JAKARTA | duta.co – Kamis 28 November 2024. Kita harus bangga karena tradisi bahtsul masail sudah ada sebelum NU lahir, inilah warisan keilmuan dan keulamaan dari para kiyai-kiyai pondok pesantren untuk para santri dan nahdliyyin, sebagai modal utama dalam memajukan kebaragamaan dan peradaban bangsa Indonesia.
Demikian dijelaskan Wakil Ketua Umum PBNU KH Zulfa Mustafa, saat membuka kegiatan seminar dan bahtsul masail PBNU. Hadir juga perwakilan Dirjen Pendis Kemenag RI, Rektor UIN Asep Saepudin Jahar, tamu undangan, dan hadirin peserta dari Kalimantan Barat, Banten, bangka belitung, dan DKI Jakarta. Kegiatan dilakukan di Syahida Inn UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 27-29/11/2024.
“Kalau bahtsul masail tidak kita jaga, maka kebanggaan kita dimana? pesantren dan kiyai-kiyainya yang alim-alim itu yang harus kita lestarikan, karena kita unggul dibidang keilmuan keagamaan, dibidang fatwa, ini yg harus ditingkatkan, supaya tradisi keagamaan ini bisa terus digdaya,” tegas Kiyai Zulfa.
Lebih lanjut Kiyai Zulfa mengingatkan bahwa di NU dalam bahtsul masail itu ada hierarki fatwanya, yang sifatnya masalah nasional jangan dibahas ditingkat bawah. Ulama-ulama kita sesungguhnya berperan sebagai mufti, tapi harus dibedakan pendapat pribadi atau mewakili lembaga.
“Seorang mufti harus melihat apa hasil diagnosa pasien, seperti dokter, kondisi seseorang berbeda-beda, maka pengobatan pun beda. Nabi pernah bertanya amal apa yang paling bagus? nabi menjawab beda-beda jawabannya karena melihat siapa yang nanya, karena beliau tau siapa yang bertanya. Maka kita juga begitu, cara menjawab, harus melihat kondisi, siapa yang bertanya, harus beda-beda tetapi inti tujuan jawabannya sama,” jelasnya.
Saya mau ceritakan Mbah Kiyai Arwani pernah memaklumi sopirnya yang nyetel dangdutan saat perjalanan ke sebuah pengajian, saat sopir itu ditegur santri yang mengawalnya, namun beliau mengingatkan santrinya, beliau berujar nggak apa-apa yang penting dia senang, yang penting kita selamat tidak nabrak. Jadi maksud saya bahwa kualitas keberagamaan seseorang itu berbeda-beda, apalagi tentang hukum, istinbath hukumnya beda-beda, jadi silakan mau ikut yang mana,” papar Kiyai Zulfa.
Koordinator delegasi Kalbar Didi Darmadi menjelaskan kegiatan ini menghasilkan beberapa agenda penting, antara lain tentang sistem istinbath hukum Islam, sosialisasi Perkum tentang bahtsul masail, hukumah diniyah, dan metode penetapan awal bulan hijriah. Delegasi dipimpin jajaran syuriah dan tanfidziyah PWNU Kalbar, diikuti dari PCNU Pontianak, Singkawang, Bengkayang, Sintang, Kapuas Hulu, Melawi, dan Sekadau.(*)