Mak Nova (kanan) berfoto Bersama pelanggannya di lapaknya di CFD Jalan Raya Ponti, di Minggu pagi beberapa waktu lalu. DUTA/ist

SURABAYA | duta.co – Di Sabtu (26/10/2024) siang menjelang sore, Novayanti Rahman  sibuk di dapur rumahnya di sebuah perumahan kelas menengah, Kota Sidoarjo. Dia tengah mempersiapkan bahan-bahan untuk jualan soto banjar di car free day (CFD), Jalan Raya Ponti, kawasan GOR Delta Sidoarjo, keesokan harinya atau Minggu paginya.

Sudah menjadi rutinitas di Sabtu siang hingga malam dia mempersiapkan semua kebutuhan berjualan. Membuat ketupat, perkedel kentang, mempersiapkan telor rebus hingga daging ayam. Bahan yang bisa dipersiapkan jauh hari, akan dia lakukan di jauh hari seperti bumbu dan bawang goreng. Sementara bahan yang tidak tahan lama, akan dia persiapkan sehari sebelumnya atau beberapa jam sebelumnya.

Saat ditemui, Mak Nova, panggilan akrabnya sedang mengupas cangkang telur yang sudah direbus sambil nonton acara gosip di televisi. Lebih dari lima kilogram telur dia kupas untuk kemudian dia masukkan ke kulkas agar tidak ribet keesokan harinya. “Kalau semua dikerjakan subuh, tidak keburu. Jadi persiapan memang sehari sebelumnya,” ujarnya.

Mak Nova biasanya berjualan di CFD menggunakan mobil Kijang Super biru dengan nama Soto Banjar Makcik Nova. Sehingga wajar banyak kenalannya yang memanggilnya Makcik atau Mak Nova. Dia berjualan dibantu suami dan kedua anaknya sejak pukul 06.00 hingga 09.00 WIB, hanya tiga jam setiap minggunya. Seratus hingga 120 piring soto terjual dengan harga Rp 20 ribu per porsinya. “Kalau tanggal muda, waktunya gajian, malah lebih dari itu. Sampai tidak sempat duduk melayani pembeli,” kata Mak Nova.

Soto Banjar Makcik Nova rasanya otentik. Maklum, Mak Nova berasal dari Banjarmasin dari sang ibu, sementara ayah dari Padang. Namun keluarga besar sudah menetap di Surabaya. Hingga Mak Nova lahir dan dibesarkan di Kota Pahlawan.

Menu khas Banjar tidaklah hilang, apalagi katanya keluarga besar sang ibu masih banyak yang tinggal di sana. Setiap arisan keluarga besar Banjar, menu khas daerah itu yang disuguhkan. “Saya kan diajari resepnya, dikasih tahu rahasianya,” ujar Mak Nova tertawa.

Namun, soto banjar buatan Mak Nova ini sudah dimodifikasi dan disesuaikan dengan lidah orang Surabaya dan Sidoarjo serta daerah sekitarnya yang cenderung suka gurih. Sehingga tidak hanya orang Banjar yang berada di Surabaya dan Sidoarjo yang mampir ke lapaknya, tapi orang asli Jawa Timur juga ‘tergila-gila’ dengan sotonya.

“Ya Alhamdulillah semua suka. Konsumenku banyak yang kembali lagi, lagi dan lagi,” tuturnya Mak Nova yang juga piawai membuat menu khas Banjar lainnya, nasi kuning.

Sayangnya, Mak Nova hanya seminggu sekali berjualan. Selain Minggu pagi, Mak Nova mengaku tidak melayani pembeli, kecuali pesanan. Kebanyakan pesanan sotonya untuk arisan hingga hajatan sunat dan pernikahan.

Mak Nova memang tidak bisa setiap hari berjualan karena ia hingga kini masih aktif bekerja sebagai jurnalis di sebuah media online di Surabaya. “Karena jualannya seminggu sekali, ya harus jualan, kasihan pelanggan. Selain itu untungnya lumayan, eman (sayang) kalau tidak jualan,” tambahnya.

Berjualan hanya sekali dalam seminggu dan terkadang melayani pesanan di hari lain, diakui Mak Nova membuatnya bisa menambah uang belanja bulanan. Bahkan, terkadang hasil berjualan itu tidak ‘disentuhnya’ sama sekali. Hasil berjualan itu bahkan dibuatnya untuk hal yang menurutnya bisa untuk investasi masa depan.

Arisan hingga Memanfaatkan Gadai

Mak Nova selama ini memiliki kebiasaan ‘mengumpulkan’ logam mulia. Dia sudah melakukannya sejak 2010 lalu. Di mana saat itu dia bersama beberapa rekan jurnalis dan beberapa rekan mitra terutama para humas atau public relations (PR) sebuah instansi atau lembaga, untuk membuat arisan logam mulia.

Mak Nova sebagai pelopornya. Waktu itu, harga logam mulia Antam hanya sekitar Rp 300 ribu-an per gram. “Entah kenapa, saya suka. Bagi saya, emas itu harganya tidak akan turun. Dan waktu itu untuk beli cash agak terhalang, maka jalan terbaik dengan arisan. Kita nyicil tanpa bunga, tunggu giliran untuk bisa dapat logam mulianya,” kata Mak Nova.

Mak Nova menunjukkan salah satu koleksi logam mulianya. DUTA/ist

Dia rela menjadi borek (koordinator dan penanggung jawab arisan). Arisan ini tidak membutuhkan orang banyak, hanya sekitar 10 orang untuk satu grup sekali putaran. Satu orang hanya membayar Rp 500 ribu. Waktu itu, yang dapat arisan memperoleh 10 gram logam mulia Antam. Sisa iuran arisan per bulan disimpan untuk kemudian di tarikan terakhir atau ke sepuluh, masing-masing anggota hanya menambah kekurangannya, tidak lagi membayar Rp 500 ribu per orang.

Arisan ini terus berlanjut setiap tahun, walau terkadang ada masa jeda karena berbagai hal. Namun digelar lagi hingga akhir 2023, terakhir arisan digelar. “Arisan mulai dapatnya 10 gram hingga hanya dapat 5 gram untuk iuran Rp 500 ribu-an per bulan. Ya lumayan untuk simpanan,” katanya.

Di 2024 arisan terhenti lagi. Kali ini karena harga emas sudah tidak bisa dikejar yang menyentuh angka Rp 1,3 juta per gramnya, bahkan kini sudah menyentuh angka Rp 1,5 juta lebih per gram.

Walau arisan vakum, namun Mak Nova juga terus berinvestasi logam mulia dengan berbagai cara. Dia memiliki strategi sendiri untuk bisa memilikinya.

“Terkadang kita untuk membeli emas dengan uang cash, itu berat. Bahkan kadang untuk menambah koleksi juga sulit. Karenanya walau tidak punya uang, bisa punya logam mulia, caranya dengan cicilan. Orang lebih suka nyicil, begitupun saya. Karenanya saya seringkali menggadaikan logam mulia yang saya punya walau saya tidak butuh uangnya. Uang yang saya dapat dari gadai emas itu, saya belikan logam mulia lagi. Sehingga saya akan dapat logam mulia baru, buat tambahan koleksi,” tandasnya.

Diakui Mak Nova, dirinya yang juga aktif di sebuah koperasi wanita, diwajibkan untuk ‘utang’ bergiliran. Utang itu wajib agar dana tabungan bisa berputar. Walau terkadang tidak sedang butuh dana, namun Mak Nova tetap wajib pinjam. Karenanya, uang pinjaman itu dia belikan logam mulia walau dengan kewajiban dia harus nyicil iurannya ke koperasi. “Daripada uangnya untuk konsumtif, membeli sesuatu yang tidak kita butuhkan, ya lebih baik dibelikan logam mulia,” katanya.

Dengan cara itu, Mak Nova mengaku logam mulianya terus nambah dan merasa keuntungannya banyak. Selain harga yang terus merangkak naik, juga ketika butuh dana mendesak, bisa segera dicairkan.

“Tapi saya tidak pernah menjualnya, kalau saya butuh dana tunai ya saya gadaikan. Pernah saya jual ketika mau umrah, karena kalau umrah katanya tidak boleh utang. Menggadaikan emas itu tidak ada orang yang tahu, tetangga tidak tahu, saudara tidak tahu, bahkan tidak perlu disurvei ke rumah. Cukup bawa emasnya ke gadai, butuh berapa, uang bisa langsung ditransfer ke rekening,” tuturnya.

Hingga kini, Mak Nova mengaku masih memiliki cicilan gadai emas. “Pokoknya tak berhenti,” ujarnya.

Kini, Mak Nova merasakan keuntungan memilih investasi emas sejak dulu. Harga yang terus naik membuatnya senang bisa memiliki kebiasan ini. “Kalau investasi emas atau logam mulia jangka Panjang. Disimpan dulu hingga beberapa tahun ke depan, baru akan terasa untungnya, bayangkan dari harga Rp 300 ribu hingga sekarang harga Rp 1,5 juta per gram. Investasi apa yang kenaikannya sangat signifikan selain logam mulia,” tukasnya.

Kebiasan investasi emas itu, Mak Nova tularkan pada kedua anaknya yang sudah mulai bekerja. “Saya tekankan untuk menyimpan uangnya, lalu kalau sudah cukup bisa dibelikan logam mulia. Kalau mau beli emas perhiasan ya seperlunya, yang dipakai saja. Tapi kalau ada rejeki lebih bisa ke logam mulia,” ungkapnya.

Ingin Mencoba Cara Lain yang Lebih Islami

Selama ini, Mak Nova mengaku gadai maupun membeli logam mulia melalui lembaga gadai non bank. Dia belum pernah melakukannya melalui bank, terutama bank syariah yang banyak memiliki produk dan layanan  di bidang investasi dan gadai emas.

Mak Nova mengaku jika ia ingin sesuatu yang lebih Islami. Yang sesuai syariat Islam, mengingat usia sudah tidak lagi muda. Beberapa waktu terakhir, Mak Nova juga mengaku sekilas mengetahui dan mendengar BCA Syariah juga memiliki produk pembiayaan emas atau Murabahah Emas iB (Emas iB). “Kayaknya perlu dicoba ya. Saya juga lagi kepikiran untuk punya warung sendiri untuk Soto Banjar Makcik Nova. Lagi butuh dana,” kata Mak Nova.

Pembiayaan Emas iB merupakan produk pembiayaan dari BCA Syariah untuk kepemilikan logam mulia dengan prinsip syariah menggunakan akad murabahah atau jual beli.

Direktur BCA Syariah, Pranata mengatakan pembiayaan emas di BCA Syariah memiliki banyak keunggulan di antaranya kepastian gramasi dan angsuran hingga akhir pembiayaan dengan jangka waktu yang dapat disesuaikan dengan kemampuan nasabah.

Dikatakan Pranata, kemudahan dan kenyamanan layanan merupakan prioritas bagi BCA Syariah. Sehingga pembiayaan Emas iB dilengkapi kemudahan pengajuan pembiayaan dengan layanan akad di tempat untuk pengajuan pembiayaan di luar cabang.

“Saat ini BCA Syariah juga tengah mengembangkan pengajuan pembiayaan Emas iB secara online melalui mobile banking yang terbaru yaitu BSya (bi-sya) by BCA Syariah,” tandasnya.

Dengan pembiayaan Emas iB, BCA Syariah ingin meningkatkan akses masyarakat terhadap produk investasi di bank syariah sekaligus membantu mengamankan masa depan finansial mereka dengan tetap mematuhi prinsip-prinsip syariah.

Dikatakan Pranata, di Agustus 2024, BCA Syariah berhasil membukukan pertumbuhan positif untuk pembiayaan konsumer mencapai 89,1%. Pembiayaan Emas iB sebagai salah satu produk konsumer BCA Syariah berhasil memperoleh pertumbuhan yang tertinggi mencapai 210,8% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Pencapaian tersebut turut mencerminkan meningkatnya minat masyarakat untuk berinvestasi melalui pembiayaan emas di BCA Syariah.

Jika dilihat dari segmentasi nasabah, 42% dari nasabah pembiayaan merupakan kaum milenial dengan ticket size pembiayaan sebesar Rp21 juta dan jangka waktu pembiayaan yang paling diminati adalah satu tahun. *endang lismari

 

Express Your Reaction
Like
Love
Haha
Wow
Sad
Angry