Prof Dr Eighty Mardiyan K, dr, Subsp.Urogin RE- Guru Besar FK Unair dan Wakil Dekan II Fakultas Vokasi

PADA  2045, Indonesia akan mengalami bonus demografi. Penduduk usia produktif (usia antara 15 hingga 64 tahun) sebesar 70 persen, dan 30 persen lainnya adalah penduduk non produktif (kurang 14 tahun dan lebih 65 tahun).

Tepat 100 tahun Indonesia merdeka, diharapkan dapat membawa Indonesia bebas dari middle-income-trap dan sebagai salah satu negara dengan ekonomi maju pada 2045.

Bonus demografi bisa menjadi hal menguntungkan, tapi di sisi lain dapat merugikan. Semua tergantung sejauh mana kriteria dapat dipenuhi. Syarat teratas pastinya Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas.

Banyaknya usia produktif dapat tidak berguna bila SDM tidak berkualitas. Generasi usia produktif merupakan kunci dalam Indonesia Emas. Tentu, perjalanan menuju cita- cita tersebut tidaklah mudah sehingga diperlukan strategi dan arah kebijakan yang tepat, adaptif, dan visioner.

Persiapan menghasilkan generasi emas produktif yang potensial harus disiapkan sejak saat ini. Peran kolaboratif individu, keluarga maupun pemerintah diperlukan,
Salah satu yang diharapkan adalah adalah peran perempuan.

Perempuan berperan sebagai ibu dalam keluarga, sosok istri dan anggota masyarakat. Dalam keluarga, ibu berperan sebagai pendamping suami dan merawat keluarga baik suami maupun anak. Merawat ini termasuk dalam pemenuhan kebutuhan untuk hidup secara umum maupun pemeliharaan kesehatan fisik, mental, sosial dan spiritual.

Bahkan saat ini disebutkan, periode emas perkembangan anak ditentukan oleh 1000 Hari Pertama Kehidupan. Ini dimulai sejak janin dalam kandungan ibu hingga masa usia dua tahun setelah kelahiran.

Ada banyak jenis kebutuhan fisik, termasuk makanan, minuman, pakaian, tempat tinggal, dan lainnya. Contoh kebutuhan psikis adalah keamanan , diterima, dihargai, dan disayangi.

Anak-anak memperoleh kebutuhan sosial, yang berarti mereka harus hidup dalam kelompok orang di luar lingkungan keluarganya. Kebutuhan spiritual berarti bahwa ibu harus memberikan pendidikan yang membuat anak sadar akan kewajibannya kepada Tuhan.

Pendidikan nilai spiritual meliputi mengajarkan anak agar berakhlak mulia, memahami agama, bergaul baik dengan lingkungannya, dan menyayangi sesama saudaranya. Karena itu, jika orang tua tidak menanamkan pelajaran spititual dan agama kepada anaknya sejak kecil, maka anak tidak memiliki hak atas pelajaran agama yang mereka berikan.

Seorang ibu diahrapkan mampu menjadi teladan dan contoh bagi anak-anaknya saat mendidik mereka. Karena perilaku orangtua, terutama ibu, akan ditiru dan dijadikan contoh dalam perilaku anak-anaknya, ibu harus mampu menjadi role model bagi anak-anaknya.

Perkembangan pribadi, perilaku, dan moral anak dipengaruhi oleh ibunya sejak lahir. Mendidik anak melalui tingkah laku adalah cara yang lebih baik daripada hanya memberikan instruksi lisan. Sejak lahir, anak akan selalu melihat dan mengamati apa yang dilakukan ibunya.

Anak dapat melihat dan meniru apa yang ibunya lakukan, yang kemudian akan dimiliki, dimiliki, dan diterapkan dalam hidupnya. Proses identifikasi mulai muncul pada usia tiga hingga lima tahun dalam perkembangan anak.

Pada titik ini, anak cenderung menjadikan ibunya sebagai orang yang paling dekat dengannya dan orang yang dapat memenuhi semua kebutuhannya. Mereka melihat ibunya sebagai “model” atau teladan untuk sikap dan tingkah lakunya.

Anak mengambil sikap, prinsip, dan tindakan ibu. Ini penting bagi anak-anak, terutama ketika mereka sepenuhnya bergantung pada ibunya. Ini akan berlanjut sampai masa anak usia sekolah dan hingga dewasa.

Ibu harus menyisihkan waktu untuk anaknya, bukan hanya untuk selalu bersamanya, tetapi juga untuk selalu berkomunikasi dengannya. Orang-orang hebat di dunia ini tidak dapat dilepaskan dari kesuksesan seorang ibu dalam pengayoman dan pendidikan anak-anak. Kecerdasan seorang anak bahkan dipengaruhi oleh ibunya.

Penelitian menyebut bahwa dominasi kepintaran dan kecerdasan diturunkan kepada anak oleh ibunya. Ini disebabkan kecerdasan terletak di kromosom X dan perempuan memiliki dua kromosom X.

Sudah jelas bahwa peran ibu sangat penting untuk masa depan negara dan generasi emas. Dalam sebuah hadist, Nabi Muhammad SAW bersabda, “Wanita adalah tiang bangsa, jika baik wanitanya baiklah bangsa itu, dan jika sebaliknya rusaklah bangsa itu.” Jika seseorang ingin merusak suatu bangsa, perempuannya akan dirusak. Tujuannya adalah untuk perlahan menghancurkan nilai, tatanan dan moral keluarga.

Yang paling mudah melalui penyebaran beberapa paham yang menyimpang. Misalnya, perilaku hedonism, LGBT, dan lainnya. Upaya destruktif cukup beralasan. Wanita adalah kunci kemajuan peradaban. Tanggung jawab mendidik anak tidak hanya pada ibu. Seorang bapak juga memiliki tanggung jawab yang sama dan saling berbagi. Ibu lebih dekat secara emosional dengan anaknya. Sangat penting bagi keberhasilan seorang anak adalah kekuatan arti seorang ibu.

Calon Ibu

Sebelum dan saat seorang wanita menjadi seorang ibu adalah fase awal dari semua langkah menuju generasi emas. Seribu hari pertama kehidupan adalah periode emas. Tidak hanya kesehatan bayi dan balita yang harus diperhatikan, tetapi juga nutrisi calon ibu juga harus diperhatikan. Semua pihak harus lebih menyadari.

Sebagai calon ibu, perempuan harus mendapatkan pendidikan dan kesehatan yang lebih baik. Harapannya, ada peluang yang lebih besar untuk melahirkan generasi baru dan menghasilkan generasi emas untuk keluarga dan bangsa.

Angka kematian ibu (AKI) yang tinggi di Indonesia adalah masalah yang harus diperhatikan. Peluang untuk menghasilkan generasi emas akan berkurang ketika ibu tidak ada. Meskipun statistiknya terus menurun, itu dianggap tinggi di Asia Tenggara. Di Indonesia, AKI sebesar 189 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 2020.

Berdasarkan data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), AKI Singapura yakni 8, Malaysia sejumlah 29, Brunei Darussalam sebesar 31, Thailand adalah 37, Vietnam yaitu 43, Filipina 121, dan Kamboja 160. Angka kematian bayi baru lahir di Indonesia yakni 16,85 per 1.000 kelahiran hidup pada tahun 2020.

Angka-angka tersebut menempatkan Indonesia kita di peringkat kelima di Asia Tenggara. Indikator AKI menunjukkan tingkat kesejahteraan dan kesehatan masyarakat suatu negara. Kesehatan ibu sebanding dengan kesehatan bayi baru lahir.

Sebuah tantangan besar bagi Indonesia. Karena sosok ibu yang sehat dan berkualitas diperlukan dalam keluarga untuk melahirkan dan menghasilkan generasi hebat untuk Indonesia Emas tahun 2045. *

Express Your Reaction
Like
Love
Haha
Wow
Sad
Angry