SURABAYA | duta.co – Dipilihnya Puti Guntur Soekarno menggantikan Azwar Anas sebagai Cawagub Jatim berpasangan dengan Cagub Gus Ipul, ternyata, sampai sekarang masih menjadi beban tersendiri. Bukan hanya di kalangan ‘hijau’ (muslim), kalangan ‘merah’ (nasionalis) juga tidak sreg.

“Marhaenis sejati masih bertanya, siapa dia? Bahwa dia cucu Bung Karno benar, tetapi, apakah dia benar-benar mewarisi ideologi Bung Karno. Ini pertanyaan besar yang sampai sekarang belum terjawab,” demikian disampaikan seorang doktor sekaligus pakar pertanahan dari Kampus Universitas 17 Agustus (Untag) 1945 Surabaya kepada duta.co, beberapa waktu lalu.

Hari ini, laju elektabilitas pasangan calon Gubernur-Wakil Gubernur Jawa Timur 2018 semakin terlihat. Survei terbaru dari Litbang Kompas yang dilakukan pada 19 Februari-4 Maret 2018 dengan 800 responden dari wilayah Jawa Timur, membuktikan pasangan nomor urut satu Khofifah Indar Parawansa-Emil Elistianto Dardak mengalami tren kenaikan dengan 44,5 persen.

Sebaliknya pasangan nomor urut dua, Saifullah Yusuf-Puti Guntur mengalami penurunan dari survei-survei sebelumya. Pengamat Politik Universitas Airlangga, Fahrul Muzaqqi menilai Gus Ipul mempunyai beban elektoral karena berpasangan dengan Puti di Pilgub 2018 ini.

“Di sini, kalau dari perkembangan. Pada awalnya waktu masih Pak Anas, potensi pertarungannya sangat besar. Kemudian diganti dengan Mbak Puti, saya belum merasakan dan belum menemukan bagaiamana kemudian tren kenaikan dari Gus Ipul, berat. Jadi ini tugas yang berat untuk pasangan nomor dua,”  jelas Fahrul kepada wartawan.

Selain tu, berganti pasangan dari Anas ke Puti menjadi beban politik Gus Ipul. Suara akar rumput dinilai akan pindah ke kubu lain karena antipati terhadap Puti.

“Di sisi lain karena Anas tidak jadi, juga menjadi persoalan di kubu Gus Ipul. Karena tetap ada simpul-simpul yang sudah menaruh harap jadi kecewa, semakin antipati karena digantinya beliau (Anas),” ungkapnya.

Ditambah, dikatakan Fahrul, kompetensi pasangan nomor urut satu yang sudah terbukti di bidangnya masing-masing disebut memiliki potensi naiknya elektabiltias Khofifah dan Emil. Persentase elektabilitas tersebut terbukti dari beberapa survei sebelumnya.

“Gus Ipul dan Mbak Puti yang dihadapi adalah Bu Khofifah dan wakilnya (Emil) yang sama-sama potensi elektabiltas dan potensinya terus naik dan sangat besar,” ucapnya.

Diketahui, Khofifah merupakan Menteri di dua era Presiden berbeda. Di kabinet kerja, Khofifah diberi mandat sebagai Menteri Sosial dan sebelumnya dipercaya sebagai Menteri Pemberdayaan perempuan pada era Presiden keempat RI Abdurrahman Wahid. Menarik ke belakang Khofifah pernah menjabat sebagai pimpinan DPR RI dan kerap menjadi delegasi Indonesia di sidang PBB menyuarakan emansipasi wanita.

Kemudian, wakilnya, Emil Dardak merupakan Bupati termuda yang juga doktor termuda bidang Ekonomi  Ritsumeikan Asia-Pacific. Suami Arumi Bachsin ini juga pernah menjadi anggota dari World Bank University. Dia tokoh muda yang sangat mumpuni.

Sementara itu, Fahrul menjelaskan, pengaruh politik budaya alias primodialisme masyarakat Jawa Timur akan menghambat Puti. Sebab, Puti dinilai bukan dari kalangan masyarakat Jawa Timur.

“Mbak Puti di lingkungan Jawa Timur masih baru. Beliau bukan asli Jawa Timur,” tutur Fahrul.

Sebelum mencalonkan sebagai Wakil Gubernur, Puti diketahui pernah maju menjadi anggota DPR RI dengan Daerah Pilihan X Jawa Barat meliputi Ciamis, Kuningan dan Kota Banjar. Sementara pendidikanya hanya alumnus FISIP Universitas Indonesia pada tahun 1994.

Potensi tersebut dinilai bisa menjadi angin segar Emil untuk mengisi kekosongan figur. Soal keterwakilan suara pun dinilai menjadi penting, mengingat Emil disebut mewakili kaum milenial.

“Jadi celah itu bisa sangat dimanfaatkan Pak Emil, pasangan Bu Khofifah untuk semakin memaksimalkan elektabiltasnya,” pungkasnya. (zal)

Express Your Reaction
Like
Love
Haha
Wow
Sad
Angry