Tampak para kiai peserta halaqah 3 Komita Khitthah didaulat menyempatkan diri foto bersama. (FT/Sauqi)

SURABAYA | duta.co – Menarik! Salah satu agenda Halaqah  3 Komite Khitthah (KK) yang berlangsung di Gedung Taswirul Afkar, Surabaya, Ahad, 9 Desember 2018 adalah mendengarkan saran dan harapan kiai sepuh.

KH Suyuthi Toha, ulama kharismatik yang kebagian sowan ke KH Maimoen Zubair (Sarang) menyampaikan laporannya. Menurut Kiai Suyuthi, dirinya telah melaporkan seluruh rangkaian perjalanan KK dari halaqah 1 sampai halaqah 2, termasuk hasil-hasilnya.

“Allhamdulillah, sepontan beliau dawuh sae (baik). Setelah itu, Gus A’am panjang lebar matur. Mbah Moen sangat cerah dan bersinar, beliau berharap ikhtiar ini diteruskan,” tegasnya.

Masih menurut Kiai Suyuthi, alangkah baiknya ikhtiar ini masuk Munas NU yang akan digelar Februari mendatang.

“Kedua, kita usahakan NU ini benar-benar tidak dipermainkan oleh preman politik. Mbah Moen ingin NU ini benar-benar nasionalis, jangan sampai dikerdilkan politik praktis,” tegasnya.

Selanjutnya KH Abdullah Muchit menyampaikan hasil silaturrahim ke KH Tholhah Hasan. “Alhamdulillah saya bisa silaturrahim ke Kiai Tholhah ba’da Subuh di Singosari. Saya matur sekarang ada komite khitthah yang digagas dzuriyah muassis NU dan para kiai. Ini dimoderatori Prof Zahro, Imam Besar Masjid Nasional al-Akbar,” jelas Kiai Abdullah Muchit.

Setelah semua dipaparkan, Kiai Tholhah merespon dengan baik.  “Beliau merespon dengan baik, sangat setuju dan mendukung penegakan khitthah asal jangan untuk mendukung salah satu pasangan capres-cawapres,” tegasnya.

“Ini tanggapan yang sangat baik, beliau menganjurkan kalau ada perbedaan dengan PBNU jangan dihantam, tapi harus disampaikan dengan risalah. Kalau saling serang, NU menjadi tidak baik. Saya tidak suka kalau NU tidak baik,” jawab KIai Tholhah seperti disampaikan Kiai Abdullah Muchit.

Kiai Tholhah juga menyinggung soal Islam Nusantara. Secara isi, setuju dengan pikiran Gus Najih. “Seperti Gus Najih menanggapi Islam Nusantara, beliau setuju soal isi. Tetapi hendaknya disampaikan dengan baik, jangan menyerang, nanti dikira berperang antar NU,” terangnya.

H Agus Solachul A’am (Gus A’am Wahib) menyampaikan hasil silaturrahimnya dengan KH Mustafa Bisri (Rembang). Menurut Gus A’am Wahib, Gus Mus setuju ikhtiar menegakkan khitthah melalui KK. Gus Mus akan memantau dari jauh.

“Kami juga minta didoakan agar kiai-kiai yang ingin menegakkan khitthah ini diberi kekuatan dan kekikhlasan oleh Allah swt. Alhamdulillah insyaAllah doa Gus Mus terus menyertai kita,” jelasnya.

Selanjutnya, KH Rozi Sihab melaporkan hasil silaturrahim ke KH Nawawi Abdul Djalil (PP Sidogiri). Dua jam lamanya, pertemuan berlangsung di Ruang Tamu PP Sidogiri.

“Setelah kami matur panjang lebar soal Komite Khitthah, beliau hanya menjawab ‘sae’ (baik). Ketika ditanya saran beliau, jawab Kiai Nawawi ‘sae’ sudah sangat baik,” jelasnya.

Harus Bersih dari Politik

Terakhir, KH Salahuddin Wahib (Gus Solah) menyampaikan hasil pertemuannya dengan Pejabat Rais Aam PBNU KH Miftachul Akhyar. Gus Solah juga menyampaikan adanya Komite Khitthah. Bahkan terkait keputusan Kiai Ma’ruf Amin menjadi Cawapres juga dibahas.

Menurut Kiai Miftah, terkait Kiai Ma’ruf menjadi Cawapres ini karena NU  memasuki sahibul qoror, kalau dulu sohibul haq. Kiai Miftah juga menjelaskan bahwa khitthah itu, kondisional.

“Bahkan saya melihat video Kiai Marzuki Mustamar Ketua PWNU Jatim, malah bilang Kiai Ma’ruf itu tidak melanggar khitthah karena untuk negara. Kiai Miftah akan menafsirkan kembali khitthah. Dan ini kemudian ditanggapi Cak Anam di Duta,” tambah Gus Solah.

Menurut Gus Solah, penjelasan Kiai Miftah di Majalah Aula itu, tidak tepat. Kiai Miftah juga mengaku belum membaca tulisan Cak Anam. “Jadi saya melihat ada perbedaan pesepsi soal khitthah. Saya kemudian usul ketemu untuk merancang dialog tentang khitthah,” jelas Gus Solah.

Pengasuh PP Tebuireng ini juga khawatir ada penafsiran sendiri-sendiri soal khitthah. “Ini supaya tuntas. Jangan sampai menafsirkan seenaknya, seperti Orba menafsirkan Pancasila. Tetapi soal dialog ini Kiai Miftah tidak menanggapi, mestinya setuju,” tegasnya.

Gus Solah tetap mengusulkan bertemu, tidak boleh membuat persepsi sendiri-sendiri. Jangan ada penafsiran khitthah di luar Forum Muktamar. “Jadi semua kiai, ratusan atau bahkan ribuan menyambut baik KK sepanjang tidak terseret politik. Kita harus tegak,” jelasnya.

H Choirul Anam (Cak Anam), sebagai sohibul bait, menyambut baik saran kiai sepuh. Menurut Cak Anam, KK harus dijauhkan dari kepentingan politik praktis. Cak Anam yang selama ini bergelut di dunia politik, menegaskan, bahwa, sisa usai yang dimiliki akan dicurahkan penuh untuk perbaikan NU.

Cak Anam juga menyinggung soal khitthah kondisional versi Kiai Miftah. Menurut Cak Anam ini kekeliruan besar. Khitthah 26 NU itu diputuskan sebagai landasan berpikir dan berpijak. Sama seperti Islam Ahlusunnah walk-jamaah yang dianut NU.

“Kalau Islam Ahlussunnah waljamaah ini juga diartikan kondisional, bisa geger itu. Ini hadir Aliansi Ulama Ahlussunnah Waljhamaah, mereka ini bisa marah,” tegasnya sembari menegaskan setuju dengan saran Kiai Tholhah agar disampaikan dengan baik.

Hadir dalam halaqah kali ini, ratusan kiai dari Jawa Barat, Jawa Tengah dan Jawa Timur termasuk Aliansi Ulama Ahlussunnah Waljamaah, termasuk Aliansi Ulama Madura (AUMA). (muh)

Express Your Reaction
Like
Love
Haha
Wow
Sad
Angry