Jalan Rusak di Sumobito yang ditanami pohon.

JOMBANG | duta.co – Di Dusun Kedungurip, Desa Brudu, Kecamatan Sumobito, pohon pisang berdiri tegak di tengah jalan berlubang. Daunnya melambai, seolah mengejek setiap kendaraan yang terpaksa menepi.

“Daripada nunggu diperbaiki, ya kami tanami pisang saja,” ujar seorang warga sambil tertawa getir. Sudah dua belas tahun jalan itu rusak, dua belas tahun pula mereka menunggu.

Beberapa kilometer dari sana, di jantung Kota Jombang, suasananya bertolak belakang. Lampu warna-warni menyorot panggung megah di alun-alun. Musik menggelegar, Band Ada Band tampil di hadapan ribuan penonton.

Pemerintah Kabupaten menyebutnya Jombang Fest, bagian dari perayaan Hari Jadi Jombang. Di antara tawa dan tepuk tangan, sebagian warga di pelosok hanya bisa mengelus dada. Jalan rusak masih jadi pemandangan, tapi panggung hiburan tetap berdiri megah.

Ketika dikonfirmasi soal kontras tersebut, Asisten III Pemkab Jombang, Syaiful Alam, menyampaikan bahwa pembangunan daerah tidak bisa dilihat hanya dari satu sisi.

“Intinya, Abah Bupati Warsubi fokus pada tiga hal utama: infrastruktur, pendidikan, dan kesehatan. Itu sudah menjadi prioritas dalam RPJMD dan visi-misi Bupati,” ujarnya saat dikonfirmasi di ruang kerjanya oleh duta.co, Senin (27/10).

Ada Band saat tampil di Jombang Fest.

Saat disinggung mengenai besaran anggaran APBD yang digunakan dalam kegiatan tersebut, Syaiful mengaku tidak mengetahui secara pasti karena hal itu menjadi kewenangan dinas masing-masing. Namun, ia menegaskan bahwa kegiatan hiburan bukan berarti pemborosan.

“Kalau dibandingkan dengan tujuan yang ingin dicapai, kegiatan hiburan itu masih logis. Memang ada band musik, ada artis, tapi di balik itu kami ingin memberi ruang kepada talenta lokal anak-anak muda, komunitas seni, dan pelajar agar bisa tampil dan berekspresi,” jelasnya.

Menurutnya, Jombang Fest bukan sekadar pesta rakyat, melainkan juga wadah untuk memperkenalkan potensi daerah. “Contohnya, Dinas Pertanian menggunakan momentum ini untuk melahirkan entrepreneur muda di bidang tembakau dan kopi. Dinas Koperasi dan Perdagangan juga memberi kesempatan bagi pelaku UMKM menjajakan produknya. Jadi, ada nilai ekonomi yang bergerak,” paparnya.

Ia menambahkan, acara tersebut turut dihadiri pengusaha dan diaspora Jombang yang sukses di luar daerah.

“Kita ingin mereka melihat langsung potensi Jombang. Ini bukan sekadar panggung hiburan, tapi etalase potensi daerah wisata, UMKM, dan sumber daya manusianya,” tegasnya.

Pemerintah pun menyadari kritik tersebut. “Kami harus imbang,” kata Syaiful. “Infrastruktur tetap diperhatikan, tapi kami juga tidak bisa mengabaikan kebutuhan masyarakat yang ingin hiburan dan ruang berekspresi. Dua-duanya penting.”ujarnya.

Namun di Kedungurip, pohon pisang itu masih berdiri. Daunnya bergoyang di tengah jalan retak yang diam tapi suaranya lebih lantang daripada spanduk peringatan hari jadi dan cahaya panggung.

Di antara jalan berlubang itu, suara rakyat kecil masih terdengar lirih, menagih janji pembangunan yang lebih nyata daripada sekadar pesta tahunan. (din)

Bagaimana reaksi anda?
Like
Love
Haha
Wow
Sad
Angry