Evi Zainal, anggota Komisi VIII DPR RI, saat menjadi pembicara pada acara Sosialisasi Penanggulangan bencana banjir ini digelar di KUTT Suka Makmur Gratis, Rabu (7/11/2018) siang. (DUTA.CO/Abdul Aziz)

PASURUAN | duta.co – Ratusan warga di Kabupaten Pasuruan yang pemukimannya kerap terkena dampak banjir, menjadi peserta Sosialisasi Penanggulangan banjir yang diselenggarakan Koperasi Usaha Tani Ternak (KUTT) Suka Makmur, Kecamatan Grati, Kabupaten Pasuruan, Rabu (7/11/2018), siang.

Hadir dalam sosialisasi sekaligus sebagai narasumber, Direktur Pengurangan Resiko Bencana BNPB, Raditya Jati dan anggota Komisi VIII DPR RI, Evi Zainal. Dari hasil sosialisasi tersebut, masyarakat yang terdampak diminta untuk waspada akan bencana banjir di musim hujan, sehingga resiko bencana dapat diminimalisir.

“Bencana berupa banjir dan tanah longsor, diperlukan berbagai kesiapan. Selain penyediaan sarana alat dan peralatan, juga upaya pencegahan, kesiapan masyarakat diperlukan, sehingga resiko bencana dapat diminimalisir,” kata Evi, di depan peserta perwakilan masyarakat desa tangguh bencana se-Kabupaten Pasuruan,

Menurutnya, Kabupaten Pasuruan peringkat 21 dari 514 kota dan kabupaten se Indonesia. “Karenanya lebih baik mencegah dan ini upaya mitigasi bencana dan akan terpola dalam kesatuan program. Untuk mencegah dan mengantisipasi, harus melibatkan semua pihak, karena bencana sendiri tidak pernah pilih-pilih korban,” beber dia.

Karena itu, lanjut dia, masyarakat harus siap dengan kondisi alam, sehingga resiko bencana bisa dikurangi.”Selain itu, masalah bencana banjir tentunya harus menjadi prioritas di Kabupaten Pasuruan, karena bencana banjir ini menjadi langganan hampir tiap tahunnya di saat musim hujan. Sehingga juga diperlukan adanya keseriusan pemerintah daerah,” terang Evi.

Sementara itu, Sekretaris BPPD (Badan Penanggulangan Bencana Daerah) Kabupaten Pasuruan, Edy Supriyanto menyampaikan bahwa Pasuruan menjadi langganan daerah banjir karena keberadaan tujuh daerah aliran sungai di Kabupaten Pasuruan. Kondisi kerusakan lingkungan di hulu sungai menjadi faktor penyebab utamanya.

“Di sisi yang lain, untuk mengantisipasi bencana ini tenaga kami juga hanya ada 11 orang saja. Karena dengan terbatasnya personil, tentunya kurang optimal untuk atasi bencana. Makanya kami terus optimalkan para relawan yang ada. Terutama masyarakat yang terdampak dan dikoordinasi dalam desa tangguh bencana,” keluh Edy.

Sementara, Direktur Pengurangan Resiko Bencana BNPB, Raditya Jati menyampaikan, bahwa pengurangan resiko bencana di titik beratkan pada upaya pencegahan.”Dengan upaya pencegahan bisa mengurangi dampak resiko terjadinya bencana. Hal ini yang harus menjadi perhatian,” tandasnya, saat hadiri acara tersebut.

Pencegahan bisa dilakukan, dengan target utama kurangi korban jiwa, kurangi wilayah terdampak, kurangi kerugian sosial ekonomi dan kurangi kerusakan infrastruktur. “Caranya harus melibatkan masyarakat langsung. Terutama dengan memberikan edukasi kepada warga sekitar yang berdampak bencana,” ungkap Raditya. (dul) 

Express Your Reaction
Like
Love
Haha
Wow
Sad
Angry