"Tampak Patung Dewa Kwan Sing Tee Koen yang kini harus ditutup kain putih. (FT.DUTA.CO/Sad)

SURABAYA | duta.co – Surat terbuka dilayangkan Hikmabuddhi (Himpunan Mahasiswa Buddhis Indonesia) terkait Patung di Tuban kepada Presiden Jokowi. Mereka mendesak Jokowi mengamankan Patung tersebut dari upaya paksa yang dilakukan kelompok anti-toleran.

“Jika pemerintah tidak bertindak responsif terhadap surat terbuka ini, maka kami menilai Bpk Joko Widodo selaku Presiden Republik Indonesia tidak memiliki upaya untuk melindungi toleransi dan kebebasan beragama di Indonesia,” demikian akhir surat terbuka yang diteken Abhinyano – Ketua PC HIKMAHBUDHI Jakarta Timur sebagaimana yang diterima duta.co, Rabu (9/8/2017).

Sebelumnya Mantan Ketua Umum Generasi Muda Buddhis Indonesia (Gemabudhi), Lieus Sungkharisma juga menyoal ancaman penghancuran patung kebanggan Umat Budha ini. Apalagu Patung Dewa setinggi 30,4 meter ini sebetulnya sudah diresmikan pertengahan Juli lalu oleh Ketua MPR RI, Zulkifli Hasan dan tidak ada masalah apapun.

Pro kontra baru timbul belakangan ketika Patung yang diklaim sebagai patung tertinggi di Asia Tenggara dengan biaya pembangunan senilai Rp 2,5 miliar itu viral di media sosial. Lieus Sungkharisma mengakui jika pro dan kontra soal patung itu semakin panas ketika sejumlah unggahan di media sosial mengait-gaitkan keberadaan patung tersebut dengan nama pahlawan nasional dan kedaulatan NKRI. Ada pula yang menyebutnya berdiri di tengah alun-alun kota Tuban.

Menurut Lieus, patung itu bukan patung Panglima Perang Tiongkok. Patung itu adalah Patung Dewa Kongco Kwan Sing Tee Koen yang merupakan salah satu Dewa yang paling dihormati dan disembah oleh umat Buddha.

“Sebagai penganut Tridharma, saya sendiri adalah pemuja dan penyembah Dewa Dewa Kongco Kwan Sing Tee Koen. Agar tahu saja, dalam perkara di pengadilan, umat Buddha bahkan disumpah didepan gambar Kwan Kong,” tambahnya.

Hikmabuddhi pun bertanya, apakah dengan berdirinya patung Dewa Kwan Sing Tee Koen dapat mengancam Pancasila dan Bhinneka Tunggal Ika? Padahal, jelasnya, mendirikan Patung adalah bentuk ekspresi keagamaan. Patung tersebut merupakan salah satu representatif dewa dari aliran Tri Dharma yang merupakan bagian dari Agama Buddha dan Agama Buddha pun statusnya saat ini diakui dan dilindungi di Indonesia.

“Beberapa oknum ormas yang mengatasnamakan ‘BOEMIPUTERA MENGGUGAT’ yang tindak tanduknya mengatasnamakan Pancasila, namun tindakannya sangat bertolak belakang dengan Pancasila,” jelasnya.

Berikut surat terbuka yang diturunkan secara lengkap:

Surat Terbuka Hikmabuddhi terkait Patung di Tuban

Kepada Yth,

Bpk. Ir. Joko Widodo (Presiden Republik Indonesia)

Bpk. Lukman Hakim Saifuddin (Menteri Agama RI)

Bpk. Wiranto (Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, & Keamanan RI)

Bpk. Tjahjo Kumolo (Menteri Dalam Negeri RI)

Bpk. Muhadjir Effendy (Menteri Pendidikan & Kebudayaan RI)

Bpk. Arief Yahya (Menteri Pariwisata RI)

Salam hormat kami atas nama Mahasiswa Buddhis Indonesia, semoga bapak Presiden senantiasa dalam keadaan sehat dan tetap memiliki semangat untuk memperbaiki bangsa ini menjadi lebih baik lagi.

Kami juga mendoakan kepada bapak Presiden dan keluarga semoga diberi ketabahan dalam menghadapi berbagai tantangan besar dalam menjaga bangsa Indonesia untuk bebas dari berbagai gangguan yang dapat mengancam “Pancasila” sebagai ideologi negara, terciptanya toleransi antar umat beragama dan iklim pluralisme yang teduh di Indonesia.

Belakangan ini muncul polemik & desakan dari beberapa oknum ormas yang mengatasnamakan “BOEMIPUTERA MENGGUGAT” yang tindak tanduknya mengatasnamakan Pancasila, namun tindakannya sangat bertolak belakang dengan Pancasila.

Mereka menuntut agar patung Dewa Kwan Sing Tee Koen di Tuban di robohkan.
(dapat dilihat di : https://www.change.org/p/dpdr-jawa-timur-bongkar-dan-robohkan-patung-dewa-perang-china-di-tuban dan berbagai sumber terpercaya lainnya)

Alasan yang mendasari gerakan untuk merobohkan patung dewa tersebut sangat mendiskreditkan aliran Tri Dharma yang merupakan bagian dari Agama Buddha. Mereka menganggap bahwa Patung Dewa Kwan Sing Tee Koen bukanlah bagian dari ritual pemujaan suatu agama yang diakui di Indonesia dan tidak mencerminkan kebudayaan bangsa Indonesia yang sesuai dengan Pancasila dan Bhinneka Tunggal Ika.

Kami ingin bertanya, apakah dengan berdirinya patung Dewa Kwan Sing Tee Koen dapat mengancam Pancasila dan Bhinneka Tunggal Ika?

Mendirikan Patung adalah bentuk ekspresi keagamaan. Patung tersebut merupakan salah satu representatif dewa dari aliran Tri Dharma yang merupakan bagian dari Agama Buddha dan Agama Buddha pun statusnya saat ini diakui dan dilindungi di Indonesia.

Lokasi berdirinya patung tersebut juga berada pada area Klenteng /Vihara, bukan di tempat umum sehingga keberadaannya tidak mengganggu ketertiban umum, bahkan patung dewa tersebut dapat menjadi daya tarik wisata lokal kota Tuban bagi para wisatawan.

Lantas, siapakah yang sesungguhnya dirugikan dengan berdirinya patung tersebut?

Kami rasa pihak–pihak yang ingin merobohkan patung dewa tersebutlah yang justru sangat mengancam eksistensi Pancasila dan Bhinneka Tunggal Ika, karena tuntutan untuk merobohkan patung Dewa Kwan Sing Tee Koen sangat merugikan umat Buddha di Indonesia, khususnya umat yang beraliran Tri Dharma.

Oknum–oknum anti patung tersebut juga menganggap bahwa karakter dan ukuran patung Dewa Kwan Sing Tee Koen mengindikasikan keangkuhan, kekuasaan, penindasan, dan penjajahan terhadap bangsa Indonesia oleh bangsa asing (Tionghoa) di Boemi Pertiwi Persada Indonesia.

Kami rasa orang–orang tersebut sudah gila dan hilang akal sehatnya. Bagaimana mungkin patung yang merupakan benda mati dan tidak bisa bergerak mampu berkuasa, menindas bahkan menjajah Bangsa Indonesia?

Apakah Bangsa Indonesia dan Pancasila sebegitu lemahnya sehingga dapat dijajah oleh sebuah patung?

Justru ancaman untuk merobohkan patung Dewa Kwan Sing Tee Koen tersebut yang sesungguhnya merupakan bentuk penjajahan dan penindasan terhadap ekspresi keagamaan sebuah agama di Indonesia, serta melanggar dasar hukum yang menjamin kebebasan beragama di Indonesia, yaitu Pasal 28E ayat (1) Undang-Undang Dasar Tahun 1945.

Bagi kami saat ini patung Dewa Kwan Sing Tee Koen bukan hanya simbol dewa dari aliran Tri Dharma dan Agama Buddha saja, namun dalam konteks saat ini patung dewa  Dewa Kwan Sing Tee Koen secara tidak langsung telah menjadi simbol dari toleransi antar umat beragama di Indonesia.

Pak Presiden dan para Menteri, Kokohnya Pancasila dan Bhinneka Tunggal Ika di bumi pertiwi saat ini sedang dipertaruhkan.

Untuk konteks saat ini, mungkin hanya patung Dewa Kwan Sing Tee Koen saja yang menjadi target untuk dirubuhkan.

Jika Patung Dewa Kwan Sing Tee Koen  berhasil dirubuhkan, bukan tidak mungkin akan muncul aksi – aksi intoleran serupa yang dapat mengancam simbol–simbol agama lainnya seperti Candi Borobudur, Candi Prambanan, Patung Dewa di Bali dan unsur–unsur budaya dan simbol agama lainnya di Indonesia.

Pak Presiden dan para Menteri, kami sebagai Mahasiswa Buddhis tentunya ingin menjaga NKRI ini tetap utuh dibawah semangat PANCASILA.

Isu–isu sentimen terhadap ekspresi keagamaan dan kebudayaan suatu golongan harus ditiadakan, karena sikap intoleran dapat memecah belah persatuan Bangsa Indonesia.

Persepsi liar dan sentimen SARA (Suku, Agama, Ras dan Golongan) dari segelintir oknum yang tidak memahami toleransi saja yang menyebabkan seolah-olah bahwa suatu karya budaya merupakan masalah.

Oleh karena itu, kami mendesak kepada Bpk. Ir. H. Joko Widodo selaku Presiden Republik Indonesia dan Menteri – Menteri terkait untuk melindungi patung Dewa Kwan Sing Tee Koen dari ancaman oknum – oknum gagal paham tersebut yang menginginkan agar patung Dewa Kwan Sing Tee Koen segera dirubuhkan.

Jika pemerintah tidak bertindak responsif terhadap surat terbuka ini, maka kami menilai Bpk. Joko Widodo selaku Presiden Republik Indonesia tidak memiliki upaya untuk melindungi toleransi dan kebebasan beragama di Indonesia.

 Ttd,

Abhinyano – Ketua PC HIKMAHBUDHI Jakarta Timur (HP: +62 812 89676513)

Wiryawan – Ketua PC HIKMAHBUDHI Jakarta Utara

Billy Gunawan – Ketua PC HIKMAHBUDHI Jakarta Barat

Appamadena Sampadetha !
Berjuanglah Dengan Sungguh – Sungguh! M (*)

 

Express Your Reaction
Like
Love
Haha
Wow
Sad
Angry