
KEDIRI | duta.co- Polemik internal Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) membuat prihatin para kiai sepuh dan Mustasyar NU, hingga menginisiasi pertemuan ketiga, Musyawarah Kubro, yang digelar di Pondok Pesantren Lirboyo Kota Kediri, pada Minggu 21 Desember 2025.
Langkah itu diambil untuk memperkokoh keutuhan dan soliditas untuk menyikapi dinamika di tubuh Nahdlatul Ulama (NU).
Musyawarah Kubro ini menjadi puncak rangkaian silaturahmi para masyayikh yang sebelumnya telah dilaksanakan di Pondok Pesantren Al-Falah Ploso pada 30 November 2025, dan di Pondok Pesantren Tebuireng pada 6 Desember 2025.
Pantauan duta.co di lokasi, para kiai sepuh menggelar pertemuan tertutup di gedung Yayasan Lirboyo. Sedangkan para pengurus wilayah hingga pengurus cabang dan Banom NU berada di Ruang Muktamar melakukan musyawarah menyampaikan pandangannya tentang kondisi Organisasi saat ini.
KH Abdul Mu’id Shohib atau yang akrab disapa Gus Mu’id, juru bicara Musyawarah, menegaskan, bahwa Musyawarah Kubro ini dimaksudkan sebagai ruang dialog yang sejuk dan penuh kebijaksanaan demi menjaga keutuhan NU.
“Musyawarah Kubro ini menjadi ikhtiar para sesepuh untuk menghadirkan ruang dialog yang arif dan menyejukkan, agar seluruh elemen NU tetap solid dan istiqamah dalam khidmah kepada umat, bangsa, dan negara,” kata Gus Mu’id kepada wartawan usai acara.

Adapun hasilnya, kata Gus Mu’id, peserta musyawarah merekomendasikan tiga hal. “Pertama, para peserta Musyawarah Kubro meminta kedua belah pihak melakukan Islah dengan batas waktu 3 hari ke depan,” ungkapnya.
Jika islah tidak menemukan kata sepakat, lanjut Gus Mu’id, peserta musyawarah Kubro merekomendasi poin kedua. “Rekomendasi kedua, kedua belah pihak menyerahkan mandat kepada Mustasyar untuk membentuk panitia muktamar yang netral dengan batas waktu paling lama satu hari ke depan terhitung sejak batas akhir Islah,” lanjutnya.
Adapun rekomendasi ketiga bisa ditempuh jika poin kesatu dan kedua kembali tidak dapat dipenuhi. “Jika opsi satu dan opsi dua tidak dapat dipenuhi maka para peserta bersepakat untuk mencabut mandat dan mengusulkan segera dilakukan atau diselenggarakan muktamar luar biasa (MLB), dengan batas waktu sebelum kloter pertama haji diberangkatkan” terangnya.
Diketahui, musyawarah ini diinisiasi oleh para ulama sepuh NU, di antaranya KH.Anwar Manshur, KH Nurul Huda Djazuli, KH Ma’ruf Amin, KH Said Aqil Sirodj, KH Umar Wahid, dan KH Kholil As’ad.
Kegiatan ini juga turut dihadiri KH Yahya Cholil Staquf (Gus Yahya), para kiai sepuh, pengurus wilayah, serta pengurus cabang NU se-Indonesia.
Menanggapi hasil Musyawarah, Gus Yahya mengaku dirinya siap bertabayun dengan par pihak “Saya senantiasa terbuka untuk memberikan klarifikasi maupun tabayun terhadap apapun yang dituduhkan kepada saya, melalui cara apapun dengan mengahdirkan semua bukti dan saksi yang diperlukan,” ujarnya.
Gus Yahya menyebut, dirinya juga menginginkan islah sejak permasalahan pertama kali muncul.(bud)






































