(Alm) KH Hasyim Muzadi (ist)

SURABAYA | duta.co – KH Hasyim Muzadi telah berpulang ke rahmatullah. Sang Kiai dikenal sebagai tokoh yang bisa diterima banyak pihak karena gaya komunikasinya yang kerap diselingi humor-humor segar. Bagaimana dan apa saja humor sang Kiai?

Mantan Ketua Mahkamah Konstitusi (MK) yang juga warga Nahdlatul Ulama (NU), Mahfud MD, termasuk tokoh yang punya kenangan soal humor-humor Kiai Hasyim. Dia pun sangat kehilangan atas kepergian KH Hasyim Muzadi ke rahmatullah, Kamis (16/3) pagi.

Baginya, Kiai Hasyim bukan sekadar tokoh NU, melainkan juga tokoh bangsa.  Menurut Mahfud, Kiai Hasyim adalah sosok yang bisa memberi teladan hidup sebagai orang Islam dan Indonesia sekaligus. Dalam jati diri Kiai Hasyim, keislaman dan keindonesiaan terlihat sebagai satu paduan yang harmonis, tidak konfrontatif.

“Pak Hasyim itu bukan sekadar tokoh NU tapi tokoh bangsa karena dia menguatkan bangunan toleransi di Indonesia. Saya kira itu yang tidak dibantah dari Kiai Hasyim,” ujar Mahfud.

Mahfud juga mengenang mantan Ketum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) itu sebagai sosok yang humoris. Itu terlihat saat Kiai Hasyim menanggapi berbagai fenomena sosial terkini, yang selalu dimulai dengan humor ringan.

Contohnya saat beliau menanggapi cerita Dimas Kanjeng yang mampu menggandakan uang. Kiai Hasyim lantas menanyakan, kalau Dimas Kanjeng bisa menggandakan uang kenapa malah mengumpulkan uang dari orang lain untuk digandakan.

“Mbok sudah, punya uang Rp 100 ribu gandakan sendiri dan hasil gandaannya digandakan lagi kan jadi banyak, enggak usah mengundang orang menggandakan uangnya. Lalu kalau bisa begitu kan bisa dibagi-bagi,” ucap Mahfud menirukan gaya bercerita Kiai Hasyim.

“Nah itu kan lucu caranya. Orang kan mengerti tetapi tidak dengan menghardik-hardik. Paham orang. Oh, sebenarnya logikanya seperti itu lalu dijelaskan dari sudut pandang agama oleh beliau,” kata Mahfud.

Mahfud juga bercerita saat KH Hasyim Muzadi berceramah di hadapan para narapidana. Saat itu Mahfud melihat Kiai Hasyim begitu lepas meledek para narapidana.

“Beliau bilang, ‘Orang itu harus hidup dengan lurus, ndak jadi penjahat kaya kamu itu. Kalau wajahmu kriminil gitu kan tidak bagus bagi masyarakat, tidak bagus bagi agama’. Sambil ketawa orang yang mendengarkannya, baru setelah itu beliau beri nasehat,” kata Mahfud.

“Coba kalau yang bilang bukan Hasyim Muzadi, pasti dikeroyok itu,” lanjut Mahfud diiringi tawa kecil.

Karena sisi humorisnya tinggi, Mahfud mengatakan bahwa KH Hasyim Muzadi “klop” sekali kalau sudah bertemu almarhum Presiden keempat RI Abdurrahman Wahid (Gus Dur).

Keduanya kerap bertukar humor dan membuat orang yang mendengarkan ikut tertawa. “Sehingga yang saya senang kalau Pak Hasyim ketemu Gus Dur, itu saling tukar humor saja. Itu sangat menyenangkan bagi saya dan saya ikut tertawa,” tutur Mahfud.

Karena itu Mahfud mengaku terpukul saat menjenguk Kiai Hasyim di kediamannya di Malang, dua minggu sebelum almarhum meninggal dunia. Saat itu, Mahfud mengaku hampir tak mengenali wajah Kiai Hasyim yang sudah kurus dan tak lagi jenaka.

“Saya mau menangis karena orang ini orang kocak kok jadi tidak berdaya, Saya kira kita semua merasa kehilangan, kehilangan tokoh bangsa,” tutur Mahfud.

Berikut humur-humor Kiai Hasyim lainnya yang dikumpulkan dari berbagai sumber :

 

Kisah Doktor Takut Istri

Kiai Hasyim bercerita tentang temannya yang bertitel doktor namun bisa seketika turun tingkat keilmuannya. Mulanya Kiai Hasyim bercerita soal banyak ilmu yang bermanfaat tapi juga banyak ilmu yang mubazir dikarenakan tidak bisa membedakan antara ilmu dan mas’uliyatul ilm (pertanggungjawaban ilmu).

“Saya punya teman doktor, wah kalau di universitas dia ditakuti karena killer, tapi kalau pulang dimarahi istrinya, bisa bodoh mendadak,” ujar Kiai Hasyim langsung disambut tawa hadirin. “Nah ternyata ini guyon tapi betulan. Ilmu yang di otak itu akan guncang ketika ada guncangan dalam hati seseorang,” ujar Kiai Hasyim.

 

Soal Qunut dan Tidak Solat

Kiai Hasyim bercerita saat ini seorang berilmu harus diuji keilmuannya di masyarakat karena masa di mana seorang menuntut ilmu atau belajar boleh jadi berubah dengan cepat dengan masa di mana penuntut ilmu mengaplikasikan ilmunya di masyarakat. “Masyarakat adalah alat uji yang paling muktabar di dalam keilmuan, jangan marah-marah terhadap masyarkat karena ilmunya tidak dimengerti masyarakat,” kata Kiai Hasyim.

Ketika itu Kiai Hasyim masih mondok di Pondok Gontor. Beliau mengungkapkan, “Masyarakat kita saat ini berbeda waktu sugengnya Trimurti (tiga orang pendiri Pondok Gontor), waktu saya masih mondok di sini keadaan masyarakat itu sederhana. Masyarakat itu ada dua, kalau ndak NU ya Muhammadiyah. Ini mau besanan saja takut, takut tidak mendapat barokah dari masing-masing golongannya. Selisih sedikit saja ribut,” ujar Kiai Hasyim.

“Masing-masing ribut, satu qunut (saat solat Subuh), satu tidak qunut. Padahal di kitabnya orang NU ada qunutnya, ada tidak qunutnya,” tambah mantan Ketum PBNU tersebut.

“Alhamdulilah sekarang ini sudah tidak ribut, karena sudah tidak solat subuh,” Sontak saja jamaah langsung Gerrr.

 

Hari Raya Id Tidak Sama

Dulu, kata Kiai Hasyim, beda hari raya itu berkelahi. Padahal selisih NU dan Muhammadiyah itu beda tanggalnya bukan salatnya. “Kenapa tanggalnya gak sama? Ya ngitungnya gak sama,” katanya.

Kiai Hasyim bercerita ketika semasa masih menjabat Ketum PBNU di masa pemerintahan SBY. Ketika itu Ketum Muhammadiyah Din Syamsuddin dan Kiai Hasyim dipanggil untuk bertemu Pak JK.

“Saya diundang sama Pak JK (Jusuf Kalla), beliau marah-marah, ini gimana nggak bisa jadi satu NU dan Muhammadiyah hari rayanya. Repot masyarakat kalau begini,” cerita Kiai Hasyim.

“Saya tanya, caranya bagaimana, Pak?” kata Kiai Hasyim.

“Ya, kompromilah,” jawab JK.

“Bagaimana kalau Muhammadiyah turun satu derajat, NU naik sedikit,” ujar Kiai Hasyim.

“Oh kalo gitu langsung cash and carry saja, Pak..” kata Kiai Hasyim tertawa mendengar pandangan JK. “Ini fiqhnya pedagangnya ya gini ini,” guyon Kiai Hasyim.

“Saya bilang ndak bisa begitu, Pak,” cerita Kiai Hasyim.

“Lha terus yang bisa bagaimana?” tanya Pak JK.

“Yang bisa itu (buat) pengertian seluruh umat Islam bahwa perbedaan (Hari Raya) itu terbuka dan memang ada. Yang kedua, ini tidak mengada-ada karena salatnya sama, tanggalnya tidak sama. Wong hari di sini dengan di Amerika saja tidak sama kok,” ujar Kiai Hasyim lagi.

 

Kiai Hasyim Sindir Din Syamsudin

“Saya sama Pak Din (waktu itu Ketum Muhammadiyah-red) sering diundang pidato bareng, kadang saya bisa, Pak Din ndak bisa, kadang saya ndak bisa, Pak Din bisa. Tapi lebih sering saya diundang Muhammadiyah daripada Pak Din diundang NU… Padahal Pak Din ini mantan NU…,” kata Kiai Hasyim disambut Gerr hadirin.

“Kenapa dia pindah (Muhammdiyah)? Karena dia gak kerasan saja sama NU, bukan karena teori yang tinggi-tinggi itu. Ini orang NU kok kumuh banget… haha. Ya cuman sekitar itu saja.”

“Jadi meski NU dan Muhammadiyah berbeda dalam soal furu, tapi wawasan kebangsaannya dan wawasan keumatannya sama,” ujar Kiai Hasyim.

 

GP Ansor dan Pemuda Muhammadiyah

Kiai Hasyim sedang menjelaskan sekarang ini persoalan ushul (prinsip) dalam agama lebih sering dibicarakan keluar secara umum, padahal menurut Kiai Hasyim, seharusnya persoalan ushul hanya dibicarakan di kalangan ulama saja. Oleh karena itu kadang-kadang isi pembicaraan dan isu yang berkembang menjadi tidak karuan.

“Ada anak Ansor dan Pemuda Muhammadiyah ribut soal tahlil. Itu apakah sampai atau tidak tahlil itu kepada yang mati? Kata Ansor, ya sampai karena (alasannya) setiap kiriman ndak pernah kembali. Lha ini ngomong apa?” guyon Kiai Hasyim.

“Pemuda Muhammadiyah gak terima, dibalas jawab, lha mana tanda buktinya? haha…

 

Lia Eden dan Musaddeq

“Saya baru diberi tahu oleh polisi. Pak Hasyim, ada orang yang mengaku Malaikat Jibril, namanya Lia Eden. Ada orang yang mengaku Nabi Muhammad namanya Musaddeq, dua-duanya ditangkap, dimasukkan ke tahanan, lantas ditanya polisi; “Wahai Malaikat Jibril (merujuk ke Lia Eden), pernahkah kamu ketemu Nabi Muhammad ini (sambil nunjuk ke Mussadeq)? Ternyata belum pernah ketemu… hahaha”

“Lha kalau sudah sampai ini Pak, ya sudah harus tegas gak usah ragu-ragu, katakan itu bukan Islam…” kata Kiai Hasyim.

 

Kisah Sandal Orang Kristen

“Saya kan sering dicemooh sama orang Kristen, gimana orang Islam ini, wong ibadah kok sandalnya sering hilang,” kata Kiai Hasyim. Lantas beliau jawab, “Ya mesti saja (hilang), karena sandalnya gak dipakai, nah sampean sepatunya dipakai (ke gereja), jadi yang hilang ya bukan sepatunya, tapi sepeda motornya yang ilang… hahaha,” ujar Kiai Hasyim sambil tertawa.

 

Dibohongi Tukang Lampu

Kiai Hasyim bercerita bahwa di Jepang mereka sangat mengamalkan akhlak-akhlak Islam dibanding di Indonesia yang kadang-kadang lebih banyak tidaknya. Kalau ada yang memalsukan kualitas itu langsung ditutup.

“Sementara ketika di kita keliru terus, beli buah-buahan katanya manis tapi nyatanya kecut,” ujar Kiai Hasyim. “Saya beli di Jalan Surabaya itu lampu yang kuno (antik) harganya mahal Rp 2,5 juta, nah kalau yang baru itu cuma seharga Rp 650 ribu.”

“Saya bilang, saya minta yang kuno Pak. Oh iya Pak Haji, ini tinggal satu yang kuno. Setelah diberikan kepada saya ternyata kok lampu baru, kelihatan sekali kan itu baru cetakan,” cerita Kiai Hasyim.

“Lho ini kan baru Pak, bukan kuno,” ujar Kiai Hasyim kepada tukang lampu.

“Haduh Sampean ini kok rewel, Sampean biarkan saja nanti lama-lama kuno sendiri.. ”

“Mati aku,” kata Kiai Hasyim. “Wah, ini orang belum tahu siapa yang beli ini, akhirnya saya bayar Rp650 ribu,” kata Kiai Hasyim kepada hadirin.

“Lho Pak Haji, kurang ini uangnya,” kata tukang lampu.

“Ya nanti sisanya kalau sudah kuno…” jawab Kiai Hasyim.

Jamaah yang dengar cerita Kiai Hasyim pun ngakak.

Percapakan dengan tukang lampu pun berlanjut.

“Lho Bapak dari Sidoarjo?”

“Bukan, saya dari Malang,” jawab Kiai Hasim.

“Malang mana?”

“Itu kan di Malang ada Pondok Pesantren Al-Hikam, nah itu pondok saya,” ujar Kiai Hasyim.

“Waduh, Bapak ini Hasyim Muzadi toh, kenapa bapak gak bilang, bisa kuwalat saya..”

“Haduh, haduh… ini orang ini takut sama Allah atau sama Hasyim Muzadi ini?” kata Kiai Hasyim. hud, net

Express Your Reaction
Like
Love
Haha
Wow
Sad
Angry