KTT ULAMA DUNIA: Imam Besar Al-Azhar Ahmad Muhammad Ath-Thayeb menyampaikan pidato pada KTT Ulama dan Cendekiawan Muslim Dunia di Istana Bogor, Selasa (1/5). Acara ini dibuka Presiden RI Joko Widodo disampingi Din Syamsudin sebagai Utusan Khusus Presiden untuk Dialog dan Kerja Sama Antaragama dan Peradaban. (antara)

BOGOR | duta.co – Wasatiyyat Islam atau Islam menjadi jalan tengah merupakan konsep yang disampaikan Imam Besar Al-Azhar Ahmad Muhammad Ath-Thayeb di Bogor, Jawa Barat. Syeikh Al-Azhar menjadi pembicara dalam pembukaan Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Ulama dan Cendekiawan Muslim Dunia di Istana Bogor, Selasa (1/5). “Yang artinya, agama Islam menjadi penengah,” kata Imam Besar Al-Azhar.

Di dalam Alquran, lanjut Imam Besar Al-Azhar, Allah swt menyebutkan umat Islam harus berlaku adil. Bagi beberapa ulama, kata wasat berarti seseorang yang paling baik dan adil. Sehingga wasat memiliki konotasi positif.

Imam Besar Al-Azhar mengingatkan umat Islam tidak bertindak ekstrem. Justru, ekstremisme bukan tindakan yang baik. Tapi, beberapa kelompok memiliki pandangan berbeda mengenai arti kata wasat. Perbedaan itu yang mengakibatkan umat Islam pecah. “Konflik pun terjadi antarsesama muslim,” lanjutnya.

Tindakan ekstrem, ujarnya, merupakan perbuatan dosa. Pelakunya terlalu berani dan berlebihan hingga merugikan banyak pihak.

Pernyataan Imam Besar Al-Azhar itu sesuai dengan tema KTT Ulama dan Cendekiawan Muslim Dunia di Bogor. Yaitu Wassatiyat Al Islam. Acara berlangsung mulai tanggal 1 hingga 3 Mei 2018. Acara itu dibuka oleh Presiden RI Joko Widodo. Imam Besar Al-Azhar mendapat undangan sebagai tamu istimewa dalam kegiatan itu.

KTT Wassatiyat Al Islam dihadiri diikuti 50 ulama dan cendekiawan muslim Indonesia dan 50 lainnya dari sejumlah negara seperti Mesir, Australia, Tiongkok, Inggris, Kanada, dan Korea Selatan. KTT ini membuka peluang bagi menguatnya wawasan Islam moderat di tingkat global.

Bagi Pengalaman Toleransi

Presiden Jokowi dalam sambutannya berharap KTT ulama tersebut bisa membagi pengalaman dalam toleransi beragama. “Agar kita membagi pengalaman dalam toleransi. Agar kita berbagi pengalaman dalam mengembangkan agar kita mengambil jalan tengah. Berbagi pengalaman dalam jadi pelopor umat manusia,” katanya.

Dia juga yakin hasil dari pertemuan itu akan jadi pengalaman dan membuat gerakan Wasatiyyah Islam yang digerakkan kaum-kaum muda. “Saya menyakini masih banyak lagi yang akan dibahas. Selain berbagi pengalaman kita gerakan Wasatiyyah Islam. Yang jadi gerakan yang jadi para pemimpin para kaum muda. Agar tetap masuk jalur moderasi Islam,” ungkap Jokowi.

Sehari sebelumnya, Jokowi menerima Imam Besar Al-Azhar Ahmad Muhammad Ath-Thayeb di Istana Bogor. Jokodi didampingi Menag Lukman Hakim Saifuddin, Menlu Retno Marsudi, dan Din Syamsuddin selaku Utusan Khusus Presiden untuk Dialog dan Kerja Sama Antaragama dan Peradaban.

 

Hasilkan ‘Bogor Message’

Di sela-sela KTT, Din Syamsuddin menegaskan, pertemuan di Bogor akan menghasilkan apa yang disebutnya Pesan Bogor atau “Bogor Message”. Pesan Bogor tak hanya menawarkan  Islam moderat sebagai solusi atas persoalan peradaban dunia. Tetapi sekaligus juga menjadi pengingat bagi umat Islam di mana pun agar mereka tak melenceng dari Islam moderat.

“Jangan terjebak dalam radikalisme, fundamentalisme, ekstremmisme. Marilah kita kembali ke wawasan yang sentral dalam Islam,” katanya seusai mendampingi Jokowi menerima kunjungan Imam Besar dan Grand Syeikh Al-Azhar Ahmad Muhammad Ath-Thayeb di Jakarta, sehari sebelumya.

Pesan Din sangat relevan dengan kondisi umat Islam di banyak negara, terutama negara-negara berpenduduk mayoritas muslim yang tak kunjung keluar dari pusaran konflik dan peperangan.

 

Muslim Rohingya

Terhadap nasib kelompok minoritas muslim Rohingya, para pemimpin dan ketua delegasi negara-negara anggota Liga Arab yang menghadiri Konferensi Tingkat Tinggi ke-29 mereka di Dhahran, Arab Saudi, 15 April 2018 lalu, telah secara khusus menyinggung masalah itu dalam deklarasi yang dihasilkan KTT tersebut.

Para pemimpin Negara-negara Arab itu tidak hanya mengutuk aksi terorisme, kekerasan, dan berbagai pelanggaran hak asasi manusia terhadap kelompok minoritas Muslim Rohingya di Myanmar. Mereka pun menyerukan masyarakat internasional untuk menjalankan kembali tanggung jawabnya dan bergerak secara ekfektif, diplomatis, hukum dan kemanusiaan guna menghentikan pelanggaran-pelanggaran itu.

Dalam KTT Ke-29 Liga Arab yang dipimpin Raja Arab Saudi Salman bin Abdulaziz Al Saud itu, para pemimpin Liga Arab meminta masyarakat internasional dapat memastikan pemerintah Myanmar sebagai pihak yang bertanggung jawab penuh atas krisis Rohingya.

Akibat aksi kekerasan dan pelanggaran HAM yang dituduh banyak pihak dilakukan tentara Myanmar, sedikitnya 750.000 warga Rohingya meninggalkan rumah-rumah dan kampung halaman mereka.

Di tengah pusaran konflik yang tak berkesudahan serta fenomena islamophobia yang tak kunjung reda di Amerika Serikat dan Eropa Barat, tingkat literasi dan kemajuan sains dan teknologi di negara-negara berpenduduk mayoritas muslim yang rendah menjadi pekerjaan rumah lain yang tak kalah peliknya.

Betapa tidak, selaku negara berpenduduk muslim terbesar di dunia, Indonesia, misalnya, belum mampu menjadi tauladan bagi Dunia Islam dalam hal tingkat literasi dunia. Dalam urusan membaca, posisi Indonesia berada di urutan 60 atau kedua terbawah dari 61 negara yang pernah disurvei Universitas Negeri Central Connecticut Amerika Serikat.

Posisi Indonesia itu hanya setingkat lebih baik dari Bostswana yang berada di urutan paling bontot. Di tengah kondisi keummatan yang demikian, pertemuan 100 orang ulama dan cendekiawan muslim dunia di Bogor menghadirkan harapan bagi upaya tiada henti pemerintah dan berbagai kalangan di dunia Islam untuk menjadikan Islam moderat solusi atas masalah dalam dirinya dan dunia. hud, meo, pik

Express Your Reaction
Like
Love
Haha
Wow
Sad
Angry