
Rr Soenarnatalina Melaniani
Guru Besar Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga
SEBAGAI upaya serius mengurangi kemiskinan, kita sering terjebak pada angka-angka statistik yang menunjukkan gambaran besar, namun tidak sesuai dengan kenyataan sehari-hari. Indeks Keluarga Sejahtera (IKS) yang telah dirancang sebagai alat ukur kesejahteraan masyarakat, seharusnya lebih dari sekadar data.
Indeks ini menjadi peta jalan menuju aksi nyata. Agar efektif dalam menanggulangi kemiskinan, kita perlu menggali lebih dalam makna di balik data ini, memetakan tantangan yang dihadapi keluarga miskin, dan merancang kebijakan yang benar-benar menjawab kebutuhan mereka.
IKS dirancang untuk mengukur tingkat kesejahteraan keluarga berdasarkan beberapa indikator utama seperti kesehatan, pendidikan, perumahan dan lingkungan, sosial budaya dan ekonomi. Data dari IKS ini memberikan gambaran rinci tentang kondisi setiap keluarga, memungkinkan pemerintah dan pihak terkait untuk merancang intervensi yang lebih terarah dan tepat sasaran. Namun, potensi besar dari IKS seringkali belum terealisasi secara maksimal karena berbagai kendala dalam pelaksanaannya.
Pada Indeks Keluarga Sejahtera 2023, BKKBN mencatat bahwa 80% keluarga di Indonesia masih menghadapi tantangan serius dalam hal akses terhadap layanan kesehatan dan pendidikan yang berkualitas. Banyak keluarga, terutama di daerah-daerah pedesaan atau terisolasi, masih kesulitan memenuhi kebutuhan dasar ini meskipun secara ekonomi mereka tidak termasuk dalam kategori miskin menurut definisi Garis Kemiskinan.
Tantangan Implementasi IKS
Meskipun IKS berpotensi meningkatkan kesejahteraan, penerapannya masih menghadapi berbagai tantangan. Salah satu kendala utama adalah kurangnya pemahaman terhadap data IKS. Padahal, data ini dapat menjadi dasar kebijakan yang tepat sasaran.
Sayangnya, keterbatasan pemahaman di tingkat pemerintah daerah dan lapangan membuat data tidak dimanfaatkan maksimal, sehingga kebijakan sering kali tidak sesuai dengan kebutuhan masyarakat.
Selain itu, pendekatan program yang seragam juga menjadi masalah.
Setiap daerah memiliki tantangan berbeda, tetapi sering kali program tidak mempertimbangkan perbedaan ini. Akibatnya, pelaksanaan program bisa tidak efektif atau kurang berdampak.
Minimnya koordinasi antarlembaga juga menghambat implementasi. Penanggulangan kemiskinan membutuhkan sinergi antara pemerintah, swasta, akademisi, dan organisasi masyarakat. Namun, kurangnya koordinasi menyebabkan kebijakan berjalan sendiri-sendiri, tumpang tindih, atau kurang optimal.
Akhirnya, ketiadaan sistem pemantauan yang konsisten membuat evaluasi sulit dilakukan. Tanpa adanya pemantauan yang berkelanjutan, kita tidak bisa mengetahui apakah intervensi yang dilakukan benar-benar memberikan perubahan yang diinginkan atau hanya sebatas rutinitas administratif tanpa dampak nyata.
Pemantauan yang teratur dan evaluasi yang transparan sangat penting untuk memastikan bahwa program ini tidak hanya berjalan di atas kertas, tetapi benar-benar memberikan manfaat bagi masyarakat yang membutuhkan.
Optimalisasi IKS: Langkah Strategis untuk Dampak Nyata
Agar IKS lebih efektif, pendekatan berbasis lokal harus diterapkan sesuai dengan kebutuhan daerah. Setiap wilayah memiliki tantangan yang berbeda di pedesaan, akses pendidikan dan layanan kesehatan menjadi prioritas, sedangkan di perkotaan, pelatihan keterampilan dan penciptaan lapangan kerja lebih dibutuhkan.
Dengan strategi yang disesuaikan, intervensi bisa lebih tepat sasaran.
Kolaborasi lintas sektor juga harus diperkuat. Penanggulangan kemiskinan bukan hanya tugas pemerintah, tetapi juga membutuhkan keterlibatan swasta, akademisi, dan organisasi masyarakat. Kemitraan ini akan membawa inovasi, sumber daya, dan teknologi untuk mendukung implementasi IKS. Dengan berbagai perspektif dan keahlian yang saling melengkapi, peluang keberhasilan program semakin besar.
Selain itu, peningkatan kapasitas pelaksana program sangat penting. Banyak kegagalan terjadi karena kurangnya pemahaman dalam mengolah data IKS. Pelatihan yang memadai akan membantu petugas lapangan dan pengambil kebijakan menyusun program yang lebih relevan.
Terakhir, pemantauan dan evaluasi yang berkelanjutan juga sangat diperlukan. Tanpa pemantauan yang efektif, sulit untuk mengetahui apakah program berjalan sesuai rencana atau tidak. Oleh karena itu, penggunaan sistem pemantauan yang lebih real-time dan berbasis digital bisa menjadi solusi untuk memantau pelaksanaan program dengan lebih efisien.
Selain itu, evaluasi berkala sangat penting untuk mengidentifikasi kelemahan dan memperbaiki kekurangan agar dampak dari program dapat terus diperkuat.
Solusi Efektif Menanggulangi Kemiskinan
Keunggulan utama IKS adalah kemampuannya untuk memetakan kondisi keluarga secara detail, sehingga intervensi dapat dilakukan dengan lebih tepat sasaran. Berbeda dengan pendekatan umum yang sering kali bersifat reaktif, IKS memungkinkan pemerintah untuk bertindak secara preventif, mencegah keluarga jatuh ke jurang kemiskinan yang lebih dalam.
Namun, lebih dari sekadar alat teknis, IKS juga berpotensi menjadi motor perubahan sosial.
Dengan pengoptimalan yang baik, program ini tidak hanya meningkatkan kesejahteraan keluarga tetapi juga membangun kesadaran masyarakat akan pentingnya perencanaan hidup yang lebih baik. Mengoptimalkan program aksi berbasis IKS adalah langkah strategis yang harus segera diambil untuk menanggulangi kemiskinan di Indonesia.
Dengan memanfaatkan data secara efektif, meningkatkan koordinasi, dan memperkuat pelaksanaan di lapangan, IKS dapat menjadi solusi yang membawa dampak nyata bagi keluarga-keluarga yang membutuhkan.
Saatnya kita memandang kemiskinan bukan hanya sebagai angka statistik, tetapi sebagai tantangan kemanusiaan yang harus diatasi bersama. Dengan IKS yang diimplementasikan secara optimal, harapan untuk Indonesia yang lebih sejahtera bukanlah sekadar mimpi, melainkan sebuah kenyataan yang dapat diwujudkan. *