Hikmah

Dalam kehidupan sehari-hari, kita banyak menemukan perilaku yang bermacam-macam dari orang di sekeliling kita. Ada dua potensi yang terdapat pada diri manusia, yaitu kehendak untuk berbuat baik dan buruk.

Bagaimana Alquran memahami kedua kata ini? Dalam Alquran terdapat kata yang berbeda-beda untuk menyatakan kebaikan (baik) dan keburukan (buruk): alhasanah-al-sayyiah, al-khair–syarrr, al-ma’ruf–al-munkar, almashlahah–almafsadah dan al-birr-al-fahisyah, al-itsm, al-rijs, serta al-khabaits mengandung maksud dan tujuan secara spesifik walaupun tatap menunjukkan keselarasan dengan makna etimologisnya.

Apabila seseorang sedang tidak melakukan kebaikan, ia cenderung terhadap hal yang buruk. Begitu juga sebaliknya. Dalam situasi saat ini, begitu degradasi moral menimpa manusia, tidak dapat dimungkiri kejahatan dan keburukan merajalela di mana-mana.

Ironisnya, dengan pergeseran budaya ke arah individualistik, manusia cenderung enggan untuk hanya menegur atau mengingatkan saudaranya sendiri (sifat ad-dayyuts). Padahal, Rasulullah SAW sudah mengingatkan, “Ada tiga golongan manusia yang tidak akan dilihat oleh Allah SWT (dengan pandangan kasih sayangnya) pada hari kiamat nanti, yaitu orang yang durhaka kepada orang tuanya, perempuan yang menyerupai laki-laki, dan ad-dayyuts” (HR An-Nasa’i).

Secara umum, addayyuts bermakna orang yang memiliki sifat apatis atau membiarkan orang lain berbuat dosa. Sifat cuek dan acuh tak acuh ini menunjukkan bahwa seseorang sudah tidak memiliki ghirah amar makruf nahi mungkar, pelaku kemaksiatan akan binasa karena maksiatnya, dan orang yang diam karena sikap ad-dayyuts (membiarkannya dan tidak mencegahnya) karena ridhanya mereka.

Lebih fatal lagi, azab Allah SWT akan turun karena kemaksiatan sudah merajalela di mana-mana. Salah satu azab yang Allah SWT turunkan adalah memberikan pemimpin yang zalim. “Hendaklah kamu beramar makruf (menyuruh berbuat baik) dan bernahi mungkar (melarang berbuat jahat). Kalau tidak, Allah akan menguasakan atasmu orang-orang yang paling jahat di antara kamu, kemudian orang-orang yang baik-baik di antara kamu berdoa dan tidak dikabulkan (doa mereka)” (HR Abu Zar).

Untuk itu, tidak cukup bagi seorang Muslim hanya dengan beribadah yang sifatnya individual. Setiap Muslim penting juga untuk memiliki sikap yang menunjukkan kesalehan sosial, yaitu salah satunya bersikap peduli atau tidak membiarkan (ad-dayyuts) saudaranya yang berbuat salah atau keburukan.

Manusia tidak luput dari salah dan lupa. Ada kewajiban untuk saling mengingatkan agar kembali ke jalan-Nya. Untuk itu, mari kita saling mengingatkan antarsesama dengan terus memperbaiki diri. Sesungguhnya tugas amar makruf nahi mungkar adalah tugas kita semua selaku Muslim yang bertakwa kepada Allah SWT. (rul.dbs)

Express Your Reaction
Like
Love
Haha
Wow
Sad
Angry