Bahrun Naim (ist)

JAKARTA | duta.co – Bahrumsyah alias Abu Muhammad al-Indonesiy tewas dalam serangan bunuh diri yang gagal di Suriah, Senin (13/2/2017). Kantor berita resmi ISIS Anmaq Agency mengatakan Bahrumsyah tewas sebagai penyerang bom bunuh diri di Palmyra Suriah.

Bila benar kabar yang masih akan dicek kepolisian itu, maka pentolan ISIS asal Indonesia di Suriah tinggal Bahrun Naim. Sebab, Abu Jandal alias Salim Mubarak At Tamimi, pentolan ISIS asal Pasuruan, Jatim, juga sudah tewas November 2016 lalu.

“Berita kematian Bahrumsyah valid. Di Indonesia para pengikutnya sudah saling mengirim doa di sosial media,” ujar peneliti terorisme dan intelijen Ridlwan Habib di Jakarta, Rabu (15/3/2017).

Bahrumsyah merupakan seorang perekrut andal ISIS. Dia komandan kelompok milisi Indonesia Barat. Serangan bom Thamrin salah satu inisiatornya diduga  adalah Bahrumsyah. Dia mempunyai tiga istri dan lima anak.

Istri ketiganya baru saja dideportasi dari Turki Februari lalu. Sekarang, kata dia, istri ketiganya itu menjanda untuk kedua kalinya. Sebelum dinikahi Bahrumsyah dia adalah janda milisi Poso.

Menurut analis S2 Kajian Intelijen Universita Indonesia (UI) itu, kematian Bahrumsyah akan melemahkan jaringan ISIS di Indonesia. “Setidaknya jalur untuk pergi ke Suriah putus satu , Bahrumsyah ini perannya penghubung utama, ” ujar Ridlwan.

Kelompok ISIS sel Bahrumsyah meliputi Jabodetabek. “Basis mereka di Tangerang Selatan, Bahrumsyah orang Tangerang, ” ujar Ridlwan.

Bahrumsyah adalah jebolan D3 Komunikasi Penyiaran Islam UIN Ciputat. Videonya yang berjudul “Join The Rank” pada Agustus 2014 telah menginspirasi ratusan WNI pergi ke Suriah. Menurut dia, kematian Bahrumsyah kehilangan besar bagi kelompok ISIS.

Menurut Ridlwan, ada kemungkinan anggota Bahrumsyah di Indonesia membalas dendam. Targetnya adalah kelompok Syiah. Bahrumsyah meledakkan diri saat menyerbu tentara Bahsar Asad di Palmyra Suriah.

Direktur Riset lembaga Indonesia Terrorism Monitoring (ITM) itu menyebut, Bahrumsyah mempunyai ajudan setia. “Belum diketahui apakah dia ikut tewas di Palmyra atau masih hidup. Jika masih hidup, kemungkinan dialah yang menggantikan peran Bahrumsyah, ” kata Ridlwan.

 

Sosok Bahrun Naim

Praktis kini pentolan ISIS asal Indonesia di Suriah yang masih hidup dan eksis adalah Bahrun Naim alias Anggih Tamtomo alias Abu Rayan, asal Solo. Di Indonesia, Naim dikenal sebagai eks narapidana kepemilikan senjata api dan bahan peledak. Naim ditangkap Datasemen Khusus 88 Antiteror Polri pada November 2010.

Sebagai barang bukti dalam penangkapan itu, Densus 88 menyita 533 butir peluru laras panjang dan 32 butir peluru kaliber 99 milimeter. Namun, dalam proses penyidikan kasus Naim, kepolisian tidak menemukan adanya keterkaitan Naim dengan tindakan terorisme.

Alhasil, pada persidangan di Pengadilan Negeri Surakarta, Jawa Tengah, 9 Juni 2011, majelis hakim menjatuhkan hukuman penjara 2 tahun 6 bulan bagi Naim karena melanggar Undang- Undang Nomor 12 Tahun 1951 tentang Kepemilikan Senjata Api dan Bahan Peledak. Seusai menjalani hukuman, ia bebas sekitar Juni 2012.

Menurut catatan Satuan Tugas Khusus Antiteror Polri, Naim diduga telah melakukan baiat atau menobatkan diri sebagai bagian dari Negara Islam di Irak dan Suriah (ISIS) pada 2014. Di tahun yang sama, Naim menuju Suriah.

Dugaan keterlibatan Naim dalam berbagai rencana aksi teror di Tanah Air telah dideteksi pada Agustus 2015. Naim diduga menjadi otak rencana serangan teror di sejumlah lokasi di Solo, Jawa Tengah, pada perayaan kemerdekaan RI.

Dalam operasi penangkapan terduga teroris sepanjang Agustus 2015 di Solo, Satgasus Antiteror Polri menangkap empat orang. Mereka ialah Ibadurrahman alias Ali Robani alias Ibad, Yus Karman, Giyanto alias Gento, dan Sayfudin al-Fahmi alias Udin.

Lalu, Naim juga diduga merencanakan berbagai aksi teror di akhir tahun. Namun, operasi Satuan Tugas Khusus Antiteror Polri menggagalkan upaya itu dengan menangkap 14 terduga teroris di berbagai lokasi, seperti Cilacap (Jawa Tengah), Sukoharjo (Jawa Tengah), Bandung (Jawa Barat), Bekasi (Jawa Barat), dan Koja (Jakarta Utara).

Apabila di Solo Naim berkoordinasi langsung dengan Ibad, untuk aksi akhir tahun ia berkomunikasi intensif dengan Abu Jundi alias Abdul Karim. Abu Jundi diduga menerima dana dan rencana aksi dari Naim. Abu Jundi telah ditangkap Satgasus Antiteror Polri pada Sabtu (19/12/2015) di Sukoharjo, Jawa Tengah.

Namun, Naim tidak hanya berkomunikasi dengan Abu Jundi. Sejumlah sel-sel jaringan terorisme lain diduga juga telah berkoordinasi dengan Naim.

Untuk menyebarkan propaganda, meski belum dapat dikonfirmasi, terdapat sebuah situs web yang diduga dikelola oleh Naim. Di dalam laman tersebut, Naim memperkenalkan diri sebagai analis, strategi, dan kontra intelijen. Situs tersebut mulai menerbitkan berbagai propaganda teror pada Agustus 2013.

Berbagai tulisan yang diunggah di situs tersebut memberikan “ilmu” untuk membuat bahan peledak secara otodidak. Misalnya, remote bom dengan media bel pintu, granat dan bom lempar rakitan, serta detonator jenis TATP.

Tidak hanya bahan peledak, sejumlah tulisan di situs tersebut juga memberi pelatihan untuk membuat senjata rakitan. Selain itu, Naim memberikan kursus singkat untuk menjadi penembak jitu (sniper). Tak hanya itu, ia juga menggagas konsep perang gerilya di hutan menjadi perang kota dengan sasaran utama aparat keamanan dan warga negara asing.

Naim juga memuji serangan bom di Paris, Perancis, November 2015. Ia menyebutkan, delapan pemuda yang melakukan serangan merupakan pemuda terbaik, bahkan tidak segan pula ia menyatakan, serangan bom Paris memberi inspirasi untuk melakukan hal serupa di tempat lain.

Terkait riwayat jaringan terorisme, Naim sempat tercatat bergabung dengan Jamaah Anshorut Tauhid pada medio 2008. Namun, dalam merencanakan aksi pada akhir tahun 2015 hingga sejumlah aksi bom di Jakarta, Naim memanfaatkan keberadaan sel-sel jaringan terorisme terpisah yang telah mendukung ISIS.

Layaknya serangan bom Paris yang dianggap inspiratif, Naim memang merencanakan konser bom. Adapun konser bom ialah aksi teror yang dilakukan dengan menggunakan bom berdaya ledak rendah hingga sedang di sejumlah lokasi dalam waktu yang nyaris bersamaan.

Selain itu, pelaku terorisme juga melakukan penembakan yang mengincar aparat keamanan dan masyarakat.

Kemudian, apa target Naim melakukan aksi tersebut? Kapolri Jenderal Pol Tito Karnavian mengungkapkan, teror itu dilakukan sebagai upaya Naim untuk mendeklarasikan dirinya sebagai pemimpin ISIS di wilayah Asia Tenggara, serta ambisinya membentuk Katibah Nusantara.

Tito memastikan, aparat keamanan, terutama Satgasus Antiteror Polri, telah mengetahui pergerakan lain jaringan teroris yang terkait dengan Naim.  Dari kasus terpidana kepemilikan senjata api seorang diri yang kemudian telah bebas dari penjara, Naim telah bermetamorfosa menjadi pemimpin jaringan ISIS di Indonesia. hud, net

Express Your Reaction
Like
Love
Haha
Wow
Sad
Angry