MALANG | duta.co – Kabar sektor pertanian semakin menggembirakan. Hari ini, beras kita mulai melimpah. Karena itu stop impor beras, stop manuver pejabat berotak tengkulak.

Menteri Pertanian, Andi Amran Sulaiman yakin, kalau ini terawat terus, sebagai negara agraris Indonesia punya potensi besar jadi lumbung pangan dunia tahun 2045 mendatang.

Keyakinan ini Ia sampaikan saat memberikan kuliah umum di hadapan Mahasiswa Politeknik Pembangunan Pertanian (Polbangtan) Malang, Kamis (22/11).

“Ada 10 juta ha lahan rawa yang kita manfaatkan. Caranya, dengan meningkatkan indeks pertanaman. Jika sebelumnya hanya satu kali tanam dalam setahun, dengan segala teknologi yang ada, bisa kita tanam tiga kali dalam setahun,” papar Amran disambut tepuk tangan peserta.

Selain dengan meningkatkan indeks pertanaman, lanjutnya, proses tersebut juga dapat dicapai dengan program optimalisasi lahan tadah hujan. Embung-embung yang dibangun nantinya akan digunakan sebagai sarana penampung hujan untuk meningkatkan indeks pertanamannya.

Oleh karena itu, Amran menekankan agar mahasiswa juga mampu menjadi agen perubahan. Salah satunya dengan menjadi penemu-penemu baru di dunia teknologi pertanian.

“Jangan kalah dengan Steve Jobs, bos Apple, atau Mark Zuckenberg yang cuma mahasiswa drop out, tapi bisa jadi konglomerat. Kalian harus punya semangat untuk lebih dari mereka,” pungkasnya.

Masih di depan Mahasiswa Politeknik Pembangunan Pertanian (Polbangtan) Malang, Menteri Amran Sulaiman mengatakan pihaknya mengawali revolusi pertanian Indonesia dari dalam internal Kementan itu sendiri.

Salah satunya adalah menghapus 241 regulasi Yang dianggap tidak lagi sesuai dengan percepatan pembangunan pertanian dan memotong anggaran seremonial lembaga senilai Rp800 miliar untuk kepentingan petani.

“Anggaran tersebut kami fokuskan itu untuk membeli bibit, obat-obatan dan mesin untuk petani,” ujar Amran.

Tak hanya itu, lanjutnya, pencapaian lain dari Kementan saat ini adalah berhasilnya Indonesia sebagai negara pengeskpor sejumlah komoditi pangan. Padahal sebelum era pemerintahan Jokowi-JK pemerintah tak henti-hentinha mengimpor berbagai macam produk pangan dari luar negeri.

“Ada peningkatan ekspor sebesar 24 persen dengan nilai mencapai Rp 441 triliun. Selain itu, pemanfaatan teknologi berdampak besar bagi peningkatan produksi pertanian,” jelasnya.

Pengenalan dan penggunaan alat dan mesin pertanian (Alsintan) ke petani menurut Amran juga mampu menghemat hingga Rp361 triliun. Dimana umumnya petani membutuhkan waktu selama 25 hari untuk menanam padi diatas lahan seluas satu hektar maka dengan Alsintan yang modern hanya akan membutuhkan waktu tiga jam saja.

“Petani bisa melakukan tanam dan panen dari rumah, semuanya sudah diprogram, tanpa harus dikemudikan sendiri. Jadi sambil bercengkerama di rumah, tanam dan panen tetap bisa jalan,” ucapnya.

Tak hanya itu, lanjutnya, penggunaan alsintan juga dapat menekan angka kehilangan (loses) hasil panen yang sebelumnya bisa mencapai 10 persen. Oleh karenanya, Kementerian Pertanian menggenjot pemanfaatan alsintan hingga mengalami kenaikan mencapai 2000 persen. Bahkan saat ini Kementerian Pertanian sudah mengembangkan traktor yang bisa dioperasikan secara otomatis.

Amran juga mengungkapkan salah satu terobosan yang dilakukan di era Pemerintahan Jokowi-JK adalah Asuransi Pertanian. Asuransi ini untuk melindungi petani dari risiko kerugian akibat kegagalan panen karena bencana alam dan serangan hama. Tidak hanya itu, program asurasi juga sudah diperluas ke sektor peternakan, dengan adanya asuransi bagi ternak sapi. (jto,rmol)

Express Your Reaction
Like
Love
Haha
Wow
Sad
Angry