Wiwik Afridah, M.Kes – Dosen/Kaprodi S1 IKM Fakultas Kesehatan

Professor lulusan Johns’s Hopkins University, Prof. Dr. dr. Ascobat Gani, MPH (Selasa, 23/8/2016) menuliskan tentang tantangan dan peluang Profesi Kesehatan Masyarakat dalam Pembangunan Bangsa.

Dikatakannya adanya disparitas sumber daya kesehatan yang terjadi di Indonesia.

Tantangan profesi kesehatan masyarakat itu terletak bagaimana kesehatan masyarakat berperan baik dalam mengatasi local problem.

Juga memberdayakan local resources, menggerakkan local community, menyinergiskan local wisdom dan menemukan local solution.

Pada 2020, Revolusi Industri 4.0 akan membawa kita ke dunia robotika canggih dan transportasi otonom.

Kecerdasan buatan dan pembelajaran mesin, material canggih, bioteknologi dan genomic. Perkembangan ini akan mengubah cara kita hidup dan cara kita bekerja.

Beberapa pekerjaan akan hilang, ada yang akan tumbuh dan ada pula pekerjaan yang saat ini belum ada, nanti akan muncul.

Yang pasti bahwa angkatan kerja masa depan perlu menyelaraskan keterampilan untuk mengimbangi.

 Sepuluh skill utama untuk bisa bertahan dan berkontribusi dengan positif seperti yang digariskan oleh  World  Economic Forum.

Adapun beberapa skill tersebut antara lain; Skill Pertama, memiliki keahlian mampu menyelesaikan permasalahan rumit.

Skill Kedua, memiliki keahlian mampu berpikir kritis. Skill lain salah satunya adalah cognitive  flexibility yang maknanya adalah bahwa kita harus mampu menyesuaikan diri dan beradaptasi secara intelektual  dengan  baik.

Sekat‐sekat antar disiplin  ilmu  kian tipis dan memudar. Tak ada lagi dominasi suatu  keahlian oleh sekelompok tertentu.

Orang yang kuliah di Fakultas Kesehatan boleh dan lebih baik jika memahami pemrograman dan algoritma komputer dengan  baik.

Pemahaman    terhadap GPS bukan lagi hanya milik orang  teknik  tetapi  juga orang ekonomi karena teknologi geospasial itu bisa mendukung peningkatan efisiensi   aktivitas ekonomi.

Kreativitas akan menjadi salah satu dari tiga keterampilan yang dibutuhkan oleh para tenaga kesehatan.

 Munculnya produk baru, teknologi baru, dan cara kerja baru terhadap tenaga kesehatan harus menjadi lebih kreatif agar mendapat manfaat dari perubahan-perubahan ini.

Demikian pula, mendengarkan aktif, yang dianggap sebagai keterampilan inti saat ini, akan hilang sepenuhnya dari 10 teratas.

Kecerdasan Emosional, yang tidak ada dalam 10 teratas saat ini akan menjadi salah satu keterampilan terbaik yang dibutuhkan oleh semua orang.

Kenali jati diri sebagai ahli kesehatan masyarakat. Ilmu kesehatan masyarakat itu mencegah orang sakit, membuat orang sehat secara fisik dan hidup secara efisien melalui upaya masyarakat dan pemerintah yang terorganisir.

Masuk ke ranah public health harus mampu menggerakkan mesin sosial dan mesin birokrasi, mulai dari tingkat kementerian, bupati, camat, kepala desa, ahli agama, hingga tokoh masyarakat.

Hal tersebut bertujuan untuk memperpanjang masa hidup masyarakat. Cara yang dapat dilakukan profesi kesehatan masyarakat ialah dengan pendekatan melalui kecerdasan emosional dan kecerdasan spiritual.

Goleman (2001) menjelaskan kecerdasan emosi sebagai suatu kecerdasan yang merujuk pada kemampuan mengenali perasaan diri kita sendiri dan perasaan orang lain, kemampuan memotivasi diri sendiri, dan kemampuan mengelola emosi dengan baik pada diri sendiri dan dalam hubungannya dengan orang lain.

Studi lain mengungkapkan bahwa kecerdasan emosi merupakan suatu kemampuan untuk melihat, mengamati, mengenali bahkan mempertanyakan tentang diri sendiri kata kunci untuk mengendalikan diri nafsu dan emosi adalah pengetahuan tentang diri sendiri (Suharsono, 2005).

Goleman (2001) mengungkapkan bahwa terdapat lima unsur pokok yang mendasari kecerdasan emosional seseorang, diantaranya: 1) Kesadaran diri, 2) Pengaturan diri, 3) Motivasi, 4) Empati, dan 5) Keterampilan sosial.

Zohar dan Marshall (2000) mengartikan kecerdasan spiritual sebagai kecerdasan untuk menghadapi persoalan makna atau value, yaitu kecerdasan untuk menempatkan perilaku dan hidup kita dalam konteks makna yang lebih luas dan kaya, kecerdasan untuk menilai bahwa tindakan atau jalan hidup seseorang lebih bermakna dibandingkan yang lain.

Selain itu Zohar dan Marshall (2000) juga mengungkapkan seseorang yang memiliki kecerdasan spiritual yang tinggi cenderung menjadi seorang pemimpin yang penuh pengabdian, bertanggung jawab untuk membawakan visi dan nilai yang lebih tinggi dan bisa memberi inspirasi kepada orang lain.

Selanjutnya menurut Agustian (2003) kecerdasan spiritual akan mendorong terbentuknya lima sikap positif, diantaranya: 1) Integritas atau kejujuran, 2) Energi atau semangat, 3) Wisdom atau kebijaksanaan, dan 4) Keberanian mengambil keputusan.

Dengan bekal Kecerdasan Emosional dan Kecerdasan Spiritual, 10 Ketrampilan yang paling dibutuhkan di Era Revolusi Industri 4.0, akan dapat diwujudkan.

Ilmu kesehatan masyarakat merupakan ilmu multidisipliner karena memang pada dasarnya masalah Kesehatan Masyarakat bersifat multikausal, maka pemecahannya harus secara multidisiplin. Oleh karena itu, kesehatan masyarakat sebagai seni atau praktiknya mempunyai bentangan yang luas.

Semua kegiatan baik langsung maupun tidak langsung untuk mencegah penyakit (preventif), meningkatkan kesehatan (promotif), terapi (terapi fisik, mental, dan sosial) atau kuratif, maupun pemulihan (rehabilitatif) kesehatan (fisik, mental, sosial) adalah upaya kesehatan masyarakat (Notoatmodjo, 2003 dalam wikipedia).

Sehingga bagi lulusan kesehatan masyarakat tidak perlu ragu akan peluang kerja, terus tingkatkan potensi diri karena ahli kesehatan masyarakat dapat diterima diberbagai sektor.

Harapan dimasa depan setiap lulusan Kesehatan Masyarakat dapat menjadi keajaiban.

Seorang sarjana kesehatan masyarakat memiliki karakter MIRACLE yang memiliki kepanjangan, M: managing, I: Innovating, R: Researching, A: apprenticing, C: Communication  involving , L: Lead practicing, E: Educating. (*)

Express Your Reaction
Like
Love
Haha
Wow
Sad
Angry