami. Tentunya bekerja sama dengan instansi terkait tentang kegiatan mereka ini kami selalu  mengimbau kepada mereka untuk menghentikan aksi. Karena dari pemerintah Indonesia sendiri terutama imigrasi hanya mengimbau kepada UNHCR untuk memproses mereka,” terangnya.

“’Untuk pertimbangan dari hasil assessment UNHCR dan data mereka pun sudah kami serahkan kepada negara ketiga. Disitu nanti akan diseleksi kembali. Yang memiliki angka kerentanan lebih tinggi diantaranya berusia lanjut, cacat fisik, dan pertimbangan lainnya kami tidak tahu karena itu dari pihak negara ketiga. Hal ini dilakukan karena selain kejenuhan, juga angka resettlement yang menurun. Penempatan di negara ketiga yang menurun itu diluar kewenangan pemerintah Indonesia,” imbuh Bowo.

Kapolsek Taman Kerahkan 60 Personel

Kapolsek Taman, AKP Himmawan saat ditemui wartawan terkait aksi ratusan imigran tersebut menyampaikan, pihaknya telah mengantisipasi adanya unjuk rasa yang digelar para imigran.

“Ini mereka ingin mengutarakan keinginan mereka secara terbuka karena saat ini mereka mengalami kejenuhan. Ada yang sudah 5 sampai 7 tahun. Sudah beberapa hari berupaya untuk melakukan demonstrasi secara terbuka di luar puspa agro atau di jalan. Maka dari itu, kami antisipasi saja karena kondisi mereka secara psikologis kan juga stres dan kejenuhan,” ujar Kapolsek Taman.

Lanjut Himmawan, pihaknya telah mengerahkan 60 anggota personel gabungan dari Polresta Sidoarjo khususnya Polsek Taman guna mengamankan unjuk rasa yang digelar di luar Puspa Aro tersebut.

“Jadi kita mengerahkan personel untuk mengamankan dengan tujuan agar mereka mendapatkan perhatian. Akhirnya, setelah proses negosiasi dengan pihak puspa agro, mereka mengizinkan berdemo dengan syarat dilakukan secara tertutup dan tidak dilakukan di luar area. Personel yang dilibatkan ada 60 anggota, yakni personel gabungan Polresta, Polsek Taman khususnya,” imbuhnya.

“Karena saat ini ada pembatasan kuota imigrasi dari negara ketiga, untuk masuk kesana mereka memiliki kewenangan dan kriteria-kriteria dalam menerima Refugees baru. Sebenarnya tidak hanya di Indonesia saja, mereka ini ada juga yang sedang mencari suaka di Malaysia dan Thailand malah lebih banyak,” tutup Himmawan. (loe)

Express Your Reaction
Like
Love
Haha
Wow
Sad
Angry