BEDUG ISTIQLAL: Bedug ini biasa digunakan acara seremonial menyambut tamu luar negeri. Tetapi, tidak perlu untuk Raja Salman karena tidak berkenan. (FT DOK)

JAKARTA | duta.co — Dunia media sosial (medsos) masih ramai soal penolakan Raja Arab Saudi, Salman bin Abdulazis Al Saud untuk memukul bedug ketika berada di Masjid Istiqlal. Sebagian orang menilai Raja Salman kurang elok, tidak menghormati budaya lokal, sementara yang lain justru menyalahkan pihak yang meminta, karena di Arab memukul bedug itu hukumnya bid’ah.

“Ini hubungan negara yang melibatkan perbedaan budaya.  Jadi hal-hal yang tidak subtantif dan mengundang perbedaan, tidak perlu dimunculkan.  Justru yang harus dikedepankan adalah sikap toleransi dan saling menghormati antara keduanya,” demikian disampaikan Yon Machmudi Ph.D, pengamat politik Timur Tengah, kepada duta.co, Senin (27/02/2017).

Masih menurut Yon, bahwa karakter umat Islam Indonesia, itu sangat toleran. Ini yang diajarkan KH Hasyim Asy’ari (pendiri NU) dan juga KH Ahmad Dahlan (pendiri Muhammadiyah).  Betapa rukun para masyayikh kita. Mereka saling menghormati, tunjukkan itu.

Nilai toleransi tingkat tinggi ini, pernah dilakukan oleh pendiri NU, Mbah Hasyim. Dan ini menjadi catatan bersama. Misalnya, suatu ketika, Mbah Hasyim rela menurunkan bedug di masjid beliau yang biasa digunakan untuk memanggil orang salat. Tetapi bedug itu justru diturunkan ketika ada tamu seorang ulama yang berbeda pandangan tentang bendug.

“Jadi, nilai tasamuh harus dikedepankan. Apalagi kita tahu, dalam protokoler Arab Saudi memang tidak ada budaya memukul bedug, jadi jangan dipaksakan. Nilai-nilai lokal mereka yang harus dihormati agar mereka juga nyaman dan tergerak untuk menghormati kita. Kan harusnya begitu,” kata Yon sambil tersenyum.

Seperti diberitakan, Raja Salman akan melakukan beberapa kegiatan di Masjid Istiqlal, Jakarta Pusat, Kamis (2/3/2017) pekan depan. Di antaranya adalah melakukan salat sunah setelah salat zuhur, dan menandatangani buku tamu sebagai kenang-kenangan.

Namun, ada satu kegiatan yang tidak dilakukan Raja Salman. Biasanya, kegiatan ini dilakukan pemimpin negara lain ketika mengunjungi Masjid Istiqlal.

“Mukul bedug secara simbolis dia tidak mau, karena dianggap bidah. Tradisi itu anti bagi mereka orang sahid (Arab),” ujar Kepala Bagian Protokol Masjid Istiqlal Abu Hurairah Abdul Salam, kepada Tribunnews.com di Masjid Istiqlal, Jakarta Pusat, Jumat (24/2/2017).

Tradisi pukul bedug di Masjid Istiqlal sebelumnya pernah dilakukan oleh beberapa kepala negara, di antaranya Presiden Barack Obama (2010), Menteri Pertanian dan Sumber Daya Air Australia Barnaby Joyce (2015), dan Ketua Majelis Permusyawaratan Politik Tiongkok Yu Zhengsheng (2015). (sov)

Express Your Reaction
Like
Love
Haha
Wow
Sad
Angry