
SURABAYA | duta.co – Pengamat politik Dr M Sholeh Basyari, Direktur Ekskutif CSIIS (Center for Strategic on Islamic and International Studies) heran, mengapa polemik ijazah mantan Presiden Jokowi terus bergulir sampai sekarang.
“Saya pikir, begitu dia lengser dari kursi Presiden RI, masalah ijazah ini juga lengser. Ternyata, tidak,” jelas M Sholeh Basyari kepada duta.co sampai mengirimkan hasil wawancara dengan sebuah TV swasta, Kamis (17/4/25).
Menurut Sholeh, penjelasan Rektor UGM (Universitas Gadjah Mada) Yogyakarta, mestinya lebih dari cukup untuk diterima sebagai pemungkas polemik. ”Karena UGM yang paling punya otoritas untuk menjelaskan itu palsu atau tidak. Dan sudah dijelaskan panjang lebar. Ibarat hadits ini sudah mutawātir,” tegasnya.
Hadits mutawātir adalah sebuah hadits yang diriwayatkan banyak perawi yang mustahil bersepakat untuk berbohong. Dengan demikian, harus dimaknai bahwa hadits mutawatir itu bersifat qot’īyul wurūd (dapat dipastikan kebenarannya). Tidak memerlukan verifikasi lebih lanjut. “Saya pribadi yakin, dan sangat yakin dengan civitas akademik UGM bahwa ijazah Jokowi itu asli,“ tambahnya.
Ditanya perihal gonjang-ganjing ijazah palsu ini, Sholeh yakin ini adalah bagian dari manuver politik. Di sisi lain, jagat kampus menjadi taruhan, apakah dunia pendidikan ini masih bisa menjaga marwahnya dengan baik.
“Terus terang, dulu nama besar kampus seperti Universitas Indonesia (UI) atau UGM sangat kuat di telinga kita, sekarang tidak lagi karena berbagai kasus yang menderanya,” tegasnya.
Ia setuju agar Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI, lebih mendisiplinkan dunia kampus, para rektor agar memperhatikan semua ini. Ia menyebut contoh kampus Harvard University yang menjadi kampus pertama secara terbuka menentang tekanan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump terkait pembatasan aktivisme pro-Palestina di lingkungan kampus.
Penolakan ini dinyatakan langsung oleh Harvard yang menyebut bahwa tuntutan Trump melanggar Amandemen Pertama Konstitusi dan hak sipil mahasiswa.Maka, risiko berkurangnya anggaran tidak menjadi panting bagi mereka, demi marwah kampus. (mky)





































