SURABAYA | duta.co – Dinamika politik Indonesia jelang Pemilihan Presiden (Pilpres) 2019 sudah terasa panas. Kondisi ini ditambah perilaku tidak bijak yang bersliweran di jagat maya yang justru berdampak pada mengerucutnya aksi saling dukung antardua kubu calon presiden dan wakil presiden.

Lebih parah lagi,  sudah tidak mengindahkan etika dan kesadaran bahwa ada tanggung jawab bersama untuk tetap menjaga Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).

Situasi ini menggugah nurani Pengasuh Pondok Pesantren Langitan, Widang, Tuban, KH Agus Macshoem Faqih untuk meminimalisir resiko besar bagi bangsa ini dengan menggagas gerakan #2019TetapBersaudara.

“Propaganda di tahun politik seperti saat ini, sangat rentan akan perpecahan dan rawan terjadi konflik saudara atau bahkan seagama,” terangnya usai beberkan maksud tagar tersebut pada acara ‘Kopi Darat Nasional’ di salah satu hotel syariah di Surabaya, Minggu (23/9/2018).

Putra bungsu almarhum KH Abdullah Faqih tersebut, membeberkan sejarah perselisihan akibat propaganda sekelompok golongan harusnya bisa jadi pelajaran berharga. Apalagi propaganda, khususnya yang menginisialisasi agama selalu sukses menimbulkan konflik yang berakibat pada stabilitas bangsa dan negara. Seperti PKI di tahun 1965 dan konflik Ambon di kuartal 2000.

“Iklim itu yang juga saya rasakan saat ini dan rentan menimbulkan perpecahan sesama anak bangsa,” ucap Gus Maksum dengan nada prihatin.

Karenanya, dia menginisiasi gerakan yang diharapkan bisa mewadahi harapan sebagian besar bangsa Indonesia yang masih menginginkan kebhinekaan demi terciptanya kedamaian, ketentraman dan kesatuan berupa tagar #2019TETAPBersaudara, sebagai langkah nyata untuk mewujudkan harapan itu.

Sosial media memang menjadi sasaran utama tagar ini. Sebab, Gus Maksum berprinsip kendati umat Islam berperan besar pada berdirinya NKRI tetapi Indonesia merupakan negara yang harus melindungi segala hak suku, agama dan ras. Ini diperkuat hasil survei komposisi pengguna internet yang dilakukan pada 2016 oleh lembaga Polling Indonesia. Data menyebutkan ada 132,7 juta pengguna internet di Indonesia.Jumlah ini naik cukup siginifikan di banding survei 2014 yang hanya sejumlah 88 juta orang.

Konsentrasi Jaga NKRI

Hasil suvei Tekno Preneur pada 2017 bahkan menyebutkan ada 143,26 juta jiwa penetrasi pengguna internet. Jumlah ini mencapai 50 persen populasi total penduduk Indonesia. “Berdasar data itu, maka saya berpikir sangat perlu sekali memulai dan memviralkan gagasan ini melalui media sosial,” cetus Gus Maksum.

Tentu saja tagar ini tidak akan berdampak besar jika tidak tersusun secara sistematis. Terkait hal ini, Gus Maksum menegaskan sudah ada skema bahwa pihaknya akan melakukan sosialisasi dan implementasi gagasan kepada seluruh elemen bangsa. Selanjutnya mengaplikasikan misi tagar yang salah satunya sebagai wadah penyambung gagasan lintas suku, agama dan ras dalam menangkal isu atau hoax yang mengancam NKRI.

Wakil Bupati Trenggalek M Nur Arifin yang hadir di acara Kopdarnas #2019TETAPBersaudara sempat menyebutkan jika sekat-sekat superioritas harus ditinggalkan. “Dibikin asyik saja dalam menyikapi konstelasi politik saat ini. Jangan terus terbawa yang justru akan mengancam persatuan dan kesatuan,” ucapnya. (rls)

Express Your Reaction
Like
Love
Haha
Wow
Sad
Angry