Prof Dr HM Mas’ud Said, MA. (FT/IST)

SURABAYA | duta.co – Menjelang Konferensi Wilayah Luar Biasa (Konferwillub) Ikatan Sarjana Nahdlatul Ulama (ISNU) Jawa Timur, Sabtu (21/7/2018) di ruang serba guna Rumah Sakit Islam (RSI) Jemursari, Surabaya, nama Prof Dr Mas’ud Said menjadi bahan diskusi banyak cabang.

Bukan soal siapa dia, tetapi, apa, dan bagaimana cara dia memajukan ISNU Jatim. “Hari ini, ISNU dituntut lari, bukan sekedar jalan. Dibutuhkan sosok intelektual yang energik, cerdas dan cermat, serta mampu mengimbangi laju perubahan masyarakat yang begitu cepat. ISNU bukan organisasi akuarium, dipajang untuk tonton,” demikian di antara isi diskusi yang mewarnai warganet ISNU akhir-akhir ini.

Nama Profesor Mas’ud sering disebut oleh pengurus Cabang ISNU Jawa Timur. Pertama, dia dikenal sebagai intelektual (seorang professor) yang mumpuni di bidang keilmuan dan keorganisasian. Kedua, di samping lincah juga ulet dalam menerobos jaringan organisasi, termasuk ‘mengendus’ kebijakan pembangunan masa depan. Ketiga, memilik konsistensi penguatan ideologi Aswaja dalam praktek ubudiyah ahlussunnah waljamaah an-nadliyah.

Kalau sekedar bicara riwayat hidup, cerita seputar Prof Dr HM Mas’ud Said, MA, lumayan panjang. Lelaki kelahiran Sidoarjo, 8 Maret 1964 itu, adalah Pegawai Negeri Sipil (PNS), dosen, Guru Besar Ilmu Pemerintahan DPK Kopertis Wil VII Surabaya. Pendidikan terakhirnya, doktor Bidang Ilmu Pemerintahan, dituntaskan di The Flinders University – Australia.

Kader tulen PMII ini juga pernah menjadi Guru Besar Kopertis Wilayah VII Dpk FISIP Univ. Muhammadiyah Malang. Pernah juga menjadi Asisten Staf Khusus Presiden RI Bidang Pembangunan Daerah Dan Otonomi Daerah, Kementerian Sekretariat Negara (2011 -2014). Staf Khusus Menteri Sosial RI Bidang Pengembangan SDM dan Program Kementerian. Kini dalam proses sebagai Dosen Kopertis Wil VII DPK UNISMA (Universitas Islam Malang).

Soal pengalaman organisasi (NU), jangan tanya. Ialah Ketua IPNU Ancab Tulangan Sidoarjo yang menggantikan KH Agoes Ali Masyhuri. Setelah itu, Ketua Umum PMII Cabang Malang, manggantikan Prof Dr Abdul Haris (1990). Setahu kemudian, menjadi Wakil Ketua Pengurus Cabang NU Kota Malang sampai tiga periode.

Ia juga pernah menjadi anggota Dewan Penasehat PC Ansor Kota Malang dan Kabupaten Malang, bahkan menjadi Penasehat PC Ansor Kota Batu. Di PWNU Jatim sekarang, ia dipercaya sebagai Ketua Litbang PWNU Jawa Timur, menggantikan Prof Dr Nur Syam. Juga diamanati Wakil Ketua PP LTMI NU (Periode I KH A Hasyim Muzadi), Wakil Ketua PP Lakpesdam NU (Periode I KH Said Aqiel Siroj). Anggota Dewan Pakar PP ISNU sampai sekarang. Selain itu juga Dewan Penasehat PW LAZISNU Jawa Timur, Ketua Dewan Ahli PC ISNU Kota Malang.

ISNU Harus Kuat

Lalu apa yang hendak dilakukan Prof Mas’ud jika diamanati sebagai Ketua ISNU Jatim? “Soal siapa Ketua ISNU Jatim, itu urusan cabang. Pengurus Cabang lebih tahu, siapa yang layak memimpin organisiasi ini. Tetapi, sebagai keluarga besar ISNU, kita harus memiliki komitmen yang sama bagaimana menggerakkan organisasi ini agar cepat membawa manfaat bagi umat. Untuk ke arah itu, ISNU harus kuat,” jelasnya kepada duta.co, Jumat (20/7/2018).

Ketika ISNU kuat, lanjutnya, maka organisasi ini akan mudah menyinergikan potensi keahlian dan profesionalitas anggotanya. Di sini ISNU bisa menjadi mitra strategis baik oleh pemerintahan maupun kemasyarakatan di tingkat provinsi maupun daerah.

“Jadi, kita perlu memperkuat jaringan dengan lembaga profesi, sosial, ekonomi dalam rangka mengembangkan kapasitas anggota dan organisasi,” tegasnya.

Prof Mas’ud Said dan Rais Am PBNU KH Ma’ruf Amin. (FT/IST)

Masih menurut Prof Mas’ud, ISNU perlu melakukan penataan manajemen organisasi, sistem komunikasi dan pemanfaatan informasi teknologi untuk kelancaran organisasi. “Setelah itu, penguatan ideologi Aswaja, penguatan lembaga lembaga kultural serta praktek ubudiyah ala ahlussunnah waljama’ah an-nadliyah. Ini golnya,” jelasnya. (mky)

Express Your Reaction
Like
Love
Haha
Wow
Sad
Angry