Instalasi Kedokteran Forensik RS. Bhayangkara Surabaya, tempat dilakukan visum terhadap Amir. (FT/Moch. Nasikhun Amin)

SURABAYA | duta.co – Jodoh, rejeki, pati adalah hak prerogatif (istimewa) Tuhan. Ini kalimat yang cocok disematkan kepada Amir (43), yang harus menghembuskan nafas terakhirnya di terminal Purabaya (Bungurasih), Selasa (31/7/2018) pagi.

Belum sempat naik bus, Amir tiba-tiba terjatuh di peron keberangkatan Bungurasih sekitar pukul 9.00 wib. Berdasarkan keterangan seorang polisi yang berjaga di Bungurasih, Amir (43) meninggal sesaat setelah sempat memarkirkan sepeda motornya menuju terminal utama.

Masih menurut polisi bernama Taji  ini, sang korban tidak berangkat sendirian.  “Dia bersama temannya mau naik bus kota menuju ke pasar turi,” tuturnya kepada Nasikhun Amin dari duta.co.

Petugas langsung sigap. Kurang lebih pukul 11.00 wib mayat dibawa ke Rumah Sakit Bayangkara untuk dilakukan visum.  Sedangkan teman Amir bernama Latif turut mengawalnya.

Menurut Latif, tidak ada gejala apa-apa, Amir tiba–tiba jatuh saat mereka berdua berjalan menuju terminal keberangkatan.

“Tadi habis dari warung terus kita jalan ke terminal keberangkatan. Tanpa ada gejalan, tiba–tiba dia jatuh,” terangnya.

Awalnya Latif mengira Amir pingsan atau kena ayan saja. Ternyata setelah dicek oleh petugas Palang Merah Indonesia (PMI), dia dinyatakan meninggal. “MasyaAllah, semoga khusnul khotimah,” harapnya.

Masih kata Lathif, ia dan Amir berangkat dari rumah Amir di Sukolegok, Sidoarjo pukul 9.00 pagi. Mereka berdua hendak pergi ke pasar turi untuk kulakan karpet.

Dikenal sebagai Ustadz

Farid, adik ipar Amir, juga memaparkan bahwa sehari-hari Amir memang menjual karpet keliling.  “Kalau jualan ya dari pagi sampai malam mas. Dia (almarhum) keliling dari Sukodono sampai Gempol. Kadang bersama ustad Latif, kadang juga sendiri,” tambah Farid.

Meski hasil visum belum keluar, Farid yakin bahwa penyebab kematian Amir bukan karena ada pihak ketiga. Ia menduga kakak iparnya mungkin kelelahan karena sering keliling sampai larut malam.

Sedangkan terkait dengan keluarga jenazah, Farid menjelaskan bahwa korban meninggalkan istri dan dua anak yang masih kecil. Selama ini Amir bersama keluarga tinggal di kontrakan di daerah Sukolegok Gang 2.

Saat wartawan duta.co mendatangi Ruang Instalasi Forensik RS. Bhayangkara, istri korban belum terlihat di area tersebut. Farid memberi tahu bahwa istri Amir masih mengurus surat pernyataan untuk diberikan ke pihak rumah sakit agar jasad Amir bisa segera di bawa pulang. “Kita mengikuti prosedur dari forensik saja mas,” imbuhnya. (nas)

Express Your Reaction
Like
Love
Haha
Wow
Sad
Angry