SURABAYA | duta.co – Adu strategi dan adu data. Bukan asal bunyi. Itulah debat perdana Pilgub Jatim 2018 bertema kesejahteraan rakyat Jawa Timur yang berlangsung di Dyandra Convention Hall Surabaya Selasa (10/4/2018). Hampir semua pengamat memberikan apresiasi kepada Khofifah-Emil yang tidak asal bunyi.

Pengamat politik dari Universitas Brawijaya (Unbraw) Malang, Ahmad Hasan Ubaid menyimak debat sanpai tuntas. “Ya! Khofifah-Emil tampil dengan sejumlah data akurat soal data kesejahteraan rakyat. Pasangan ini paling banyak menyampaikan data lapangan. Khofifah-Emil lebih unggul pada data yang dimiliki secara faktual dengan stretegi yang matang,” katanya kepada wartawan, Selasa (10/4/2018) malam.

Hal yang sama disampaikan pengamat politik asal Universitas Airlangga (Unair) Suko Widodo. Menurut Suko, Khofifah-Emil lebih menguasai materi dibanding paslon nomor 2. “Dalam paparannya, paslon nomor satu menyertakan data-data yang lebih akurat dan lengkap. Ini mengesankan keduanya menguasai materi dengan baik. Kelemahannya hanya kurang bisa mengelola waktu dan sempat terpancing emosi (Emil), itu saja,” tandasnya.

Sebaliknya, katanya, pasangan nomor urut dua (Gus Ipul-Puti) lebih suka memberikan paparan dengan gaya komunikasi kebanyakan alias umum yang kurang dilengkapi data valid. Apakah ini berarti Khofifah-Emil unggul 1-0 di pentas debat? “Saya lebih memilih angka 75-60 (untuk keunggulan paslon nomor satu),” katanya.

Diakui, pasangan  Khofifah-Emil tampil memukau dalam debat publik pertama. Keduanya terlihat cakap memaparkan kondisi dan memberikan solusi berbagai permasalahan di Jatim. Topik yang dengan sangat baik direspons adalah kesenjangan, kemiskinan, dan peluang pekerjaan. Khofifah-Emil juga memastikan APBD untuk kesejahteraan rakyat akan menjadi rencana kerjanya jika terpilih sebagai gubernur Jatim. ”APBD Jatim sebesar Rp 29,8 triliun akan kami bagi secara merata. Kue itu akan kami bagi rata agar rakyat sehat dan rakyat se jahtera,” papar Khofifah.

Mantan Menteri Sosial itu juga mengungkapkan gagasan tersebut didasari bahwa masyarakat yang kuat merupakan kebutuhan utama Jawa Timur. Menurut Khofifah, rakyat tidak bisa kuat kalau miskin, bodoh, dan sakit-sakitan. ” Jatim membutuhkan pemimpin dan pemerintahan yang kuat. Gus Dur pernah mengatakan bahwa pemimpin yang baik adalah ketika mereka membelanjakan harta wilayah yang dipimpin untuk wilayahnya,” tegas Khofifah.

Sementara, Cawagub Emil Dardak mampu memberikan respons dengan baik mengenai bonus demografi bagi generasi milenial. Emil mengatakan jika dirinya terpilih bersama Khofifah, para milenial harus mendapat keterampilan agar mampu berkarir sebagai freelance profesional. ”Untuk itulah kenapa ada program kami Millenials Job Centre. Di situ akan ada pelatihan agar para milenial bisa bekerja dengan pola era digital,” ujar Emil.

” Pekerjaan yang bagaimana? Seperti desainer, marketing, dan lain sebagainya. Keterampilan di mana mereka bisa bekerja tanpa harus ke kantor akan yang kami utamakan melalui Millenials Job Centre,” lanjut bupati Trenggalek nonaktif tersebut. Di sisi lain, Emil juga menegaskan bahwa pendidikan akan tetap menjadi perhatian utama.

”Karena yang berijazah SMA saja susah, bahkan yang sarjana pun banyak yang susah mencari kerja. Apalagi kalau tidak memiliki pendidikan yang layak,” kata suami dari Arumi Bachsin tersebut.

Kecakapan Khofifah-Emil juga mendapat apresiasi dari CEO The Initiative Institute Airlangga Pribadi. ”Ini debat yang sangat menentukan. Publik akan melihat, menentukan pilihan berdasarkan kapasitas. Nah kita bisa melihat penguasaan kapasitas kedua kandidat. Kelebihan Khofifah-Emil, keduanya secara konkret bisa menjelaskan angka-angka. Itu kelihatan keduanya sangat detail memahami persoalan,” ujarnya kepada jawapos.co.

Kacamata media juga sama. Rabu (11/4/2018) sudah beredar catatan CNN Indonesia soal akurasi data. Cek data ala CNNI itu kemudian diterjemahkan dalam meme. Di sini, Khofifah-Emil dinilai unggul telak. Pasangan nomor urut 1 itu, tidak asal bunyi. Misalnya, Khofifah menyampaikan bahwa Bantuan Operasional Sekolah (BOS) di tingkat pusat seyogyanya juga berlaku untuk Madrasah Diniyah.

Faktanya (benar), dalam data Bappeda Pemerintah Provinsi Jawa Timur, selama ini Madrasah Diniyah di Jawa Timur hanya dibantu melalui pembiayaan APBD. Misalnya pada 2011,  telah dialokasikan sedikitnya Rp280 miliar untuk program BOS Daerah khusus bagi Madrasah Diniyah di Provinsi Jawa Timur.

Khofifah mengatakan ada 51 persen warga Jawa Timur tidak mempunyai keterampilan, 21 persen di antaranta di atas 15 tahun tidak lulus SD, dan 30 persen lainnya hanya lulusan SD. Artinya mereka adalah kategori unskilled labour.

Faktanya (benar), menurut Bappeda Jawa Timur berdasarkan data BPS, pada 2012 mayoritas yang bekerja paling banyak masih berpendidikan SD ke bawah.

Puti menyebut, pihaknya memiliki program anak muda yang kreatif, Mas Metal (Masyarakat Melek Digital). “Bagaimana mereka bisa melek digital kalau internet dan teknologi tidak terpasang di Jawa Timur? Kami akan pasang (internet) demi anak-anak muda”.

Faktanya (salah), di sejumlah pemberitaan disebutkan bahwa semua wilayah di Jawa Timur sudah bisa menggunakan layanan internet 4G. Dengan begitu Mas Metal sudah ketinggalan zaman.

Emil mengatakan angka pengangguran di Trenggalek lebih baik dari Jawa Timur. Pada 2015 angka pengangguran di Trenggalek di atas 4 persen, 2016 puya tingkat pengangguran sekitar 4 persen, dan pada 2017 sudah 3,4 persen. “Coba cek angka pak wagub punya datanya, tingkat pengangguran di Trenggalek lebih baik dari Jatim,” katanya.

Faktanya (benar), dalam data BPS Provinsi Jawa Timur tingkat pengangguran tahun 2017 sebesar 4 persen. Sementara data BPS Kabupaten Trenggalek pada 2017, pengangguran di Trenggalek sebesar 2,46 persen.

Emil menyebut kasus stunting (kekurangan gizi kronis), Trenggalek bukan yang terburuk. Di Jatim (kasus stunting) 26 persen, Trenggalek masih lebih baik dari Jatim.

Faktanya (benar), Berdasarkan hasil survei pemantauan status gizi (PSG) tahun 2014-2016, Angka kejadian balita dengan masalah kurang gizi kronis sehingga menyebabkan gangguan pertumbuhan tubuh menjadi pendek atau stunting di Jawa Timur untuk usia 0-59 bulan pada tahun 2014 sebesar 29 persen dan pada tahun 2016 sehingga menjadi sebesar 26,1 persen.

Tingkat kasus stunting tinggi atau prevalensi melebihi 40 persen hanya Kabupaten Sampang, yakni sebesar 44 persen. Sedangkan lima daerah lainnya, yakni Jember, Sumenep, dan Bangkalan dalam kategori persentase sedang, yakni rentang antara 30 hingga 39,2 persen.

Gus Ipul menyebut tak semua startup berhasil berjalan, hanya ada sekitar 10 persen yang berhasil. Faktanya (salah) menurut data dari GDP Venture yang dikutip media hanya ada 2 persen yang bisa berhasil dari 1.000 startup.

Puti menyebut, dari data BPS 2016 tingkat kemiskinan di Kabupaten Trenggalek naik 0,17 persen. Faktanya  dalam situs resmi Kabupaten Trenggalek, Kepala Seksi Statistik Sosial BPS Kabupaten Trenggalek, Deni Irawan menyebut sesuai profil kemiskinan tahun 2017, jumlah penduduk miskin (P0) di Kabupaten Trenggalek disebutkan pada 2016 dan 2017 relatif menurun. Tingkat penurunannya dari angka 91,49 ribu orang atau 13,24 persen turun menjadi 89,77 ribu orang atau 12,96 persen.

Gus Ipul mengatakan, saat ini dari 2000 lebih sekolah hanya 40 persen atau 800 sekolah yang terakreditasi A. Faktanya dalam pemberitaan sebuah media pada 2016, Sekretaris Badan Akreditasi Provinsi Sekolah/Madrasah (BAP S/M) Suparno mengatakan sebanyak 13.393 sekolah di Provinsi Jawa Timur tidak masuk kuota akreditasi sekolah/madrasah dari pemerintah pusat pada 2017. (sumber  cnnindonesia.com)

Express Your Reaction
Like
Love
Haha
Wow
Sad
Angry