SURABAYA |duta.co –  Biasa! Menjelang Konferwil NU (Konferensi Wilayah Nahdlatul Ulama) beredar sejumlah nama yang dianggap layak untuk memimpin organisasi ini. Apalagi bagi Ormas sebesar NU yang membawai jutaan (umat) nahdliyin .

“Sekarang grup-grup WA sudah mulai rame. Meski kami sendiri (selaku pengurus PCNU red.) belum mendapat pemberitahuan resmi dari PWNU kapan Konferwil digelar. Kalau benar seperti diberitakan media (duta.co), Konferwil berlangsung Sabtu 28 s/d 29 Juli 2018, berarti mepet sekali,” demikian disampaikan salah seorang Ketua Pengurus Cabang NU (PCNU) kepada duta.co, Senin (16/7/2018).

Masih menurut kiai muda ini, lazimnya sebelum Konferwil digelar, didahului draf pelaksanaan, dan itu biasanya 14 hari sebelum acara. Sekarang waktunya tinggal 12 hari. “Barangkali masih dalam perjalanan. Nanti begitu jelas, dan draf tiba, sebagai pengurus cabang pasti membahasnya,” jelasnya sambil minta namanya tidak disebut karena belum ada informasi yang kualitatif.

Di media sosial nahdliyin, isu Konferwil paling dominan, dan menyebar cepat di grup-grup lain, seperti grup ‘SAHABAT HASYIM’, grup ‘PKPNU’, ‘PWNU JATIM’ bahkan grup ‘MUSLIMAT NU’ yang kini masih sibuk dengan syukuran kemenangan Khofifah-Emil.

H Masnuh, mantan Bendahara PBNU mengatakan, bahwa, Konferwil NU Jatim ini menjadi momen startegis untuk menata NU lebih baik. Apalagi Jawa Timur menjadi barometer nasional.

“Kalau soal kandidat, NU tidak pernah kekurangan kader terbaiknya. Hari ini, di jajaran PWNU Jatim ada nama H Abdul Hakim alias Gus Kikin. Beliau bukan hanya cerdas dalam berorganisasi, tetapi juga memiliki nasab yang kuat,” tegas H Masnuh kepada duta.co, Senin (16/7/2018).

Gus Kikin adalah putra KH Mahfudz Anwar (Pondok Pesantren Seblak) yang terkenal dengan ilmu falaknya. Dia juga masih keponakan KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur). Di samping itu, Gus Kikin juga dikenal sebagai pengusaha, memiliki independensi tinggi, tidak mudah tergiur dengan godaan politik praktis. “Belajar dari yang sudah-sudah, sosok Gus Kikin sangat dibutuhkan,” tegasnya.

H Masnuh (FT/BAROMETERJATIM)
Kubu Khitthah

Masih menurut H Masnuh, masih ada nama lain, seperti Prof Ali Maschan Moesa. Meski dia pernah dipersoalkan karena mengikuti Pilgub Jatim 2008, tetapi Ali Maschan dinilai sebagai kader NU yang tidak mau mengorbankan organisasi. “Dia akademisi, memiliki keilmuan yang lebih untuk menata NU Jawa Timur,” tegasnya.

Masalah yang paling kuat dalam Konferwil NU kali ini, adalah penegakkan khitthah.  “Ini yang rame di medsos. Tetapi, warga NU secara umum, paham, bahwa, banyak pengurus NU yang tidak kuat dengan godaan politik praktis. Bagi mereka, sebaiknya berada di luar struktur NU. Saya melihat kekuatan penegakan khitthah di PWNU Jatim masih begitu kuat. ‘Kubu’ khitthah berharap NU benar-benar bersih dari kepentingan politik praktis,” tambah H Masnuh. (mky)

Express Your Reaction
Like
Love
Haha
Wow
Sad
Angry