SIDOARJO | duta.co – Semangat Guru Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) atau sering disebut early childhood education patut diacungi jempol. Para ‘pengukir’ kader bangsa se-Kecamatan Krian ini, Senin (14/4/25), bertempat di Musholla Al- Alam, Perumahan Alam Pesona, Desa Sidoarjo, Krian menggelar acara halal bihalal.

“Merasa (Guru PAUD) banyak dosa. Maka momen halal bihalal ini harus dimanfaatkan semaksimal mungkin. Kosong-kosong, minta maaf atas segala khilaf,” demikian salah seorang guru PAUD ke Kecamatan Krian, dengan semangat baja saat mengikuti acara.

Di dapuk sebagai pembicara Ust H Mokhammad Kaiyis, alumni Fakultas Dakwah IAIN Surabaya. Anggota Dewan Kohormatan PWI Jatim ini, mengatakan, guru-guru PAUD memang harus ‘lincah’ mengambil peran aktif dalam mencerdaskan anak-anak bangsa. Mereka adalah garda terdepan dalam menginstal pengetahuan anak-anak kita. Sementara anggaran kita belum berpihak kepadanya.

“Jangan khawatir, juga jangan pernah kecil hati, karena kata Baginda Nabi Muhammad SAW, di surga ada sebuah wisma. Namanya wisma bahagia. Tidak ada yang boleh masuk ke sana kecuali orang-orang yang membahagiakan anak-anak kecil, maka, kebanyakan penghuni wisma bahagia di surga nanti adalah guru-guru PAUD semacam ini,” tegas Kaiyis.

Hadir dalam halal bihalal bertajuk “Berkumpul dalam Kebersamaan, Mempererat Tali Silaturrahim dengan Penuh Keberkahan” adalah Drs H Usman M.PdI, Penilik PNFI Korwil Pendidikan dan Kebudayaan Kec. Krian, Naili Rohmah S.Pd Ketua HIMPAUDI Kec. Krian dan Tris Windari S.Pd sebagai tuan rumah yang notabene Kepala Sekolah PAUD SYIFAA’UN QOLBI. “Yang hadir luar biasa. Semangat guru-guru PAUD juga luar biasa. Tadi saya hitung 300 kurang 1,” demikian Abah Usman.

Menurut Ustad Kaiyis, halal bihalal ini sangat penting. Ini lantaran kita (manusia) adalah makhluk sosial. Dosa-dosa kita, terbanyak gegara (interaksi) sesama manusia. “Karena manusia. Ketika kita rasan-rasan, yang dirasani manusia. Yang diajak rasan-rasan juga manusia. Sementara haqqul adami memiliki dominasi tersendiri, dosa yang penghapusannya sangat tergantung kepada manusia yang dirugikan,” tegasnya.

Masih kata alumni Unhasy (Universitas KH Hasyim Asy’ari) Tebuireng Jombang ini, meski manusia menjadi faktor bertumpuknya dosa, tetapi, ia memiliki keunggulan yang tiada tara. “Satu jam (saja) kita berkumpul (sesama) manusia, dan bisa tidak memproduksi dosa, maka, pahalanya melebihi ibadahnya orang yang tidak mau berkumpul dengan manusia selama 40 tahun. Ini kabar baiknya,” tegasnya.

Dia memberikan resep agar guru PAUD mudah dalam menginstal atau mentransformasi ilmunya kepada anak-anak didik. Syaratnya, mudah. Tidak merasa paling bisa, berserah diri kepada Allah SWT. “Ada senjata pamungkas yang bisa diamalkan guru PAUD dalam menghadapi anak didik yang bandel. Dan resep ini juga ampuh untuk menyelesaikan masalah keluarga,” tegasnya.

Intinya, tegas Ust Kaiyis, adalah lapang dada, mudah memberikan maaf kepada anak yang kelewat aktif. “Sekarang anak-anak cenderung aktif. Sudah begitu ortunya juga cenderung protektif. Alquran sudah memberikan solusi: yâ ayyuhalladzîna âmanû inna min azwâjikum wa aulâdikum ‘aduwwal lakum faḫdzarûhum, wa in ta‘fû wa tashfaḫû wa taghfirû fa innallâha ghafûrurraḫîm. Wahai orang-orang yang beriman, sesungguhnya di antara istri-istrimu dan anak-anakmu ada yang menjadi musuh bagimu. Maka, berhati-hatilah kamu terhadap mereka. Jika kamu memaafkan, menyantuni, dan mengampuni (mereka), sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang,” urainya.

“Kuncinya ditiga hal ini:  ta‘fû, tashfaḫû, taghfirû. Sepanjang tiga T ini menempel kuat dalam totalitas guru PAUD, maka, anak-anak kita akan dengan mudah menerima (transformasi) ilmu dari para guru. Jadi, jangan cuma ‘ubur-ubur ikan lele, dosanya lebur lancar rejekine’. Anak-anak kita harus hebat,” tegasnya. (nzm)

Bagaimana reaksi anda?
Like
Love
Haha
Wow
Sad
Angry