Dari kiri Pembimbing Antoni PhD, bersama Tim UKP, Ricky Surya, Nico Christiono, dan Kent Setiono menunjukkan plakat dan sertifikat Concrete Competition di UNS Surakarta. Duta/Wiwik

SURABAYA | duta.co – Memanfaatkan gragal batu bata atau bongkaran dinding dan bubuk kalsium karbonat untuk pembuatan beton. Itulah ide dari tiga mahasiswa Program Studi Teknik Sipil Universitas Kristen Petra (UK Petra) yang kemudian berhasil meraih juara 1 tingkat internasional kategori Concrete Competition di Universitas Sebelas Maret (UNS), Surakarta.

“Kami mencoba mengurangi penggunaan semen, digantikan dengan gragal batu bata dan kalsium karbonat sebesar 30 persen. Kekuatannya mencapai 24,5 MPa saat tes beton satu hari dibandingkan dengan kekuatan biasanya yaitu sebesar 25 MPa dalam waktu 28 hari,” urai Nico Christiono, Kamis (29/11).

Tiga mahasiswa ini adalah Kent Setiono, Nico Christiono dan Ricky Surya yang merupakan mahasiswa angkatan 2015. Dibawah bimbingan Antoni, PhD, Kent bersama tim membuat inovasi mengacu penelitian sebelumnya yang disempurnakan lagi oleh tim ini. Mereka sepakat mengurangi penggunaan semen dan mencari penggantinya sebagai bahan campuran dalam beton yang dapat memadat sendiri (self compacting concrete).

Mereka menambahkan gragal batu bata dan kalsium karbonat yang sudah dihancurkan dalam bentuk butiran halus dalam adonan betonnya. “Pemanfaatan gragal batu bata ini akan dapat mengurangi buangan yang tak terpakai misalnya saat merenovasi rumah ataupun memanfaatkan bagian bangunan yang runtuh pada saat terjadi bencana alam gempa bumi, sedangkan kalsium karbonat membantu menambah kekuatan beton umur awal,” urai Ricky.

Terdapat dua babak dalam International Concrete Competition (ICC) dalam Civil Week 2018 yaitu babak penyisihan dan babak final. Babak penyisihan, “tim Sim Salabim” ini harus membuat proposal, video berbahasa Inggris berdurasi 10 menit dan hasil tes beton sebelumnya yang dikirimkan pada panitia.

Video dan proposal ini menceritakan bagaimana pembuatan beton kuat yang dapat diproduksi massal dengan mempertimbangkan aspek ramah lingkungan, ekonomis, bahan yang mudah didapatkan, dan tidak menyangkal nilai sosialnya.

Selain bersaing dengan mahasiswa dari Indonesia, tim UK Petra ini juga bersaing mahasiswa dari Filipina, Malaysia dan India. Persiapan yang mereka lakukan hanya sekitar 10 hari disela-sela skripsi.

Nico menambahkan, dengan beton inovasi ini dapat menghemat hingga 42 persen. “Akan tetapi tergantung penggunaannya, jika dipergunakan untuk hal lainnya yang besar maka diperlukan penelitian kembali khususnya untuk komposisinya,” ungkapnya.

Tak sia-sia usaha mereka, dari 33 proposal yang masuk hanya enam tim saja yang masuk babak final termasuk tim UK Petra.

Dalam babak final, mereka diminta mempraktikkan secara langsung proposal mereka berjudul “Sustainable High Early Strength Self Compacting Concrete (SCC) Using Clay Brick Waste and Limestone Powder”. Selama tiga hari, tim UK Petra ini membuat beton secara langsung, kemudian melakukan tes beton berumur 1 hari dan melakukan presentasi di depan para juri. Panitia telah mempersiapkan bahan dasar membuat beton, peserta hanya diminta membawa bahan inovasi tambahan yang akan digunakan.

Bukan tanpa proses, tim UK Petra telah mencoba inovasi ini di kampus terlebih dahulu hingga lebih dari 10 kali percobaan. Kesulitan terberat bagi tim UK Petra adalah mempertahankan kondisi beton untuk tetap encer namun bisa memenuhi syarat beton mudah mengalir yang ditentukan.

Selain membawa pulang hadiah plakat, sertifikat dan hadiah uang sebesar 1000 USD, mereka juga mendapatkan pengalaman berharga. “Kami menambah teman dan membangun relasi antar universitas baik internasional maupun nasional dan menambah pengetahuan bagaimana membuat self compacting concrete,” tutup Kent. wik

Express Your Reaction
Like
Love
Haha
Wow
Sad
Angry