LAMPUNG | duta.co – Prof Dr H Rochmat Wahab, berharap Muktamar ke-34 NU ini berjalan sejuk. Meski persaingan Caketum PBNU begitu keras, tetapi, semua masih berjalan wajar dan normal.
“Alhamdulillah, pendaftaran peserta muktamar sampai tengah malam, Selasa 21 Desember 2021 berjalan lancar. Ini sungguh menggembirakan. Setidaknya, saat itu peserta yang masuk sudah mencapai 472 pengurus cabang seluruh Indonesia, dan 21 pengurus cabang Internasional. Artinya, jumlah peserta sudah melewati dua pertiga (2/3),” jelasnya kepada duta.co, Rabu (22/12/21).
Menurut Ketua PWNU DIY periode 2011 – 2016 ini, kurangnya jumlah peserta lebih karena belum keluarnya SK Kepengurusan. Termasuk dampak perubahan jadwal yang berubah-ubah serta mendadak. “Ini jelas menyulitkan, terutama bagi PC Internasional yang kalau datang harus karantina selama 14 hari. Memang, sayang, namun bagaimana lagi, karena kekhawatiran varian baru Covid-19,” terangnya.
Wajib Dillakukan
Yang perku dicermati, jelasnya, bahwa, saat pendaftaran, hampir setiap utusan sudah memasukkan nominasi atau pilihan 9 calon anggota Ahlul Halli Wal Aqdi (AHWA). “Nah, dari data yang masuk itu, perhitungannya harus secara terbuka dan transparan. Dengan begitu hasilnya dapat diterima oleh semua pihak,” katanya.
Mengapa demikian? Belajar dari Muktamar ke-33 NU di Jombang. Pengalaman Muktamar ke-33, merupakan penerapan sistem AHWA pertama kali, tetapi tidak dilakukan perhitungan secara terbuka.
“Tiba-tiba hasilnya diumumkan. Yang mengagetkam sebagian besar muktamirin terkejut dengan urutan 9 nama yang memiliki suara tertinggi. Itulah yang membuat keabsahan PBNU diragukan,” tambahnya.
Maka. “Untuk menghindari pengulangan kejadian yang sama, dan untuk menjamin kesuksesan penentuan Rais Aam melalui 9 anggota AHWA, sekali lagi, yang mutlak atau wajib adalah perhitungannya secara terbuka dan fair. Dengan demikian dapat berlanjut ke penetapan Rais Aam secara legal dan definitive,” pungkasnya. (mky)