Yon Machmudi, PhD, Ketua Prodi Kajian Timur Tengah dan Islam Universitas Indonesia (UI). (FT/MEDCOM.ID)

SURABAYA | duta.co – Bukan cuma media asing yang sibuk memberitakan rencana ICFR (the Israel Council on Foreign Relations) mengundang KH Yahya Cholil Staquf (Katib Aam PBNU) untuk member kuliah umum berjudul Shifting Geopolitical Calculus: From Conflict to Cooperation. Acara yang sedianya digelar Rabu (13/8/2018) di the David Amar Worldwide North Africa Jewish Heritage Center, Yerusalem itu juga mengundang polemik di tanah air.

“Jika benar, kunjungan Pengurus PBNU yang notabene anggota Staf Khusus Presiden RI (Kiai Yahya Cholil Staquf red.) itu akan menjadi kontra produktif terhadap kebijakan pemerintah Indonesia, khususnya dalam menyikapi isu Palestina” demikian disampaikan Yon Machmudi, PhD, Ketua Prodi Kajian Timur Tengah dan Islam Universitas Indonesia (UI), kepada duta.co Sabtu (9/6/2018).

Menurut Yon, sikap tegas RI yang menunda visa rombongan Israel beberapa hari sebelumnya, itu lebih karena keprihatinan Indonesia terhadap banyaknya korban tewas  dari warga sipil Palestina. Kalau sampai kunjungan itu tetap dilakukan, maka, bisa mementahkan sikap pemerintah. “Apalagi beliau itu membawa nama kepresidenan,” jelasnya.

Menurutnya, akan lebih bijak kalau rencana kunjungan itu dibatalkan demi menghormati kebijakan pemerintah dan dukungan rakyat Indonesia terhadap Palestina. Sikap Indonesia yang menolak kedaulatan negara Israel, sampai detik ini, tidak berubah dan sebagai warga Negara, seyognya memperkuat sikap tersebut.

Lebih ironis lagi, kunjungan itu hanya akan melegitimasi Israel saja. “Ya! Jika kunjungan itu dilakukan, maka, dapat dipastikan Israel yang mendapatkan manfaat jauh lebih besar, bahkan dengan itu mereka bisa klaim sebagai keberhasilan diplomasi negara tersebut,” tambahnya.

Ditanya soal sikap umat Islam dunia, lelaki asal Jombang, Jawa Timur ini, menjelaskan bahwa, hal tersebut tidak bisa dinafikan begitu saja, terutama rakyat Palestina . “Kunjungan ke wilayah Israel jelas akan melukai perasaan warga Palestina yang sedang berduka,” ujarnya.

Perlu diketahui, tambahnya, bahwa, saat ini Israel dan AS butuh dukungan internasional untuk melegitimasi tindaka-tindakannya di Palestina. Maka, kedua negara ini butuh organisasi besar seperti NU di Indonesia. “Dengan demikian, kunjungan wakil dari organisasi Islam terbesar di dunia seperti Nahdlatul Ulama (NU) ini merupakan momen yang sangat penting dan, ditunggu-tunggu oleh mereka,” jelas Yon Machmudi.

Seperti diberitakan berbagai media asing, termasuk situs Albalad.co, bahwa Anggota Dewan Pertimbangan Presiden, Yahya Cholil Staquf, diundang menjadi pembicara di Israel. Pengundangnya adalah the Israel Council on Foreign Relations (ICFR), forum independen yang mempelajari dan membahas isu-isu kebijakan luar negeri, terutama terkait Israel dan bangsa Yahudi. ICFR beroperasi dengan bantuan WJC (Kongres Yahudi Dunia).

Wartawan Politik Israel, Simon Aron menulis di media sosialnya, “Meskipun tidak ada hubungan diplomatik antara Indonesia dan Palestina, Ulama senior Indonesia, Sekretaris Jenderal Forum Keagamaan,  Kyai Haji Yahya Cholil Staquf , Diundang untuk memberikan kuliah di Institut Medellin Minggu depan. Selamat datang di Israel !!!”. Sementara Palestina sendiri dikabarkan berharap agar NU membatalkan rencana kunjungan tersebut. Apa pun alasan, undangan tersebut bakal melukai umat Islam dunia. (mky)

Express Your Reaction
Like
Love
Haha
Wow
Sad
Angry