Ketarangan foto islaminews.com

SURABAYA | duta.co – Terhitung Sabtu 9 Juni 2019, seluruh WNI (Warga Negara Indonesia) tak boleh lagi memasuki Israel. Sebuah kebijakan yang amat telat. Mengapa? Karena sejak dulu, Indonesia tidak pernah mengakui negara Israel. Tetapi, mengapa baru sekarang Israel berani bersikap?

Padahal, semua tahu, dengan kebijakan itu korbannya bukan hanya umat Islam yang gagal masuk wilayah Yerusalem, umat Katolik (WNI) pun tidak bisa menambah devisanya.

Seperti disampaikan Sekretaris Komisi Kerasulan Awam KWI Romo Siswantoko, bahwa, Konferensi Wali Gereja Indonesia (KWI) juga menyayangkan langkah Israel yang menolak WNI masuk ke wilayahnya.

“Kebijakan Israel itu merugikan umat Katolik di Indonesia. Kalau betul itu diberlakukan oleh Israel terhadap WNI di sana, tentu akan menjadi kerugian bagi warga Katolik Indonesia yang akan berziarah ke sana,” ujar Romo Koko, sapaan akrab Siswantoko kepada Kompas.com, Jumat (1/6/2018).

Menurut Romo Koko, adalah sama seperti umat Islam menunaikan ibadah haji atau umroh di Makkah. Ziarah umat Katolik di situs suci atau gereja, baik di wilayah Palestina atau Israel, sudah dirancang sejak jauh-jauh hari.

“Tentu mereka memiliki rencana ini sejak jauh-jauh hari, sudah menabung, lalu ternyata ini dilarang. Ini tentu merugikan, selain tentunya kerugian secara momen spiritual,” lanjut dia.

KWI sendiri mempertanyakan mengapa Israel mengambil kebijakan itu. Sebab, peziarah asal Indonesia sudah sejak berpuluh tahun lalu melakukan kegiatan rohani di Israel, khususnya wilayah Yerusalem.

Ternyata otak-atik masalah ketakutan (Israel) ini sangat menarik. Israel diyakini sangat marah ketika menyaksikan Indonesia sudah tidak bisa lagi diajak bersahabat, khususnya masalah terorisme. Meski lebih 40 ribu peziarah asal Indonesia pertahun datang ke Israel dan mengunjungi Yerussalem, mereka lebih berpikir masa depan politik.

Istilah Presiden Suriah, Bashar alAssad, “Israel sedang panik.”  Alasannya, karena Israel kehilangan teroris kesayangannya, ISIS dan Jabhat al-Nusro. Selain itu, Indonesia juga sengat giat melibas habis jaringan teroris. Ini membuat Israel gelap mata. Negeri zionis itu membombardir Suriah, dan juga melakukan holocous di Gaza, Palestina, tetapi, tidak bisa berbuat apa-apa untuk Indonesia.

Apalagi, kata Vladimir Putin, ISIS akan segera angkat koper dari Suriah dan harus pindah markas ke Asia Tenggara. Bicara Asia Tenggara, tempat subur menanam bibit teroris adalah Philipina dan Indonesia. “Celakanya, di Indonesia gerak ISIS kian sempit. Bahkan disahkannya revisi UU Anti Terorisme, ISIS dan kelompok teroris tak ubahnya seperti ikan dalam akuarium,” demikian analisa Parikesit yang beredar di media sosial.

Ini yang membuat kejengkelan Israel memuncak. Negeri zionis itu patah arang dan frustasi, apalagi menyaksikan HTI juga dibubarkan di Indonesia. “HTI bisa saja menjadi harapan besar, agar Indonesia terpecah dalam irisan kecil, atau setidaknya terbakar dalam kemelut konflik, seperti grand design yang mulus diterapkan di Timur Tengah,” tambahnya.

Maka, Israel perlu mendengar kembali pidato Bung Karno tahun 1962. “Selama kemerdekaan bangsa Palestina belum diserahkan kepada orang-orang Palestina, maka, selama itulah bangsa Indonesia berdiri menantang penjajahan Israel,” demikian Bung Karno. (mky dari berbagai sumber)

Express Your Reaction
Like
Love
Haha
Wow
Sad
Angry