Prof Dr KH Imam Suprayogo, MPd

SURABAYA | duta.co – Guru Besar UIN Maulana Malik Ibrahim (Maliki) Malang, Prof Dr KH Imam Suprayogo, MPd memberikan pandangan lain terkait dibukanya seleksi penerimaan beasiswa Pemerintah Maroko oleh Kemenag RI, mulai Selasa (13/5/24) kemarin.

“Dulu, mahasiswa saya (UIN Malang) ingin sekali belajar ke Maroko. Akhirnya, beruntung dapat beasiswa ke Maroko. Awalnya, senang luar biasa. Berangkatlah ke Maroko. Hanya tiga bulan, dia kembali ke Malang. Saya tanya: Kenapa kembali? Jawabnya sederhana, pendidikan di Malang jauh lebih baik dibanding Maroko,” demikian Prof Dr KH Imam Suprayogo kepada duta.co, Rabu (15/5/24).

Gubes UIN Maulana Malik Ibrahim (Maliki) Malang ini, memberikan pandangan lain, agar mahasiswa kita tidak mudah kepincut pendidikan luar negeri. Ini menyusul kabar Kementerian Agama membuka program seleksi penerimaan beasiswa Pemerintah Maroko. Program ini diperuntukkan bagi calon mahasiswa yang lolos seleksi.

“Pendaftaran peserta program seleksi penerimaan beasiswa Pemerintah Maroko ini dibuka dari 13 – 20 Mei 2024. Peminat bisa daftar melalui Pusaka Superapps Kementerian Agama. Aplikasi bisa didownload di PlayStore atau Google Play,” terang Direktur Pendidikan Tinggi Keagamaan Islam, Ahmad Zainul Hamdi, di Jakarta, Rabu (15/5/2024).

Menurut Prof Dr KH Imam Suprayogo, jawaban mahasiswanya yang ke Maroko itu, bukan basa-basi. “Suatu saat saya ke Maroko. Apa yang dirasakan mahasiswa kelahiran Aceh itu, tidak keliru. Sebenarnya di Indonesia sudah mulai banyak lembaga pendidikan yang kualitasnya lebih baik dan hebat dibanding di negara-negara tersebut,” tegasnya.

Nah, dari pengalaman itu, KH Imam Suprayogo berusaha mengenalkan lembaga pendidikan (UIN) yang dipimpinnya. “Alhamdulillah berhasil. Mahasiswa saya dari luar negeri tidak kurang dari 32 negara, termasuk Maroko, Aljazair, Sudan, dll. Bahkan sebelum covid, seorang mufti luar negeri heran, bagaimana anak-anak Rusia yang belajar di Indonesia, tidak hanya pintar, tetapi juga perilakunya menjadi lebih baik.”

Menurutnya, di beberapa kota di Rusia, kini ada alumni UIN Malang. Jumlah semuanya tidak kurang dari 29 orang. Karena dikenal cakap dan berperilaku baik, mereka memperoleh posisi-posisi penting di kotanya masing-masing. “Ini juga pernah kami sampaikan kepada Pak Maftuh Basuni, Menteri Agama waktu itu,” jelasnya.

Belajar di luar negeri, kalau tidak lebih baik, akan sangat merugi. Lebih sial lagi, begitu pulang anak-anak justru melahirkan masalah baru yang dirasakan keluarga maupun masyarakatnya. Misalnya, masalah sepele soal membenahi cara beribadah yang sudah mentradisi, dan akhirnya justru melahirkan keributan dalam keluarga. “Jadi, sistem pendidikan kita tidak kalah baik dari kampus luar negeri. Justru belajar di luar negeri ini bisa menimbulkan masalah tersendiri,” pungkasnya. (mky)

Express Your Reaction
Like
Love
Haha
Wow
Sad
Angry