SADAR : Supriyadi saat memberikan penjelasan di Kantor BPJS Kesehatan Cabang Kediri (duta.co/Humas BPJS)

KEDIRI | duta.co -Sesaat setelah memarkirkan motornya, Supriyadi kemudian bergegas menuju pos petugas keamanan untuk bertanya ruang pelayanan di BPJS Kesehatan Kantor Cabang Kediri, Kamis (16/8).

Memang pria pria kelahiran 1968, tinggal di Lereng Gunung Kelud ini, menyempatkan diri menghadiri undangan terkait program kepersertaan sejak Tahun 2014.

Tidak kurang dari tiga puluh menit, usai Supriyadi ditelepon Staff BPJS Kesehatan KC Kediri yang berniat akan berkunjung ke rumahnya untuk testimoni selama menggunakan Layanan Jaminan Kesehatan Nasional Kartu Indonesia Sehat (JKN-KIS). Namun, beliau malah tidak berkenan karena dianggap merepotkan.

“Rumah saya jauh, mas. Saya saja yang ke kantor panjenengan. Kebetulan saya di Kediri, biar nggak repot. Kalau mau ke rumah saya bisanya malam malahan,”, ujar Supriyadi dalam percakapan di telepon. Memang, Supriyadi bukan peserta yang telah menggunakan Layanan JKN-KIS.

Justru, selama ini Supriyadi tidak pernah menggunakan layanan JKN-KIS. Padahal dia telah terdaftar sebagai peserta sejak awal beroperasi pada Bulan Januari 2014. Berdasarkan data Masterfile kepesertaan BPJS Kesehatan, diketahui bahwa Supriyadi selalu tepat membayar iuran sebanyak 53 kali atau 4,5 tahun.

Saat ditanya motivasinya, dengan tersenyum beliau menyatakan bahwa dirinya hanya ingin memproteksi dirinya.

“Untuk perlindungan saya sendiri dulu. Selebihnya kan akan digunakan untuk orang yang tidak mampu. Setiap membayar saya berdoa, semoga saya selalu sehat, jangan sampai saya sakit. Kalo sakit meskipun dibiayai kan tetap tidak bisa bekerja. Tidak nyaman”, ujarnya

Tentunya, tidak banyak peserta JKN-KIS yang memiliki pemikiran sama dengan Supriyadi. Ini merupakan hal yang patut diajadikan inspirasi untuk dicontoh sebagai masyarakat yang sadar asuransi. Padahal, tren yang berjalan calon peserta mendaftar JKN-KIS, hanya karena dalam waktu dekat akan berobat dan membutuhkan biaya.

Supriyadi sendiri bukan orang yang bisa dikatakan sangat berkecukupan. Profesinya adalah penyedia jasa titip pembayaran tagihan. Hampir setiap hari Supriyadi menghabiskan waktunya untuk melakukan pembayaran rekening listrik, telepon, BPJS, pajak, dan tagihan lainnya. Satu per satu titipan diambilnya dari rumah ke rumah untuk disetorkan ke loket loket pembayaran, bukan melalui PPOB.

“Tidak jarang juga saya dititipi pembayaran BPJS. Nah misal ada warga nitip, saya sekalian bayar. Saya sisihkan sebagian dari uang jasa yang saya terima untuk bayar BPJS Kesehatan. Saya tidak pernah merasa berat. Intinya saya bayar saja ikhlas, berdoa semoga sehat. Alhamdulillah tidak pernah sakit dan jangan sampai sakit,” tutupnya sambil tersenyum. (nng)

Express Your Reaction
Like
Love
Haha
Wow
Sad
Angry