Keterangan foto rri.co.id

JAKARTA | duta.co – Indonesia menjadi primadona? Belakangan, Indonesia jadi “target besar” sejumlah investor asing seperti Rusia, China, bahkan Saudi Arabia. Mereka melihat potensi Indonesia sangat menggiurkan. Hal ini sejalan dengan kepentingan nasional kita terkait upaya menggiring masuk modal asing.

“Bisnis dengan Saudi, kita (Indonesia) punya riwayat tersendiri. Selama ini, hubungan bisnis kita dengan Saudi, nyaris fokus pada “kurma-indomie”. Dari periode ke periode, investor kita kurang melirik Saudi terkait bisnis yang high tech maupun high cost,” demikian pengamatan Dr M Sholeh Basyari, Direktur Eksuktif CSIIS (Center for Strategic on Islamic and International Studies) kepada duta.co, Jumat (18/10/24).

Menurut M Sholeh, Saudi ternyata lebih jeli. Saudi justru melihat potensi Indonesia sebagai masa depan ekonomi dunia. Potensi ini setidaknya terdeteksi dari dua hal: listrikisasi energi dan pemanfaatan energi terbarukan semisal panel Surya.

Doktor M Sholeh Basyari, Direktur Ekskutuf CSIIS (Center for Strategic on Islamic and International Studies)

“Dengan pengalihan energi fosil ke tenaga listrik dalam berbagai manufaktur, menjadikan nikel sebagai primadona. Sementara dengan panel Surya, ongkos produksi di Indonesia bisa ditekan dibandingkan dengan pemanfaatan energi fosil sebagai penggerak mesin produksi. Saudi tahu itu,” tegasnya.

Panel Surya dan lebih-lebih nikel, lanjutnya, jumlahnya melimpah di Indonesia. Kebijakan hilirisasi nikel, harus dibaca sebagai cara Indonesia melindungi kekayaan dan ketahanan energi. Dengan nikel yang menjadi energi utama kelistrikan dan manufaktur, Indonesia bisa berpotensi menjadi pemain besar ekonomi dan energi dunia.

“Bagi Saudi, Indonesia adalah nasa depan energi dunia. Investasi energi Saudi di Indonesia, tidak terlepas dari potensi Nikel Indonesia. Nikel seperti kita ketahui, adalah mineral alam terbaik yang bisa menyimpan energi baterai,” tegasnya.

Di samping itu, tegasnya, Saudi juga berhitung bahwa terus menyusutnya cadangan migasnya tidak bisa terus menerus menjadi gantungan utama ekonominya. “Agresivitas Saudi investasi panel Surya di Indonesia harus dimaknai bahwa Saudi ingin tetap sebagai pemain utama migas dan energi dunia. Saudi cermat berhitung, pilihan investasi panel Surya di Indonesia dengan posisinya yang terlintasi katulistiwa dengan potensi pasar hampir 300 juta penduduk,” urainya.

Respon Indonesia

April 2024 kemarin, katanya, Bahlil Lahadalia memimpin misi investasi Indonesia di Saudi. Kesamaan dan sejarah panjang hubungan keislaman kita dengan Saudi, mempermudah sekaligus jaminan keamanan investor. Upaya Bahlil, idealnya ditindaklanjuti lebih intens dengan tawaran investasi-investasi lain semisal ketahanan pangan.

“Saudi melihat, Indonesia memiliki ketersediaan air dan kesuburan tanah. Dengan air yang melimpah serta tanah luas yg subur, bisa jadi potensi hasil pangan Indonesia mampu mengatasi dan memenuhi kebutuhan pangan dunia,” katanya.

Masih menurut Sholeh, termasuk penguatan sektor peternakan yang menghasilkan daging dan susu, juga masuk list investasi Saudi. “Tantangan sekaligus potensi ini, idealnya menjadi konsentrasi program menteri koordinasi bidang maritim dan investasi (Menko Marves),” jelasnya. (mky)

Express Your Reaction
Like
Love
Haha
Wow
Sad
Angry