TUNDA PECAT TERAWAN: Jumpa pers PB IDI soal penundaan pemecatan sementara dr Terawan dari keanggotaan IDI di Kantor IDI Pusat Jakarta, Senin (9/4). (ist)

JAKARTA | duta.co – Ikatan Dokter Indonesia (IDI) menunda pemecatan sementara yang diberikan kepada dokter Terawan Agus Putranto oleh MKEK IDI. Hal ini membuat dokter Terawan masih menjadi anggota IDI. Keputusan itu diberikan usai rapat Majelis Pimpinan Pusat (MPP), 8 April 2018. Ini setelah sejumlah orang penting yang disembuhkan Terawan membela penemu metode ‘cuci otak’ penyembuhan stroke itu.

Rapat MPP IDI dihadiri seluruh unsur pimpinan pusat yaitu Ketum PB IDI, ketua Majelis Kehormatan Etik Kedokteran (MKEK), Majelis Kolegium Kedokteran Indonesia (MKKI), dan Majelis Pengembangan Pelayanan Kedokteran (MPPK).

“Rapat MPP memutuskan bahwa PB IDI menunda melaksanakan putusan MKEK karena keadaan tertentu. Oleh karena itu, hingga saat ini dokter Terawan masih berstatus sebagai anggota IDI,” ujar Ketum PB IDI Prof Dr Ilham Oetama Marsis SpOG dalam jumpa pers PB IDI di Kantor PB IDI, Jakarta, Senin (9/4).

Sebelumnya MKEK menjatuhkan putusan berupa pemecatan sementara kepada dokter Terawan selama 12 bulan dari keanggotaan IDI sejak 26 Februari 2018-25 Februari 2019. Ini berkaitan praktek pengobatan Terawan yang dikenal dengan cuci otak.

Ilham mengatakan, penundaan keputusan PB IDI dilakukan sehubungan dengan terjadinya kegaduhan di masyarakat dan kalangan dokter akibat tersebarnya keputusan MKEK yang harusnya bersifat rahasia. Sehingga, ini berdampak pada keresahan masyarakat dan merugikan berbagai pihak.

Dr dr Terawan Agus Putranto SpRad (K)

“Ketimpangan informasi terkait kode etik kedokteran dan tidak pahamnya masyarakat terhadap internal profesi kedokteran. Kedua, terapi DSA (Digital Substracion Angiography) atau brain wash menimbulkan kebingungan di masyarakat. Maka, kami merekomendasikan tim Health Technology Assessment (HTA) Kemenkes RI untuk memberi penilaian yang menjamin terapi itu aman untuk digunakan masyarakat luas,” terang Prof Marsis.

Forum Pembelaan dr Terawan

Tak hanya itu, PB IDI juga telah melaksanakan forum pembelaan terhadap dr Terawan –kepala Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat (RSPAD) Gatot Subroto– terkait haknya untuk membela diri sebagai anggota IDI. Adapun proses penundaan ini dilakukan untuk kembali menggodok bukti-bukti terkait metode dokter Terawan tersebut.

“Maka, keputusan final MKEK selanjutnya direkomendasikan kepada IDI. Kami juga menyerahkan penilaian metode brain wash ke tim HTA Kemenkes RI. Penundaan ini bisa menghasilkan pembebasan atau melakukan yang direkomendasikan IDI, semuanya tergantung bukti,” tegas Prof Marsis.

IDI sudah memberikan kesempatan kepada Terawan untuk membela diri pada Jumat (6/4) lalu. PB IDI akan menindaklanjuti pembelaan Terawan.  “Tentu itu yang saat ini sedang kita bahas, makanya kita buat keputusan yang tidak gegabah,” kata Ilham.

Lebih lanjut lagi, Penasihat Dewan Pertimbangan IDI Abdul Razak Thaha mengatakan, setelah mendengarkan pembelaan dr Terawan, IDI selanjutnya memverifikasi pembelaan tersebut. “Sehingga sangat tidak adil jika Jumat lalu pembelaan dan kita putuskan sekarang. Akan ada banyak yang diverifikasi dan diimbangi dengan keputusan sidang,” kata Prof Thaha.

Ilham Oetama menyayangkan keputusan MKEK yang bocor. “Keputusan MKEK bersifat internal dan rahasia. MKEK adalah unsur di dalam IDI yang bersifat otonom berperan dan bertanggung jawab mengatur kegiatan internal organisasi dalam bidang etika kedokteran,” katanya.

Ilham menegaskan PB IDI tidak akan berhenti mencari pihak yang membocorkan surat tersebut. Dia mengakui bocornya surat yang sifatnya internal itu mempunyai dampak politis.

“Dengan adanya kebocoran ini kami dihadapkan dengan TNI AD. Padahal beberapa bulan lalu ada kerja sama (MoU) dengan TNI dalam menghadapi tantangan kesehatan global. Sebab, mereka salah satu garda terdepan menjaga kesehatan Indonesia di perbatasan,” ketus dia.

Pembelaan Hendropriyono

Pembelaan terhadap dr Terawan memang terus mengalir. Setelah Aburizal Bakrie, Prabowo Subianto, Susilo Bambang Yudhoyono, kini giliaran AM Hendropriyono juga merasa selamat dari stroket setelah ditangani dr Terawan.

Ditemui Liputan6.com di kediamannya beberapa hari lalu, Hendro lalu bercerita bagaimana dr Terawan, menyelamatkan dirinya dari ancaman stroke. “Sekarang saya bisa lari, angkat besi, saya masih joging sama cucu. Kalau enggak saya udah tepar,” dia menuturkan.

Hendro mendengar dan mengenal dr Terawan mengobati stroke sudah lama. Dia sendiri bersentuhan langsung dengan spesialis Radiolog Intervensi itu sejak 2014. Hendro saat itu merasakan sakit kepala bukan kepalang.

“Tanpa ragu saya langsung ke Terawan, 45 menit langsung seger. Keluarga yang nonton di jendela tepuk tangan, dia terbuka, bisa dilihat,” dia menceritakan.

Bukan tanpa alasan Hendro memilih berobat langsung ke dokter Terawan saat sakit kepala menderanya. Dia mengatakan, beberapa kali dirinya mengantar pejabat negara ke dokter militer tersebut saat stroke menyerang.

Pengalaman pertamanya adalah saat mantan Mensesneg Moerdiono bertandang ke kediaman salah seorang mantan Wapres RI. Moerdiono saat itu menemukan mantan pejabat itu terjatuh di kamar mandi. Moerdiono saat itu langsung menelepon Hendropriyono. “Dro, saya ketemu mantan bos kita, saya bawa lari ke RSPAD. Saya di sana kenal seorang dokter, Terawan, tapi pengobatannya masih belum diakui,” kisah Hendro.

Hendro yang saat itu mendapati kabar tersebut langsung bergegas ke rumah sakit yang dituju. Namun dia terkejut, mantan wakil presiden, yang tidak ingin diungkap namanya, sudah bisa tertawa lepas. “Dalam waktu 45 menit, saya ketemu di sana sembuh, ketawa-ketawa,” ujar Hendro.

Kali selanjutnya, beberapa pejabat negara dan tokoh silih berganti berobat kepada Terawan. Hendro menyebut, dalam sehari dokter yang sekarang menyandang pangkat mayor jenderal itu mencapai 20 orang.

Bukan Simsalabim

Bagi Hendro, apa yang ditemukan Terawan bukan simsalabim dalam praktik kedokteran. Terawan dengan apa yang telah dilakukannya cukup membantu pengembangan dunia medis, yaitu Digital Substraction Angiography (DSA) Modifikasi Terawan atau populer disebut metode “cuci otak”.

Oleh sebab itu, pada 2015 lalu Terawan mendapat anugerah penghargaan dari Hendropriyono Strategic Colsuting terkait temuannya itu. Dalam pemberian penghargaan tersebut turut didengarkan kesaksian pasien yang berhasil disembukan dr Terawan, seperti Wapres Try Sutrisno, Butet Kertarejasa, dan beberapa testimoni pasien lainnya.

Kabar rekomendasi Majelis Etik Ikatan Dokter Indonesia, cukup membuat terkejut Hendro dan pasien-pasien Terawan yang berhasil disembuhkan. Mereka, kata Hendro, tidak akan tinggal diam bila Terawan dipecat dan dicabut izin praktiknya oleh IDI.

“Buat kita adalah satu kata, masa bodoh bukan urusan kita soal akademik, kita ingin sembuh dan dia (dokter Terawan) menyembuhkan kita,” kata Hendropriyono. “Kami akan kumpul untuk bergerak membela dia kalau sampai dia dicabut izin praktiknya. Kasian sama rakyat,” tambah dia. hud, lip

Express Your Reaction
Like
Love
Haha
Wow
Sad
Angry