SURABAYA | duta.co – Warga Surabaya di kawasan Kecamatan Gayungan, Minggu (30/9/2018) malam berbondong-bondong memadati jalan Gayungsari Timur untuk nonton bareng film dokumenter sejarah kekejaman pemberontakan Gerakan 30 September PKI di halaman Rumah Pemenangan Prabowo-Sandi (PADI) Jawa Timur.

Hadi Dediansyah, juru bicara panitia nobar film G 30 S/PKI mengatakan bahwa pemutaran film G 30 S/PKI ini sudah menjadi agenda rutin tahunan Partai Gerindra. Tujuannya, supaya generasi muda tidak melupakan sejarah kelam bangsa dan tidak tercabut dari akar budaya bangsa.

“Generasi muda bangsa harus tahu peristiwa kelam sejarah yang pernah dialami bangsa Indonesia supaya tak terulang di kemudian hari,” demikian caleg DPRD Jatim Dapil Surabaya dari Partai Gerindra saat dikonfirmasi di sela-sela acara.

Untuk meramaikan acara nobar ini, lanjut Hadi, pihaknya juga menggelar bazar atau pasar murah yang sudah menjadi tradisi masyarakat Surabaya. “Dalam bazar itu kami juga membagikan 2000 kupon untuk ditukar dengan  paket sembako murah meliputi beras 5 kg, minyak goreng 1 liter dan gula 1 kg kepada warga sekitar rumah pemenangan Prabowo-Sandi Jawa Timur,” jelasnya.

Ketua Panitia Nobar Film G30S/PKI, Hendro T Subiyantoro, mengatakan, bahwa akhir-akhir ini ada skenario membalik fakta. Bangsa ini diajak menyanjung komunis, lalu ditakut-takuti dengan gerakan khilafah. Padahal, sudah jelas, tidak akan ada pintu khilafah di negeri ini. Jangankan di Indonesia, di Timur Tengah saja tidak laku.

“Tetapi, modus mereka berhasil, sehingga banyak teman kita yang berkawan dengan kader komunis, bahkan menyanjungnya sebagai korban. Disaat yang sama, mereka menganggap khilafah adalah ancaman serius, sampai-sampai Ustad Abdul Somad menjadi korban persekusi hanya karena ada kalimat tauhid di topi panitia,” jelas Hendro.

Jika Perlu Sutradara Internasional

Di tempat yang sama, musisi kondang Ahmad Dhani menambahkan bahwa film G30S/PKI, perlu diputar kembali. Substansi isi film ini  tidak perlu diperdebatkan validitasnya, karena sudah teruji dan sudah dilakukan investigasi maupun klarifikasi terhadap para pelaku sejarah.

“Saya sekarang ingin bikin festival film G30S/PKI versi millennial, karena saat ini sudah ‘terlalu gelap’. Bahkan kalau perlu menggunakan sutradara internasional seperti Mel Gibson,” pungkas caleg DPR RI dapil Surabaya-Sidoarjo asal Partai Gerindra.

Ketua tim pemenangan Prabowo-Sandi Jatim, Soepriyatno hadir dalam pemutaran film tersebut . Menurutnya sudah sepatutnya masyarakat Jatim waspada terhadap bahaya PKI. Pasalnya, sejarah kelam itu paling banyak dialami masyarakat Jatim, baik yang menjadi korban kegananasan PKI maupun para pelaku PKI, ini basisnya di Jatim.

“Jangan hapus sejarah kelam PKI. Tapi jangan juga memupuk dendam permusuhan,” harap anggota DPR RI dari Fraksi Partai Gerindra didampingi sekretaris tim pemenangan, Basuki Babussalam, ketua harian tim pemenangan, Anwar Sadad dan Ahmad Dhani anggota tim pemenangan Prabowo-Sandi Nasional.

Masih menurut Soepriyatno, kewaspadaan terhadap munculnya kembali komunis harus selalu dipupuk. Sebab paska era reformasi banyak tokoh-tokoh PKI yang mulai berani melakukan agitasi, memutarbalikkan fakta sejarah seolah-olah merekalah yang menjadi korban.

“Ingat bagaimana PKI membunuh secara kejam pahlawan yang mengusir Inggris pada peristiwa 10 November 1945 di Surabaya ,yaitu Gubernur Jatim pertama R. Soerjo. Beliau dibunuh hanya mengenakan celana dalam, kepalanya ditutupi kain, lalu diseret sepanjang 10 kilometer dan dipenggal kepalanya kemudian dibuang ke Kali Klakah dan akhirnya dimakamkan di Magetan,” ungkap Ketua DPD Partai Gerindra Jatim.

Belum Melihat Ansor-Banser

Pada September 1948 silam, PKI juga menyerang Pondok Gontor Ponorogo dan membunuh para kiai dan santri. Jargon PKI saat ini yang dikenal adalah Pondok Bobrokkan, Langgar Bubar dan Santri  Mati. “PKI pada 1948 juga sudah berani mendeklarasikan berdirinya Negara Soviet Merdeka hingga membentuk pasukan tentara Front Demokrasi Rakyat,” jelasnya.

Tidak cukup sampai disitu, meski tahun 1948 sudah berhasil ditumpas oleh pasukan Hizbullah pimpinan KH Yusuf Hasyim putra Hadratus Syekh KH Hasyim Asy’ari saat membebaskan Gontor, namun 30 September 1965, PKI berulah lagi, membunuh tujuh jenderal AD hingga lokasi pembantaian itu dijadikan museum Lubang Buaya.

Ingat pula pembantaian di berbagai daerah seperti di Blitar, Banyuwangi ada 62 anggota Ansor Banyuwangi yang diracun oleh PKI yang menyamar menjadi anggota Ansor kemudian dibuang ke lubang buaya. “Di lokasi tersebuat akhirnya didirikan museum Pancasila Jaya,” jelas Soepriyatno.

Ia berharap pemutaran film G30S/PKI ini mampu menyadarkan warga NU khususnya Ansor dan Banser saat ini, supaya tak melupakan sejarah kelam yang pernah dialami para pendahulunya dan senantiasa waspada terhadap antek-antek PKI yang terlatih secara organisasi.

“Saya belum melihat Ansor dan Banser Jatim menjadikan momentum G30S/PKI ini untuk tetap waspada dan tak melupakan sejarah yang menjadi saksi sejarah perjalanan bangsa Indonesia,” jelas anggota bidang perekonomian PBNU ini. (ud)

Express Your Reaction
Like
Love
Haha
Wow
Sad
Angry