SURABAYA | duta.co – Ketua Harian Pergerakan Penganut Khitthah Nahdliyyah (PPKN), H Tjetjep Mohammad Yasien, SH, MH ikut ‘berang’ membaca kritikan Faizal Assegaf, bahwa, Nahdlatul Ulama (NU) hanya hadir untuk mencari kepentingan duniawi.

Menurutnya, omongan Faizal Assegaf itu sangat tendensius dan parsial. “Jangan melihat NU hanya dari kantor Kramat Raya 164, Jakarta (PBNU red.) saja. Faizal perlu jalan-jalan, membaca literasi tentang NU. Kalau ingin praktis, datang ke Museum NU di Surabaya, Anda akan melihat jejak-jejak sejarah tak terbantahkan. Bagaimana masyayikh NU mempertahankan kemerdekaan Indonesia,” jelas Gus Yasien panggilan akrabnya kepada duta.co, Senin (1/11/21).

Selain itu, tegasnya, NU juga menjadi gudang orang alim. Tidak sedikit kiai-kiai NU yang bersih dari urusan duniawi. Tidak sedikit pula ulama NU yang begitu teguh memegang amanat perjuangan, sebagaimana terpatri dalam hati para muassis NU. “Faizal perlu piknik, biar paham kualitas keilmuan tokoh-tokoh NU,” tegasnya.

Menjadi Lapak?

Seperti diberitakan fajar.co.id dengan mengutip kanal YouTube-nya, Faizal Assegaf Official, ia menyebut, di Kantor Pengurus Besarnya atau PBNU merupakan industri proposal terbesar. Proposal untuk aneka kepentingan.

“Ormas ini menjadi lapak kepentingan duniawi, di mana bisa saya simpulkan kalau mau cari Industri penerbitan proposal terbesar di Indonesia, datang ke PBNU. Aneka macam proposal duniawi di sana dengan warnah warni kepentingan,” ujar Faizal di kanal YouTube-nya, yang dikutip fajar.co.id Sabtu (30/10/2021).

Dia menilai bahwa, NU tidak prioritaskan kepentingan umat dan kebangkitan rohani. NU hanya mencari kepentingan duniawi. “Tidak ada mereka bicara soal peradaban Islam. Pembangkitan rohani yang berkualitas yang tunduk dan patuh kepada baginda Rasulullah, peningkatan pikiran yang Insani yang qurani,” ujarnya.

Faizal juga mengatakan, NU bukan kumpulan ulama. Mereka hanya organisasi yang mengatasnamakan ulama. Dia menilai di dalam NU tidak ada ulama yang patut diteladani.

“Modal kalian hanya mengkelabui rakyat dengan kata ulama. Selama kalian menggunakan kata ulama, maka isinya penipuan. Karena di dalam tidak ada ulama. Hanya satu dua orang. Dana (dan red) mereka tidak bisa kita rujuk sebagai ulama yang cemerlang. Ulama yang berpengetahuan. Jadi organisasi ini manipulasi sejak namanya dibentuk,” ungkapnya.

“Saya bilang, datang ke PBNU itu pusat penerbitan proposal kepentingan duniawi yang paling terbesar dalam sejarah umat manusia. Isinya proposal saja. Tidak ada gagasan gagasan dan solusi yang mutakhir kepada umat,” pungkasnya.

Koreksi Internal

Gus Yasien tidak mengelak kalau Faizal menyebut banyak orang menunggangi NU untuk urusan politik dan keduniaan. “Tapi, jangan melihat NU dari PBNU sekarang. Asli, ruwet. Memang, kalau kita bisa saksikan, sekarang, menjelang Muktamar ke-34 NU di lampung yang ramai bukan soal masalah umat, tetapi, siapa Ketum dan Rais Aam. Sudah begitu pakai klaim-klaiman lagi. Ini bukan budaya NU,” urainya.

Masih kata Gus Yasien, Faizal tidak tahu tentang NU sesungguhnya. Dia hanya memotret yang ramai saat ini. Sementara, kita saksikan, yang ramai sekarang adalah PBNU dan manuver politiknya. Bahkan meminjam istilah Prof Rochmat Wahab, gegara oknum politik di PBNU, NU seakan sudah terbeli.

“Ini kesan yang tidak bisa kita tutupi. Berangkat dari sini, stigma Faizal, ada benarnya. Tetapi, tetap saja salah, kalau stigma itu ‘dinisbatkan’ kepada NU secara organisasi. Semoga ini menjadi pelajaran bersama,” pungkasnya. (mky)

Express Your Reaction
Like
Love
Haha
Wow
Sad
Angry