KEDIRI | duta.co – Ribuan keluarga besar Bani Aryo, Ahad (7/7/24) menggelar haul di rumah HM Sulthon di Badas, Pare, Kediri. Sejumlah masyayikh berikut anak cucu hadir, termasuk Prof Yon Machmudi, PhD hadir.

Haul kali ini cukup menarik, bukan sekedar penetrasi ajaran ahlussunnah wal-jamaah an-nahdliyah, tetapi ada arahan bagaimana menyikapi polemik nasab Ba’alawi yang berkepanjangan.

“Alhamdulillah! Haul kali ini kita bisa mendengar penjelasan Profesor Yon Machmudi, pengamat politik Timur Tengah. Selain itu, sesekali Bani Aryo ikut kuliah di depan dosen UI (Universitas Indonesia red). Kalau perlu sampai jam 4 sore, tidak apa-apa,” demikian KH Abdul Karim Elmuna, pengasuh PP Al-Manshuriyah, Mayangan, Jogoroto, Jombang dari atas mimbar.

KH Samsul Huda yang kebagian taushiyah awal, mempersingkat waktu. Pun Kiai Karim. Akhirnya Prof Yon Machmudi, Ketua Prodi Pascasarjana Kajian Timur Tegah dan Islam, berkenan naik panggung. “Memberikan ceramah di depan masyarakat umum, memang, tidak mudah. Apalagi kalau sehari-hari hanya berdiskusi ilmiah dengan para mahasiswa di kampus,” katanya.

Suami Soraya Dimyathi (PP Darul Ulum, Rejoso) ini menjelaskan, bahwa, anak cucu Bani Aryo ini harus terjaga dalam menghadapi berbagai problem dunia yang kian kompleks. Termasuk akhir-ahhir ini geger soal nasab, apakah nasab Ba ‘Alwi atau Ba ‘Alawi itu sambung kepada Rasulullah Muhammad SAW atau tidak?

“Jangan ada keluarga Bani Aryo yang ikut gegeran soal nasab. Belakangan mengkhawatirkan, mengerikan. Tidak ada manfaatnya. Kalau ada oknum, atau siapa pun yang berbuat salah, itu bukan berarti kesalahan seluruh keturunan mereka,” jelas Yon Machmudi yang juga dikenal sebagai Ketua Prodi Sekolah Kajian Stratejik dan Global UI ini.

Menurut Cak Yon, panggilan akrab di lingkungan Bani Aryo ini, gegeran soal nasab sampai sekarang belum ada tanda-tanda ger geran. “Saya bayangkan kalau saja ada keluarga Bani Aryo yang terlibat gegeran ini, lalu antara suami dan istri berbeda sikap. Ini berbahaya. Tidak ada manfaatnya,” tegasnya.

Peneliti ‘Dampak Perubahan Sosial dan Modernisasi Pesantren terhadap Penurunan Otoritas Ulama di Indonesia (2013-2015)’ itu, bepesan agar Bani Aryo tetap konsisten dalam pendidikan, penajaman paham ahlussunnah wal-jamaah an-nahdliyah. “Saya tadi mendengar ada yang siap menampung sekolah gratis. Bani Aryo harus hafal tahlil. Ini penting demi masa depan dzurriyah Bani Aryo,” tegasnya.

Bani Mbah Ngarfiyah (Tuan Rumah Haul). Ditampilkan semua Bani dari Bani Dewi, Bani Syakur (Jaiz), Bani manshur (Abdul Qodir), Bani Shofiyah, Bani Rembyong, Bani Semi sampai Bani Mokhtar.

Pun terkait nasab Bani Aryo, apakah sampai Aryo Penangsang alias Raden Jipang yang dikenal sebagai Sultan Demak V, murid kesayangan Sunan Kudus, menurut Cak Yon, ini dibutuhkan kajian ilmiah. Ada yang menyebut Bani Aryo Rejo (Wiro Rejo) sambung Aryo Kromo, Aryo Sentono, Aryo Troloyo, Aryo Jorono, Aryo Penangsang (Sultan Demak Jipang V sampai Raja Majapoahit ke-11).

Sisilah tersebut, menurut salah satu keluarga Bani Aryo — dari keluarga Mbah Salamah — pernah dibacakan dalam Haul di Tunglur tahun 1976. Cuma saat itu, berhenti pada Aryo Penangsang. “Ini tugas kita untuk menelusuri jejak tersebut. Tetapi, yang jelas, keluarga Bani Aryo itu prilakunya low profile, rendah hati. Tidak mau menampakkan kehebatannya di depan umum,” jelas Cak Yon.

Hadir dalam Haul — selain KH Abdul Karim dan Kiai Samsul Huda — tampak KH Afandi Alhafid, Gus Yusuf Alhafid, KH Samsul Maarif (Jombang), KH M Imron Alhafid pengasuh PP Midanutta’lim, Mayangan. Tidak tampak Gus Wahid (KH Abdul Wahid Harun Pengasuh PP Manbaul Hikam) Sidoarjo.

“Ya beliau, berhalangan hadir. Begitu juga dzurriyah almaghfurlah KH CHozin Manshur yang lain. Dari keluarga almaghfurlah H Choirul Anam (mantan Ketua GP Ansor Jatim) hadir Mas Nahidul Umam berserta istri. Alhamdulillah tadi tampak hadir putri ketiga almaghfurlah KH Syansuri Badawi,” demikian Mokhammad Kaiyis, salah satu panitia haul yang dikenal sebagai Pemred Koran Duta Masyarakat. (mky)

Express Your Reaction
Like
Love
Haha
Wow
Sad
Angry