SOLO | duta.co – Salah satu kunci mengapa Nahdlatul Ulama (NU) mampu bertahan hingga usianya jelang satu abad, karena dakwah NU sangat lentur dan mampu menyesuaikan dengan kebutuhan masyarakat.
NU juga selama puluhan tahun berhasil membangun ke-Islaman dan ke-Indonesiaan secara harmoni.
Hal ini ditegaskan Menko Polhukam Mahfud MD saat ditanya awak media usai mengikuti Jalan Sehat 1 Abad Nahdlatul Ulama bersama Presiden Joko Widodo dan Ketum PBNU Kyai Yahya Cholil Staquf, di lapangan Pura Mangkunegaran, Solo, Minggu (22/1/2023).
“Apa yang membuat NU bertahan? NU lebih lentur menyesuaikan dengan kebutuhan masyarakat Indonesia, sehingga dakwah-dakwahnya NU itu mendekatkan pada apa yang dihayati sebagai budaya masyarakat kemudian diberikan roh keislaman, itu sebabnya NU semakin besar dan diterima dalam kehidupan masyarakat. NU itu membangun keislaman dan keindonesiaan itu secara harmoni,” papar Mahfud MD saat ditanya apa yang membuat NU bertahan dan tetap diterima sebagian besar masyarakat saat ini.
Menurut Mahfud, tantangan NU kedepan adalah munculnya gerakan anti Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), seperti gerakan ideologi transnasional, baik liberalisme, kapitalisme atau islamisme yang ingin dipaksakan ke Indonesia.
“NU sebagai salah satu pilar penting berdirinya Negara Kesatuan Republik Indonesia. Oleh sebab itu, komitmen NKRI harga mati harus tetap tumbuh di NU dan tetap kuat di NU,” jelas Mahfud MD yang juga Penasehat LPBH PBNU era Kyai Hasyim Muzadi ini.
Mahfud kembali mengaskan, NU sebagai organisasi Islam terbesar tetap mengemban semangat keindonesiaan, dimana Indonesia dianggap sebagai negara kosmopolit.
“NU sebagai Jamiyah itu dinamis, selalu bisa mengikuti perkembangan zaman bahkan perkembangan politik nasional dan ikut menjaganya,” pungkas alumni Pondok Pesantren Pondok Pesantren Al Mardliyyah Pamekasan ini. (*)