Head of Corporate Public Relation PT Indofood Sukses Makmur Tbk, Nurulita Novi Arlaida (kiri) bersama Ketua Pergizi Pangan Indonesia, Prof. DR. Hardiansyah, MS (tengah) saat kampanye pendidikan sarapan sehat di Surabaya, Kamis (20/4). DUTA/endang

Salah Satunya Karena Banyak Anak Tidak Sarapan Sehat

SURABAYA | duta.co –  Masalah gizi masih menjadi poin penting yang harus ditangani Indonesia. Apalagi dari data Global Nutrition Report (GNR), Indonesia masih berada di urutan lima terbawah negara dengan gizi terburuk dari seluruh negara di dunia.

Sehingga pemerintah melakukan percepatan perbaikan gizi. Untuk menuju ke arah sana, banyak pihak melakukan  program kampanye sarapan sehat. Karena ternyata kekurangan gizi itu salah satu penyebabnya adalah tidak sarapan di pagi hari sebelum memulai aktivitas. Padahal, sarapan sebelum pukul 09.00 WIB bisa memenuhi 30 persen dari kebutuhan gizi harian terutama bagi anak-anak.

Ketua Pergizi Pangan Indonesia, Prof. DR. Hardiansyah, MS mengungkapkan program  sarapan sehat itu dilakukan karena ternyata banyak anak Indonesia yang tidak melakukan sarapan, terutama yang memenuhi kebutuhan gizi. Hal itu diketahui pada 2010 lalu, di mana ditemukan 40 persen dari anak-anak Indonesia yang tidak sarapan pagi. Sedangkan 60 persen yang melakukan sarapan, ternyata 70 persennya tidak memenuhi kebutuhan gizi.

“Itu data real yang kita dapat dari 35 ribu sample anak Indonesia. Dari sanalah akhirnya pemerintah mulai konsern untuk mengkampanyekan sarapan sehat bagi seluruh anak Indonesia,” ujarnya di sela-sela acara Pendidikan Sarapan Sehat bersama Indofood di Surabaya, Kamis (20/4).

Walau begitu, secara nyata, langkah untuk kampanye pendidikan sarapan sehat ini mulai dilakukan pada 2013 lalu. Di tahun pertama dilakukan sendiri oleh pemerintah, namun di tahun berikutnya mulai menggandeng pihak swasta. Salah satunya PT Indofood Sukses Makmur, Tbk.

Dari empat tahun pelaksanaan itu, mulai ada peningkatan jumlah anak yang sarapan sehat setiap tahunnya. Dari data Pergizi Pangan Indonesia, pada 2015 lalu untuk anak kelas tiga yang sarapan sehat sebesar 33,1 persen sedangkan pada 2016 meningkat menjadi 40,1 persen. Untuk kelas empat pada 2015 sebesar 28,6 persen sedangkan pada 2016 naik menjadi 40,7 persen. Anak kelas 5 pada 2015 jumlah yang sarapan sebesar 28,3 persen, sedangkan pada 2016 menjadi 39,6 persen. Sementara pada anak kelas 6 SD, yang sarapan sebesar 22 persen pada 2015 naik menjadi 40 persen pada 2016.

“Secara jumlah anak yang kekurangan gizi mengalami penurunan dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Namun kita tidak punya data secara pasti,” tukas Prof Hardiansyah.

Untuk program pendidikan sarapan sehat kali ini, PT Indofood Sukses Makmur Tbk akan melakukan kegiatan di 11 kota di Indonesia secara serentak di banyak sekolah. Di Jawa Timur akan dilakukan di Sidoarjo, Gresik, Malang dan Jember dengan mendatangi 24 sekolah dasar (SD).

Tahun ini, jumlah kota lebih banyak dari tahun sebelumnya. Tidak hanya itu, pendidikan harapan sehar ini tidak hanya menjangkau anak sekolah, namun juga guru, orang tua serta mahasiswa dan dosen. Di tahun ini targetnya bisa menjangkau 12.500 siswa, 750 orang tua, 750 guru dan 750 mahasiswa dan dosen.

Head of Corporate Public Relation PT Indofood Sukses Makmur Tbk, Nurulita Novi Arlaida mengungkapkan dilibatkannya orang tua dan guru tidak lain karena keduanya memiliki peran penting untuk membiasakan anak sarapan sehat setiap hari. “Sekarang ini sarapan untuk anak bukan hanya kenyang tapi harus memiliki unsur gizi yakni karbohidrat, protein, sayur/buah dan minuman,” tukasnya.

Indofood sendiri, mendukung kegiatan pendidikan sarapan sehat ini karena ingin memberikan kontribusi nyata bagi perbaikan gizi bangsa tidak hanya melalui produk namun melalui edukasi kepada masyarakat luas. (end)

Express Your Reaction
Like
Love
Haha
Wow
Sad
Angry