SURABAYA | duta.co – Ilmuwan muda Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya (Unusa), dr Hotimah Masdan Salim, PhD berhasil membawa tanaman herbal asal Kalimantan, kratom, mendunia.

Dosen Fakultas Kedokteran (FK) itu memaparkan hasil penelitian terkait kratom di ajang prestisius Young Scientist Program 2024 (YSP2024) yang diselenggarakan oleh Federation of Asian and Oceanian Biochemists and Molecular Biologists (FAOBMB), September 2024 lalu.

“Saya meneliti terkait dengan ekstrak mitragyna speciosa nama latin dari kratom yang telah diujicobakan pada tikus dalam pengobatan diabetes,” ujar Hotimah dikutip dari unusa.ac.id, Kamis (24/4/2025).

Bukan tanpa alasan jika Hotimah tertarik pada tanaman herbal tersebut. Pasalnya, sebagai perempuan asal Kalimantan, Hotimah tahu betul tentang kratom yang memang banyak tumbuh di Kalimantan.

“Mitragyna speciosa atau yang lebih dikenal dengan nama kratom adalah sejenis pohon yang banyak tumbuh di Kalimantan Barat. Daun dari pohon ini telah digunakan selama ratusan tahun oleh masyarakat setempat untuk manfaat pengobatan tradisional,” terangnya.

Hotimah mengungkapkan, daun kratom mengandung senyawa aktif utama yang disebut mitragynine dan 7 hydroxymitragynine. Kedua senyawa ini memiliki efek pada reseptor opioid di otak, yang dapat menghasilkan efek penghilang rasa sakit, stimulasi, dan sedasi, tergantung pada dosis yang dikonsumsi.

“Di wilayah asalnya, daun kratom biasanya dikunyah, diseduh menjadi teh, atau dikeringkan dan dihaluskan menjadi bubuk. Kratom sering digunakan oleh pekerja untuk meningkatkan energi dan stamina, serta untuk mengatasi kelelahan dan nyeri,” paparnya.

Hotimah menyebutkan, beberapa negara termasuk Thailand dan Malaysia memang melarang atau membatasi penggunaan kratom. Sementara di negara lain penggunaannya masih legal, termasuk di Indonesia. Sedangkan beberapa negara seperti Amerika Serikat, masih memperdebatkan legalitas dan regulasi kratom karena kekhawatiran mengenai keselamatan dan risiko kesehatan.

Hotimah menuturkan dari hasil pertemuan para ilmuwan muda dari negara-negara anggota FAOBMB di Australia itu, sudah ada beberapa ilmuwan yang tertarik untuk berkolaborasi. “Sudah ada pembicaraan dengan beberapa ilmuwan dari negara lain yang tertarik untuk berkolaborasi,” tukas Hotimah.

Hotimah berharap nantinya pemanfaatan kratom dapat dimaksimalkan untuk obat bagi penderita diabetes. Keberhasilan Hotimah membawa tanaman herbal asal Kalimantan itu lebih mendunia kian menegaskan bahwa Indonesia memiliki ilmuwan perempuan yang berkompeten di bidangnya dan tak kalah dari negara-negara lain. ril/hms

Bagaimana reaksi anda?
Like
Love
Haha
Wow
Sad
Angry