Riza Ali Faizin, Ketua PC GP Ansor Sidoarjo (FT/FKUB SDA)

SIDOARJO | duta.co – Terjadi perang opini. Setelah aksi penolakan GP Ansor terhadap penceramah Khalid Basalamah, kini muncul opini di media sosial yang menyudutkan GP Ansor. Misalnya, GP Ansor disebut membubarkan majelis ilmu, GP Ansor merusak masjid. GP Ansor lebih suka menjaga gereja, sementara kegiatan ilmu sesama muslim dibubarkan dan, masih banyak berita miring lainnya.

Bahkan ada surat terbuka yang ditulis atas nama Habib Abu Syuja’ Al-Khathab bin Muhammad bin Abu Syaib bin Abu Muhammad Al-Banjari, Keturunan Nabi Adam ‘Alaihissalam dari Generasi yang ke sekian. Tidak jelas, ini buatan siapa, karena yang bernama Habib Abu Syuja’ tidak menyertakan alamat dan nomor teleponnya.

Menurut Habib Abu Syuja’, ”Betapa miris & sedih hati ini, tatkala menyaksikan sebuah tayangan & mendengar berita bahwa ada “SEGELINTIR” BANSER GP ANSHOR yang telah berhasil membubarkan sebuah Majelis Ilmu (Baca : Taman Surga), yang diadakan untuk memberikan pencerahan kepada umat di Tanah Jawa. Secara khusus, surat ini ditujukan kepada semua BANSER GP ANSHOR SIDOARJO & secara umum kepada semua BANSER GP ANSHOR diseluruh Indonesia,” tulisnya.

Dan masih banyak lagi kalimat yang ditulis seseorang bernama Habib Abu Syuja’ ini, berdana miring terhadap GP Ansor.

Kepada duta.co, Riza Ali Faizin, Ketua PC GP Ansor Sidoarjo merasa perlu untuk memperjelas duduk masalahnya, sehingga tidak ada persepsi yang keliru apalagi sinis terhadap Ansor.

“Ini disengaja atau tidak, tetapi inilah gaya mereka dalam berdakwah, menyebarkan berita yang tidak benar, tidak sebenarnya, mendramatisir bahkan ke luar dari konteks kejadian dengan tujuan menjelek-jelekkan kelompok lain dan mengambil simpati seakan-akan dia benar. Bahkan dia menyebut dirinya seperti akhlaq Rasulullah, padahal jauh dari itu,” kata Riza kepada duta.co Minggu (05/03/2016).

Untuk itu, menurut Riza, dirinya perlu mengklarifikasi terkait kronologi kejadian kemarin. Klarifikasi dibutuhkan bagi mereka yang masih mau melihat dan mendengar kebenaran. Tetapi bagi mereka yang sudah tertutup fanatisme kepada Wahabi, jelas klarifikasi itu tidak ada gunanya.

“Yang kita tolak itu bukan majelis ilmunya, bukan. Sebagai bukti ketika Basalamah turun diganti ustadz lain, kita tidak mempermasalahkan. Silakan, GP Ansor itu cinta ngaji, tetapi kalau pengajian dipakai untuk menjelek-jelekkan yang lain, GP Ansor tidak akan diam. Basalamah ini, tidak sekali dua kali bikin masalah,” katanya serius.

Kedua, lanjut Riza, saat forum mediasi yang diprakarsai Kapolres Sidoarjo antara MWC NU, Ansor, Panitia dan pengurus Masjid, sudah ditemukan solusi. Kapolres meminta bukti rekaman dan contoh ceramah Khalid Basalamah yang dianggap memprovaksi dan rentan menimbulkan konflik.

“Ansor sudah menyiapkan tiga keping video, bisa dilihat bagaimana Khalid Basalamah menelanjangi ajaran atau kelompok lain, dia begitu mudah menyalahkan aliran lain tanpa memahami hujjah mereka, mensyirikkan tanpa perbandingan dalil. Ini kalau dibiarkan berbahaya. Inilah yang kami anggap menjadi pokok persoalan. Apa mereka anggap ini biasa? Kalau terjadi konflik horizontal, bagaimana?” tanyanya.

Masih menurut Riza, bukan perbedaan madzhabnya yang disoal, tapi bagaimana menghargai perbedaan antarsesama umat. Ansor dan NU sudah terbiasa berbeda paham, dengan Muhammadiyah dan aliran lain yang seiman bahkan dengan agama lain, namun selama ini tidak masalah, tetap hidup rukun dan damai. Mengapa? Karena tidak ada provokasi.

Ketiga, masih dalam negosiasi dengan Kapolres, panitia menyatakan bahwa yang ceramah bukan Khalid Basalamah melainkan CD rekamannya. Padahal CD-nya juga banyak yang bermasalah. Inilah gaya mereka berbohong. Dan, ketika kita mengetahui bahwa yang berceramah tetap Khalid Basalamah, maka GP Ansor merasa dibohongi.

“Meski demikian, kami, GP Ansor tetap sabar. Dan tetap pada koridor negosiasi, percaya pada pihak kepolisian. Ansor tidak mengambil tindakan apa-apa selain hanya minta komitmen itu ditepati demi kebersamaan,” tambahnya.

Namun Apa yang terjadi? “Berita yang beredar di media mereka, kita melakukan pembubaran dan bentrok bahkan merusak masjid. Masya Allah, tidak ada satu pun aset rumah Allah yang dirusak dan dikotori oleh Ansor Banser NU,” ujarnya.

Nah, di saat situasi tenang dan selesai karena ada kesepakatan, bahwa panitia menghentikan ceramah Khalid Basalamah serta tidak akan menaikkan ke mimbar lagi,  dan pengurus masjid berjanji tidak akan mengundangnya di kemudian hari, situasi benar-benar tenang, damai, Ansor dan Banser siap meninggalkan lokasi.

“Eh tahunya, ketika kita mau pulang tiba tiba ada laporan bahwa Ketua PAC Ansor Tulangan dipukul jamaah pengajian. Ini masalahnya. Itu pun Ansor tidak melakukan pembalasan, walaupun sangat bisa, Ansor memilih menyerahkan kepada polisi,” tambah Riza.

Dan perlu juga diberitahukan kepada publik, bahwa, selain melakukan penolakan terhadap Khalid Basalamah, GP Ansor juga meminta untuk melakukan tabayyun, berdialog dan berbagi ilmu dengan saudara Khalid Basalamah. Tujuannya untuk menjaga tradisi keilmuan sekaligus ingin menghilangkan kesalahfahaman di antara kita.

“Kita siap dialog, apa saja yang dikatakan syirik dll oleh Basalamah. Namun permintaan itu tidak kesampaian karena konsentrasi kesepakatan untuk mendinginkan suasana. Kami masih berharap ada dialog keilmuan, biar masyarakat paham. Kalau Basalamah bersedia kita pertemukan dengan Kiai NU, biar tuntas secara keilmuan. Jangan sampai ke sana ke mari menjelek-jelekkan amalan NU, mengkafir-kafirkan kita. Kalau itu yang terjadi, pasti kita tolak,” demikian Riza mengakhiri penjelasannya.

Aksi GP Ansor Sidoarjo ini tidak sendirian. Di sejumlah daerah juga sepakat menolak dai-dai Wahabi. Kini sedang beredar secara massif video-video yang menggambarkan betapa kasar perlakuan wahabi terhadap warga nahdliyin. Misalnya, pembubaran majelis salawat di Yogjakarta. Video-video itu perlu dicermati dan tentu diklarifikasi. (yan)

Express Your Reaction
Like
Love
Haha
Wow
Sad
Angry