“Ia akan menjadi ukuran keberhasilan kita menjalankan ibadah Ramadhan tahun ini.”
Oleh : Prof Dr Ibrahim, MA*
IBARAT sebuah pertandingan, kebersamaan kita dengan bulan Ramadhan ini bagaikan memasuki babak akhir (final). Sebagaimana pertandingan di babak final, tentu merupakan saat-saat yang paling krusial, penting dan menentukan, apakah kita akan keluar sebagai pemenangnya ataupun pecundang.
Sepuluh hari terakhir bulan Ramadhan merupakan waktu-waktu penting untuk beribadah, ia bukan saja dikarenakan adanya malam lailatul qadar di dalamnya (sebagaimana diskusi sebelum ini), tapi juga terdapat banyak keistimewaan lain di dalamnya.
Ibaratkan sebuah pelatihan atau pertandingan, sepuluh hari terakhir bulan Ramadhan adalah babak final, waktunya ujian akhir yang akan menentukan siapa yang akan keluar jadi pemenangnya. Siapa yang akan lulus dari ujian akhir bulan Ramadhan.
Jika mengacu pada analogi pertandingan di atas, tidak akan berguna permainan yang hebat dan menawan di babak penyisihan (permulaan Ramadhan), jika nyatanya melempem atau kalah di babak final. Apalah guna menjadi juara kelas di awal tahun, tapi begitu ujian kenaikan kelas akhir tahun justru gagal dan tidak lulus ujian.
Pentingnya sepuluh hari terakhir di bulan Ramadhan untuk menyempurnakan ibadah Ramadhan kita. Ia akan menjadi ukuran keberhasilan kita menjalankan ibadah Ramadhan tahun ini. Karena itulah Nabi Saw bersabda; “setiap amal kebajikan itu ditentukan oleh akhirnya” (Innamal a`malu bil khawaatim – H.R. Bukhari).
Saudaraku, pastikan di sisa Ramadhan ini kita tidak meninggalkan ibadah puasa, tidak meninggalkan bacaan al-qur`an, tidak meninggalkan shalat tarawih dan qiyamul lail.
Sebaliknya, mari berupaya perbanyak amal kebajikan seperti bersedekah, berinfak dan berzakat. Bahkan akan lebih baik jika semua amalan tersebut dilakukan dengan lebih baik lagi dibandingkan dengan amalan pada hari-hari Ramadhan sebelumnya.
Jangan pernah meninggalkan amaliah-amaliah penting ini di akhir ramadhan hanya karena alasan yang spele. Karena alasan sibuk mengemas rumah, sibuk membuat kue lebaran, sibuk berbelanja untuk keperluan lebaran, dan lainnya sehingga tidak beribadah ke masjid. Atau, bahkan tidak berpuasa.
Adalah sebuah kesia-siaan bagi setiap kita yang menyibukkan diri di akhir Ramadhan ini dengan sesuatu selain beribadah. Merupakan sebuah kesalahan bagi setiap kita yang menjadikan kesibukan menyambut hari kemenangan (idul fitri) dengan mengabaikan ibadah penting di akhir-akhir bulan Ramadhan ini. Sebab tidak ada kemenangan bagi seseorang yang kalah dalam pertandingan finalnya. Tidak ada juara bagi seseorang yang tidak mampu memenangi pertandingan finalnya.
Begitulah dengan ibadah Ramadhan. Tidak ada kemenangan (idul fitri) bagi orang yang gagal menyelesaikan ibadah akhir bulan Ramadhan ini dengan baik dan maksimal. Tidak akan mencapai predikat juara (la`allakum tattaqun) bagi siapapun yang gagal menenangi ibadah Ramadhan hingga babak final dan lulus ujian di akhir bulan Ramadhan yang mulia ini. Wallahu a`lam
*Prof.Dr.Ibrahim, MA adalah Guru Besar Ilmu Komunikasi dan Penyiaran Islam IAIN Pontianak