LONDON | duta.co – Inggris sangat sering menjadi target aksi teroris. Dalam kurun waktu tiga bulan terakhir, setidaknya ada tiga aksi teror di Inggris.

Serangan paling mutakhir kembali terjadi pada Sabtu (3/6) malam waktu setempat di London. Pertama di London Bridge dan kedua di Borough Market. Sebenarnya terjadi juga peristiwa di Vauxhall, London Selatan, hanya saja di lokasi ini, polisi Inggris tidak menyebutnya sebagai aksi teror.

Dua serangan itu adalah mobil van menabrak pejalan kaki di London Bridge dan serangan bersenjatakan pisau juga dilaporkan di kafe dekat lokasi. Seperti dilansir CNN, Minggu (4/6/201) hari ini, saksi mata melaporkan kepanikan terjadi di lokasi yang dekat dengan transport hub dan di lokasi yang padat dengan restoran dan bar.

Tak lama usai kejadian itu, dilaporkan terjadi serangan di Borough Market yang berada di selatan Sungai Thames. Seorang sopir taksi menyebut tiga orang berlari ke pasar dan menusuk orang-orang, termasuk seorang gadis muda, kemudian mereka melarikan diri.

Seorang saksi mata di London Bridge menyebut dia melihat tiga orang menusuk orang-orang sambil berteriak ‘ini untuk Allah’. Polisi kemudian masuk ke bar dan restoran yang ada di area Southwark sekitar pukul 23.00 waktu setempat dan mengatakan ke pengunjung agar tiarap.

Setelah tengah malam, polisi lalu menyebut ada peristiwa ketiga di kawasan Vauxhall. Namun insiden di lokasi ini sudah dipastikan tidak ada kaitannya dengan dua serangan yang terjadi di London Bridge dan Borough Market.

Akibat serangan teroris di dua lokasi tersebut, 6 orang dipastikan meninggal dunia dan puluhan luka-luka. Tiga pelaku juga dilaporkan tewas. Belum ada pihak yang menyatakan bertanggung jawab atas peristiwa ini.

Wali Kota London Sadiq Khan mengutuk serangan yang terjadi di kotanya dan menyebut aksi itu sebagai serangan pengecut yang sengaja dilakukan kepada warganya yang tak bersalah. Sementara itu Presiden Amerika Serikat Donald Trump menawarkan bantuan kepada Inggris menyusul adanya serangkaian aksi teror di pusat Kota London.

“Apa pun yang bisa dilakukan Amerika Serikat untuk membantu di London dan Inggris, kita akan berada di sana – KAMI BESERTA KALIAN. GOD BLESS!” tulis Trump pada akun Twitter-nya @realDonaldTrump, Minggu (4/6) hari ini.

Serangan ini belum genap sebulan jaraknya dari aksi teror di Manchester, Senin (22/5) malam waktu setempat. Aksi bom bunuh diri tersebut dilakukan seorang pemuda Inggris keturunan Libya, Salman Abedi (22), di lokasi konser Ariana Grande, tepatnya di Manchester Arena.

Sedikitnya 22 orang, termasuk anak-anak, tewas akibat teror bom ini. Abedi meledakkan diri dengan bom rakitan di salah satu pintu keluar Manchester Arena sesaat usai konser berakhir. Kebanyakan penonton konser Ariana Grande masih berusia anak-anak dan remaja.

Ledakan itu juga menewaskan Abedi. Selain menewaskan 22 orang, sebanyak 59 orang lainnya luka-luka dalam serangan bom itu. Pada aksi teror ini, ISIS juga mengklaim turut bertanggung jawab.

Sebelumnya lagi serangan terjadi pada Rabu (22/3) lalu. Serangan teroris ini menusuk jantung kota London yang menewaskan seorang polisi dan dua warga sipil. Pelaku dalam teror di London ini menabrakkan mobilnya ke arah orang-orang yang ada di jalur pejalan kaki Jembatan Westminster.

Pelaku kemudian keluar mobil dan berlari ke gerbang Gedung Parlemen sambil membawa dua pisau besar. Di dekat pos keamanan, pelaku menyerang seorang polisi yang sedang berjaga.

Polisi bernama Keith Palmer itu tidak membawa senjata saat diserang dan akhirnya tewas. Sebelum sempat masuk ke dalam Gedung Parlemen, pelaku ditembak mati polisi lainnya yang membawa senjata.

Pelaku diketahui merupakan pria kelahian Inggris. Kelompok radikal Islamic State of Iraq and Syria (ISIS) mengklaim bertanggung jawab atas serangan teror itu.

“Pelaku serangan kemarin (22/3) di depan Gedung Parlemen Inggris di London merupakan seorang prajurit Daulah Islamiyah (nama lain ISIS),” demikian pernyataan ISIS melalui kantor berita miliknya, Amaq, seperti dilansir Reuters, Kamis (23/3).

Dalam peristiwa keji ini, lebih dari 40 orang menjadi korban luka. Meski sebagian besar korban merupakan warga Inggris, setidaknya korban-korban tersebut berasal dari 11 negara berbeda.

“Selain 12 warga Inggris yang dibawa ke rumah sakit, kita tahu bahwa para korban termasuk tiga anak-anak asal Prancis, dua warga Rumania, empat warga Korea Selatan (Korsel), satu warga Jerman, satu warga Polandia, satu warga Irlandia, satu warga China, satu warga Italia, satu warga Amerika dan dua warga Yunani,” terang PM May secara rinci.

Tak Ada Korban WNI

Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) untuk Inggris di London mengimbau kepada warga negara Indonesia agar menjauhi lokasi-lokasi serangan teror pada Sabtu (3/6) tadi malam. KBRI London memastikan tak ada warga Indonesia yang menjadi korban jiwa.

“Dari hasil koordinasi, sejauh ini tidak ada korban WNI dalam insiden tersebut,” cuit Indonesian Embassy lewat akun Twitter @KBRILondon, Minggu (4/6/2017) pagi.

“Insiden di #LondonBridge #BoroughMarket & #Vauxhall . Masyarakat Indonesia dihimbau tingkatkan kewaspadaan dan hindari daerahs tsb,” cuit mereka lagi.

KBRI London mengutip cuitan Kepolisian Metropolitan di Inggris yang menerangkan bahwa aparat sedang menangani lokasi serangan di Vauxhall, Jembatan London (London Bridge), dan Pasar Borough (Borough Market).

Di situs resmi KBRI London, peringatan agar warga Indonesia menjauhi lokasi serangan juga dicantumkan. Warga Indonesia diminta waspada terhadap situasi ini.

“KBRI London terus memonitor dan berkoordinasi dengan pihak-pihak terkait UK terkait perkembangan insiden tersebut. KBRI London menghimbau masyarakat Indonesia di London untuk meningkatkan kewaspadaan dan menghindari area-area tersebut,” katanya.

Mereka mempersilakan warga Indonesia untuk menghubungi nomor KBRI London apabila ingin mengabarkan adanya korban atau menghadapi masalah terkait serangan teror ini. Nomor hotline KBRI London adalah +44 7881221235. *rtr, det

Express Your Reaction
Like
Love
Haha
Wow
Sad
Angry